Memaknai Hari Kartini 2024..

BERITA LAINNYA - 21 April 2024

 

 

21 April 1879, di Jepara, seorang pembaharu lahir, dia diberi nama Kartini. Di usia mudanya, dia tidak ingin dipanggil dengan gelar bangsawannya Raden Ajeng atau Raden Ayu, Kartini saja katanya. Wanita yang sepanjang hidupnya penuh dengan paradoks. Sejak muda dia menolak Poligami, tapi di akhir hidupnya dia menjadi “korban” tradisi Poligami itu sendiri. Kartini memutuskan untuk dinikahi oleh Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang belum lama kehilangan garwa padmi atau istri utama namun masih memiliki 3 selir dan 7 anak. Bahkan Kartini pun terlahir dari rahim Ngasirah, seorang selir dari Bupati Jepara, RMAA Sosroningrat, ayahnya itu, inilah sekilas kisah dari pembaharu itu.

 

Usianya amat singkat,  tapi buah pemikirannya hingga hari ini menjadi bahan ajar dan ingatan kolektif yang penting untuk dunia terutama Indonesia. Di negeri ini setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Kartini bukan “siapa-siapa” sampai surat-suratnya yang kemudian dibukukan dibaca oleh dunia. Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) judulnya. Banyak hal yang disoroti oleh Kartini dalam surat-suratnya, dari hal yang sangat pribadi sampai hal yang sangat politis. Salah satunya soal Poligami: 

 

“Mari wahai perempuan, gadis-gadis muda, bangkitlah mari bergandeng tangan dan berkerja bersama untuk mengubah keadaan yang tak tertahankan ini “…  

 

 

Pemikiran ini merupakan sebuah lompatan zaman, ketika banyak wanita pada zamannya hanya bisa pasrah dengan keadaan, Kartini sudah sedemikian maju memikirkan dan menyongsong masa depan kaumnya. Dan hari ini kita bisa menyaksikan bagaimana para wanita Indonesia sudah menjadi tokoh-tokoh kunci dalam berbagai bidang.

 

Benar kata Kartini “Perubahan akan datang di bumiputera, jika tidak karena kami, pasti dari orang lain”, dari wanita yang namanya Sri Mulyani si Menteri Terbaik Dunia itu, Susi Puji Astuti Menteri yang tak tamat SMA yang tersohor karena kebijakan penenggelaman kapal ilegalnya itu, Agnes Monica Artis Indonesia yang sudah menginternasional, jangan lupa juga Anggun C Sasmi, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Butet Manurung "si Putri suku Anak Dalam" dan jangan sampai lupa Megawati Soekarno Putri, Presiden Wanita pertama, Indonesia. 

 

Tapi melihat Kartini dari sudut pandang emansipasi wanita saja tidak lah tepat. Kartini juga adalah tokoh pendidikan, tidak banyak yang tahu cara Kartini melawan “penindasan” terhadap wanita adalah dengan membuka sekolah di belakang rumahnya, di sana mereka belajar baca dan tulis. Melalui pendidikan menurut Kartini, wanita nantinya tidak perlu lagi dipingit, karena sudah diperlengkapi dengan keahlian sehingga mampu menopang hidupnya sendiri.

Kartini juga seorang pekerja seni,  ukiran Macan Kurung dari Jepara adalah hasil ciptaan dari Kartini. Ukiran ini berbentuk seekor macam dalam sebuah kurungan yang di antara siku kurungan itu terdapat hiasan lilitan ular dan ditambahkan patung Garuda di atasnya, Kartini juga mencipta pola batik buatannya sendiri. 

