“Seribu Wajah Ayah”
BERITA LAINNYA - 30 March 2024
“Seribu Wajah Ayah”
Cynthia Claudia Lim XI MIPA 1
Judul buku : Seribu Wajah Ayah
Pengarang : Nurul Ala
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2020
Cetakan : 3
Tebal buku : VII+ 134 halaman
Harga : Rp 55.000,00
Buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia ini yang berjudul “Seribu Wajah Ayah” merupakan sebuah buku novel yang menceritakan sosok seorang Ayah. Kisah-kisah yang diceritakan dalam buku ini digambarkan melalui kepingan-kepingan foto yang berada dalam sebuah album foto. Terdapat sepuluh kepingan foto yang menceritakan kenangan-kenangan yang berbeda.
Buku yang dikarang oleh Nurul Ala ini mengisahkan sebuah cerita mengenai rasa rindu sang anak yang mendalam terhadap sang ayah. Kisah dalam cerita ini menggambarkan nostalgia sang anak dalam mengingat kenangan demi kenangan kehidupannya bersama sang ayah. Pada saat itu terdapat sebuah album foto yang tidak pernah dilihat oleh sang anak. Dengan rasa penasaran sang anak pun membuka album tersebut dan alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa album tersebut hanya berisi foto mereka berdua.
Bagaikan mesin waktu sang anak pun memutar waktu dan mengingat kenangan demi kenangan. Dalam kesepuluh foto tersebut terukir kisah yang berisikan yang pertama mengenai tangisan di balik tangisan. Kedua, cinta adalah cahaya. Ketiga, dunia yang fana. Keempat, cita-cita, kebahagiaan, dan kesendirian. Kelima, kau tak sendiri. Keenam, darah muda. Ketujuh, jatuh cinta itu biasa saja. Kedelapan, kembali ke fitrah. Kesembilan, tanpa lambaian tangan. Kesepuluh, tak ada yang abadi.
Buku ini dimulai dengan kelahiran seorang anak yang telah dinanti-nanti oleh sepasang kekasih. Namun naas, sang ibu mengalami pendarahan dan meninggal seusai melahirkan anaknya. Hal tersebut mengakibatkan sang ayah harus menjadi sosok ayah dan juga ibu bagi sang anak. Sang anak dalam kisah ini diceritakan dalam sosok ”kamu”. “Kamu” pun bertumbuh menjadi dewasa dan hendak meninggalkan sang ayah untuk meraih mimpinya. Namun sang ayah pun kecewa dengan rencana tersebut. Sang ayah hanya mengharapkan keberadaan sang anak untuk tetap berada disisinya dan menemaninya. Secara keseluruhan buku ini menceritakan tentang penyesalan sang anak yang pulang terlambat setelah ayahnya meninggal.
Azhar Nurun Ala pengarang dari buku berjudul “Seribu Wajah Ayah” lahir di Lampung Tengah pada tanggal 16 Maret 1993. Setelah menamatkan SMA, ia melanjutkan pendidikannya dengan kuliah Ilmu Gizi di Universitas Indonesia. Pada tahun 2014, Azhar menikah dengan Vidia Nuarista Annisa Larasaty. Dan dikaruniai anak bernama Muhammad Salman Nurun Ala. Ayah Azhar meninggal tiga bulan setelah kelahiran anaknya dan ibundanya telah menikah kembali.
Buku yang pernah ditulisnya adalah Ja(t)uh – Antologi Prosa (2013), Tuhan Maha Romantis – Novel (2014), Seribu Wajah Ayah – Novel (2014), Cinta Adalah Perlawanan – Memoar (2015), Konspirasi Semesta – Novel (2016), Pertanyaan Tentang Kedatangan – Memoar (2017), Mahar untuk Maharani – Novel (2017), Lelaki Pilihan Maharani – Novel (2018), Belajar Mencintai – Memoar (2019), Memeluk Hati Maharani – Novel (2019) & Jangan Dulu Patah – Antologi Prosa (2019). Sejauh ini Azhar Nurun Ala belum meraih prestasi dengan karya tulisnya.
Tokoh utama yang berada dalam cerita ini merupakan ayah dan sosok “kamu”. Ayah digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, bertanggung jawab, penuh pengertian, tegas, dan penyayang. Sedangkan sosok “kamu” digambarkan sebagai sosok yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sangat menghormati dan menyayangi ayah. Alur cerita yang digunakan dalam buku ini merupakan alur mundur. Hal tersebut dikarenakan rangkaian peristiwa yang dialami oleh sosok “kamu” merupakan dari masa kini dan kembali ke masa lalu sehingga membuat alur yang digunakan dalam cerita ini merupakan alur mundur.
Buku ini memiliki beberapa kelebihan yang dapat kita lihat salah satunya merupakan kisahnya. Kisah yang diceritakan dalam buku ini dapat menginspirasi pembaca untuk lebih menghargai hubungan mereka dengan ayah mereka. Pemahaman yang diberikan mengenai peran ayah dalam cerita ini juga memungkin untuk ditawarkan dalam beragam sudut pandang. Cerita yang digambarkan juga dapat menyentuh hati pembacanya dan mengingatkan pembaca akan pengalaman pribadinya bersama dengan ayah mereka.
Beberapa ilustrasi sederhana yang diilustrasikan juga dapat menggambarkan bagaimana situasi dan suasana yang sedang terjadi dalam cerita tersebut. Tidak hanya itu, terdapat beberapa quote, puisi, sajak, dan lain-lain yang berhubungan dengan cerita sehingga dapat menginspirasi dan memperluas pengetahuan para pembaca. Cerita yang dituliskan dalam buku ini juga memiliki ukuran font yang pas untuk dibaca. Selain itu, warna dan gambar dalam cover buku yang digunakan sangat merepresentasikan kisah yang disampaikan penulis.
Buku ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti menunjukkan beberapa budaya atau istilah-istilah agama islam yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh beberapa pembaca yang tidak menganut agama yang sama. Terlalu banyaknya perumpamaan-perumpamaan yang juga dapat membuat cerita terkesan bertele-tele. Kemudian, terdapat kemungkinan dimana beberapa kisah di dalamnya lebih mendominasi dibandingkan yang lain. Selain itu, cerita yang ditulis hanya dapat merepresentasikan sebagian jenis hubungan antara ayah dan anak.
Menurut saya buku ini sangat baik untuk dibaca oleh khalayak umum khususnya remaja selain mempunyai nasehat yang mendalam mengenai pentingnya menghargai orang tua. Perumpamaan dalam buku ini juga dapat memperluas pengetahuan pembaca. Ilustrasi yang dicantumkan pun juga menambahkan kesan yang menarik untuk mewakili suasana cerita. Kisah yang sangat merepresentasikan kehidupan sehari-hari juga dapat membuat buku ini menjadi unik dan tidak terasa membosankan.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur