Theodicy: Melihat lebih dalam makna dari Penderitaan Manusia

BERITA LAINNYA - 20 February 2021

Theodicy: Melihat lebih dalam makna dari Penderitaan Manusia

 

“When peace like a river, attendeth my way. When sorrows like sea billows roll. Whatever my lot, thou has taught me to say: it is well, it is well with my soul. It is well, it is well with my soul.”

Sebagian besar orang mungkin pernah mendengar lagu berjudul “It is well”. Lirik lagu ini dituliskan oleh Horatio G. Spafford, seorang pengacara dan pengusaha sukses yang mengalami berbagai penderitaan semasa hidupnya. Pada tahun 1870, ia mendapati putra satu-satunya meninggal karena terserang demam berdarah. Kemudian, tahun 1871, ia mendapati rumah dan semua isinya terbakar habis dan membuatnya harus mencari tempat tinggal baru. Lalu, pada tahun 1873, ketika hidupnya mulai membaik, ia mendapati keempat anaknya meninggal dalam tragedi tenggelamnya kapal yang ditumpangi istri dan anak-anaknya. Saat dalam perjalanan untuk menjumpai istrinya yang selamat dari kecelakaan kapal, ia menuliskan lirik dari lagu “It is well” ini. Ia meyakini dirinya bahwa setiap penderitaan yang ia dan keluarganya alami adalah bentuk kebaikan Tuhan. Dalam lirik lagu “It is well” ini dapat dilihat bahwa Spafford mendorong dirinya untuk yakin dan tetap percaya akan rancangan dan kuasa Allah bagi dirinya dan keluarganya.

 

Dewasa ini, tidak banyak orang seperti Spafford yang tetap percaya bahwa Allah punya rancangan yang terbaik dalam hidupnya kendatipun hidup dalam beragam penderitaan. Ironisnya, jauh lebih banyak orang yang melihat penderitaan sebagai hukuman dari Allah dan bahkan mempersalahkan Allah atas setiap penderitaan yang ada. Realitas ini seringkali dikaitkan dengan pemahaman mengenai theodicy. Dalam beberapa tulisan atau pemikiran, theodicy seringkali diartikan sebagai bentuk kemarahan Allah kepada manusia yang berdosa. Padahal menurut Wendy Farley, dalam tulisannya yang berjudul “Serving the Spirit of Goodness”: Spiritual and Theological Responses to Affliction in the Writings of St. John of the Cross and Louise Erdrich, theodicy merupakan cara Allah untuk membuat manusia bertransformasi menjadi lebih baik. Theodicy adalah cara Allah memperlihatkan cinta kasih-Nya yang tidak pernah berakhir dalam kehidupan manusia. Allah memperlihatkan pada manusia bahwa Ia senantiasa hadir dan menemani manusia, bahkan ketika manusia berada di masa kelam hidupnya (Farley 2016, 116-117). Melalui pemikiran Farley ini kita perlu menyadari bahwa penderitaan pada dasarnya bukan rancangan yang disengaja oleh Allah untuk membuat manusia bertobat, tetapi justru melalui beragam penderitaan kita bisa tahu bahwa Allah selalu menolong dan menyertai manusia. Selain itu, pemikiran Farley tersebut juga memperlihatkan bahwa Allah turut merasakan penderitaan yang dialami manusia. Ia berbela rasa dan berinisiatif merengkuh manusia yang rapuh karena beragam penderitaan.

 

Melalui kisah Spafford dan pemikiran Farley ini, setiap kita diajak untuk menyadari bahwa penderitaan yang kita alami saat ini bukanlah bentuk kebencian atau kemarahan Allah kepada kita, melainkan suatu bukti dari kasih Allah yang tanpa jeda.

Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Ayat ini memperlihatkan bahwa Allah tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjalan sendirian dalam kehidupan yang kelam dan mengerikan. Ia justru mengosongkan diri-Nya untuk bertaut dengan kita manusia yang penuh dengan kerapuhan.

 

Pertanyaan reflektif buat kita: Apakah kita mau memberi ruang kepada Allah untuk berkarya dalam setiap realitas hidup kita, tidak terkecuali dalam penderitaan kita? Atau kita lebih memilih untuk menyalahkan dan menghakimi Allah ketika kita hidup dalam realitas penderitaan?