Kartini pula seorang Antropolog, dia pernah menulis tentang adat perkawinan suku Koja di Jepara. Suku Koja merupakan orang-orang keturunan Arab. Karya itu kemudian diberi judul Het Huwelijk nij de Kodja’s (perkawinan itu di Koja). Kartini juga seorang pemimpin yang merakyat. Tidak banyak yang tahu tradisi blusukan (keluar masuk kampung) sudah lebih dahulu dilakukan Kartini jauh sebelum Presiden Joko Widodo. Dia bersama 2 saudara perempuannya Roekmini dan Kardinah kerap kali “meneliti” kehidupan masyarakat untuk kemudian dituliskan dan dibagikan kepada dunia melalui surat-surat kepada sahabat pena-nya Stella Zeehandellar dan suami Istri Abendanon.

 

 

Kartini adalah semuanya itu, dia adalah pemikir, seorang reformis, pemimpin, pendidik sekaligus seorang seniman. Bukankah kualitas ini yang harusnya ada pada diri seorang wanita? Karena wanita yang cerdas akan pula melahirkan anak2 yang cerdas. Jadi Kartini bukan soal kebaya, habis gelap terbitlah terang atau emansipasi wanita saja. Kartini itu ungkapan kompleks dari seorang manusia yang jemu dengan zamannya dan ingin melompat kepada ruang yang sama sekali baru untuk kemudian melahirkan peradaban yang lebih dinamis.

 

 

Kartini hanya sempat menamatkan jenjang ELS (6 tahun/setingkat SD sekarang) dalam riwayat pendidikannya. Bukan karena maunya atau ketidakadaan biaya. Ayahnya seorang Bupati dan koneksinya sudah sangat global, bahkan Kartini pernah ditawari beasiswa untuk sekolah di Belanda. Namun semuanya itu kandas ketika Dia bertemu dengan Abendanon di Pantai Bandengan, Jepara 24 januari 1903.“Jadi sebaiknya Kartini tidak usah ke Belanda”, Kata Abendanon. Menurut Abendanon, jika Kartini bersekolah ke Belanda selama beberapa tahun dia akan dilupakan oleh masyarakat. Kedua Ayah Kartini sudah tua dan ujur perlu perhatian Kartini. Ketiga, Belanda merupakan sebuah dunia baru yang sama sekali di luar pengetahuan Kartini yang nantinya bisa berakibat kurang baik dan menimbulkan kesulitan. Keempat, Kartini akan dicap sebagai nona Belanda yang akan memberikan jarak antara rakyat dengan dia sehingga tidak dipercaya masyarakat lagi. 

 

Namun di balik semua alasan itu, sebenarnya ada alasan yang paling masuk akal. Sitisumantri penulis buku Kartini: Sebuah Biografi, mengungkapkan bahwa Abendanon dan pemerintah khawatir dengan pengetahuan yang luar biasa dari Kartini tentang keadaan masyarakat di Jawa, soal gagal panen, banjir karena salah urus irigasi, kelaparan yang akan mungkin dia “share” dengan temannya kelompok sosialis di Belanda bisa mengakibatkan gelombang serangan dan tekanan politik kepada pemerintah pusat dan pemerintah Hindia Belanda. Kegagalan melanjutkan pendidikan itu merupakan sebuah turning point untuk Kartini, hidupnya seolah direnggut dari badannya. Semua harapannya pupus..

 

 

 

See…… Kartini itu luar biasa, maka Kartini itu bukan sekedar kebaya, bukan sama sekali, Kartini itu kumbang yang membantu proses penyerbukan demi pembuahan sempurna yang akan melahirkan negeri bernama Indonesia. Tapi Kumbang tak akan selamanya bertengger di atas bunga, dia akan pergi, ketika tugasnya selesai, seperti Kartini yang pergi meninggalkan kita, tepat 4 hari setelah melahirkan Soesalit.