 

Kiranya rengkuhan kasih Allah melingkupi dan memampukan kita untuk melalui penderitaan hidup yang datang silih berganti.

Daftar Acuan:

Farley, Wendy. 2016. Serving the Spirit of goodness: Spiritual and theological responses to

affliction in the writings of St. John of the Cross and Louise Erdrich. Post-traumatic

public theology, ed. Stephanie N. Arel and Shelly Rambo, 89-114. Gewerbestrasse: Palgrave Macmillan.

                                                                                     

                                                                                                Aurora Maharani

                                                                                               (Guru SMAK HI)

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 04 October 2023
Mengenal Lappet: Kelezatan Khas Suku Batak
BERITA LAINNYA - 06 October 2023
KETIKA PANAS MENGGANAS: By Maria Trisnawati..
KETIKA PANAS MENGGANAS: By Maria Trisnawati..
BERITA LAINNYA - 08 October 2023
Daily REMINDER, 08 Oktober 2023
Daily REMINDER, 08 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 09 October 2023
Daily REMINDER, 09 Oktober 2023
Daily REMINDER, 09 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 10 October 2023
Daily REMINDER, 10 Oktober 2023
Daily REMINDER, 10 Oktober 2023
BERITA LAINNYA - 17 January 2024
Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menja...
BERITA LAINNYA - 02 January 2024
Peran Indonesia dalam upaya perdamaian antara Isr...
Peran Indonesia dalam upaya perdamaian antara Isr...
BERITA LAINNYA - 03 January 2024
Jakarta Informal Meeting
Jakarta Informal Meeting
BERITA LAINNYA - 04 January 2024
Peran Indonesia dalam Perdamaian Israel dan Pales...
Peran Indonesia dalam Perdamaian Israel dan Pales...
BERITA LAINNYA - 05 January 2024
Upaya Indonesia Dalam Perdamaian di Kamboja Melal...
Upaya Indonesia Dalam Perdamaian di Kamboja Melal...
BERITA LAINNYA - 27 March 2024
“Resensi Buku Ranah 3 Warna”
BERITA LAINNYA - 28 March 2024
“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo” sebuah Resensi
“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo” sebuah Resensi
BERITA LAINNYA - 30 March 2024
“Seribu Wajah Ayah”
“Seribu Wajah Ayah”
BERITA LAINNYA - 28 March 2024
“Resensi Buku Sherlock, Lupin, dan Aku : Kawanan ...
“Resensi Buku Sherlock, Lupin, dan Aku : Kawanan ...
BERITA LAINNYA - 28 March 2024
“TEORI DAN APLIKASI DASAR KALKULUS”
“TEORI DAN APLIKASI DASAR KALKULUS”
BERITA LAINNYA - 04 September 2024
Takut pada Siapa? Ketika Tuhan Menjadi Segalanya
BERITA LAINNYA - 05 September 2024
Damai di Tengah Badai: Berpegang pada Janji Tuhan
Damai di Tengah Badai: Berpegang pada Janji Tuhan
BERITA LAINNYA - 06 September 2024
Takut pada Siapa? Ketika Tuhan Menemani
Takut pada Siapa? Ketika Tuhan Menemani
BERITA LAINNYA - 07 September 2024
Tukarkan Amarah dengan Kasih: Rahasia Hidup Bahag...
Tukarkan Amarah dengan Kasih: Rahasia Hidup Bahag...
BERITA LAINNYA - 07 September 2024
Menghadapi Badai Hidup: Belajar dari Kisah Elia
Menghadapi Badai Hidup: Belajar dari Kisah Elia
BERITA LAINNYA - 11 October 2024
Menyerahkan Segala Perkara Di Dalam Tuhan
BERITA LAINNYA - 12 October 2024
Terhindar dari Malapetaka
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 13 October 2024
Hidup Yang Kekal Bersama Tuhan
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 15 October 2024
Dalam Kekurangan Tuhan Selalu Menyediakan Kebutu...
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 16 October 2024
Rencana Tuhan Yang Terbaik
Daily Reminder

Choose Your School

GO