 

 

 

Tapi itulah Ibu Kita Kartini, putri sejati, putri Indonesia harum namanya, pendekar kaumnya….. Tak lama usianya, abadi pemikirannya…Tepat kiranya pemerintah menyebutnya Hari Kartini, bukan hari perempuan atau hari Ibu, Hari Kartini merujuk kepada segala kebaikan dan pemikiran maju dari Kartini, bukan apa busana yang sering dikenakan Kartini selama 25 tahun masa hidupnya. Bahkan laki-laki pun harusnya merayakan Hari Kartini sehingga berani mengatakan bahwa pendiri bangsa ini sebenarnya bukan Founding Fathers tapi Founding Mothers, dan Ibu dari semua pendiri bangsa ini namanya Kartini…

 

Kevin Bob Sijabat, S.Hum. 21 April 2024

Tags:
BERITA LAINNYA - 12 April 2021
Dunia yang Lebih Adil dan Lebih Sehat
BERITA LAINNYA - 29 April 2021
ERGO SUM
ERGO SUM
BERITA LAINNYA - 29 April 2021
Keluargaku Tempat Belajarku
Keluargaku Tempat Belajarku
BERITA LAINNYA - 25 May 2021
MENGENALI KARAKTERISTIK GENERASI Z DALAM KONSELING
MENGENALI KARAKTERISTIK GENERASI Z DALAM KONSELING
BERITA LAINNYA - 25 May 2021
Tokopedia : Siapa Dalang Dibalik Kesuksesannya?
Tokopedia : Siapa Dalang Dibalik Kesuksesannya?
BERITA LAINNYA - 06 December 2022
Hari Menanam Pohon Indonesia
BERITA LAINNYA - 11 December 2022
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMAKHI perio...
BERITA LAINNYA - 13 December 2022
WEEKEND YANG PRODUKTIF
WEEKEND YANG PRODUKTIF
BERITA LAINNYA - 16 December 2022
PERKAJU ( Perkemahan Kamis - Jumat)
PERKAJU ( Perkemahan Kamis - Jumat)
BERITA LAINNYA - 17 December 2022
Gathering With Parents - Desember 2022
Gathering With Parents
BERITA LAINNYA - 19 October 2023
Daily REMINDER, 19 Oktober : Belajar untuk tidak ...
BERITA LAINNYA - 20 October 2023
Menjadi Kuat dan tegar : menjadi generasi yang ti...
Menjadi Kuat dan tegar : menjadi generasi yang ti...
BERITA LAINNYA - 21 October 2023
Menuju Dunia Kecerdasan Buatan : Pertanda Baik at...
Menuju Dunia Kecerdasan Buatan : Pertanda Baik at...
BERITA LAINNYA - 22 October 2023
Radiasi Nuklir: Teman atau Musuh?
Radiasi Nuklir: Teman atau Musuh?
BERITA LAINNYA - 23 October 2023
Jempolmu Dapat Membunuhku : belajar memahami Cybe...
Jempolmu Dapat Membunuhku : belajar memahami Cybe...
BERITA LAINNYA - 03 March 2024
“100 Tahun Setelah Aku Mati” sebuah resensi
BERITA LAINNYA - 04 March 2024
“Ajisaka: Sang Ksatria Maha Pemberani Pendobrak S...
“Ajisaka: Sang Ksatria Maha Pemberani Pendobrak S...
BERITA LAINNYA - 05 March 2024
“Bayangan Persahabatan” sebuah resensi
“Bayangan Persahabatan” sebuah resensi
BERITA LAINNYA - 06 March 2024
Resensi Buku: Being Unhappy is A Choice
Resensi Buku: Being Unhappy is A Choice
BERITA LAINNYA - 07 March 2024
“Buku Penuh Misteri dan Teka-teki”
“Buku Penuh Misteri dan Teka-teki”
BERITA LAINNYA - 09 September 2024
Berpegang pada Janji Tuhan Menciptakan Harapan Ta...
BERITA LAINNYA - 10 September 2024
Lebih dari Sekedar Pekerjaan: Menjadi Garam dan T...
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
BERITA LAINNYA - 19 July 2024
Self Love
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 10 September 2024
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
Langkah demi Langkah dalam Menghadapi Hidup denga...
BERITA LAINNYA - 20 July 2024
Tuhan adalah Tempat Perlindungan
Daily Reminder

Choose Your School

GO