GEGAP GEMPITA GANEFO : MENENTANG IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA

BERITA LAINNYA - 10 November 2021

GEGAP GEMPITA GANEFO :

MENENTANG IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA

      Hari ini, tepat 58 tahun silam, tanggal 10 November 1963, Indonesia selaku tuan rumah resmi membuka ajang pesta olahraga Ganefo. Ganefo atau Games of New Emerging Forces, merupakan ajang olimpiade versi negara-negara berkembang di kawasan Asia-Afrika.  Ajang tersebut digagas oleh Presiden Soekarno menyusul insiden skorsing yang dilakukan oleh IOC (International Olimpyade Committee) kepada negara Indonesia. Skorsing tersebut diberikan kepada Indonesia karena tindakan Indonesia yang melarang Israel dan Taiwan untuk turut serta dalam ajang Asian Games tahun 1962. Penolakan tetsebut dilatarbelakangi oleh sikap politik Soekarno yang tidak mau merusak hubungan dengan negara-negara Arab apabila melibatkan Israel, dan beliau juga tidak ingin harmonisasi yang dijalin dengan RRT menjadi rusak karena melibatkan Taiwan. IOC kemudian memberi sanksi tegas berupa pelarangan keterlibatan Indonesia pada Olimpiade Tokyo tahun 1964.

    Larangan yang diberikan oleh IOC tersebut dipandang oleh Soekarno sebagai tindakan yang sangat bernuansa politis. Hal tersebut dikarenakan pejabat-pejabat yang ada pada tubuh IOC berasal dari negara-negara barat yang berupaya mewujudkan imperialisme gaya baru (neo-imperialisme) melalui olahraga. Anggapan Soekarno tidak sepenuhnya salah mengingat situasi politik dunia saat itu juga sedang tidak stabil akibat persaingan ideologi blok barat dengan blok timur. Soekarno berupaya untuk memunculkan semangat baru guna menetralkan konflik tersebut. Soekarno juga memiliki pandangan tersendiri bahwasanya olahraga dapat menjadi senjata politik guna menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara lain khususnya negara-negara yang sedang berkembang di kawasan Asia-Afrika.

     Ambisi Soekarno yang begitu besar tersebut perlahan-lahan mulai direalisasikan. Menurut Soebandrio, Waperdam I saat itu, segala persiapan dirampungkan dengan sangat-sangat matang dan hanya diselesaikan selama 200 hari lamanya. Untuk menyambut para atlet yang datang dari berbagai negara, Stadion Gelora Bung Karno dibangun, disusul dengan pembangunan Istora Senayan, dan yang paling ikonik adalah Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel HI sebagai wujud sambutan bangsa Indonesia kepada atlit-atlit yang datang untuk berlaga di kompetisi perdana Ganefo. Pembangunan tersebut juga tentu tidak dapat dilepaskan dari ambisi politik Soekarno yang selalu digadang-gadangnya, yaitu Politik Mercusuar. Tidak hanya itu, karena kemesraan hubungan Soekarno dengan negara blok timur, yaitu Uni Soviet, membuat persiapan pembangunan GBK menjadi lebih efisien. Uni Soviet, melalui Nikita Krischev bersedia menggelontorkan dana yang fantastis beserta arsitek yang didatangkan langsung dari Uni Soviet.

      10 November 1963, setelah pidato pembuka dari sang Kepala Negara Indonesia, pluit pertama ajang olahraga Ganefo resmi berkumandang di Gelora Bung Karno. Pluit tersebut seakan menggema membelah langit Jakarta dan menabuh genderang perlawanan terhadap hegemoni imperialisme bangsa barat. Negara-negara berkembang yang baru berdiri di kawasan Asia Afrika mulai mendapatkan perhatian dari dunia internasional lewat Ganefo. Sebanyak 23 cabang olahraga dilombakan, mulai dari atletik hingga balap sepeda. Pesta olahraga Ganefo yang berlangsung selama 10 hari tersebut berhasil dimenangan oleh RRT (China), disusul Uni Soviet, Indonesia dan Korea Utara. Pesta olahraga ini juga menunjukkan negara-negara Asia, khususnya Indonesia memiliki atlet-atlet berkaliber internasional.

      Melalui catatatan historis tersebut, maka tak jarang di setiap ajang kompetisi olahraga internasional, atlet-atlet dari Indonesia juga turut meramaikan perburuan medali ataupun trophy. Seperti baru-baru ini, atlet Indonesia yaitu Grecia Poli dan Apriyani Rahayu berhasil menyabet medali emas di ajang olimpiade Tokyo 2020 pada cabang olahraga bulutangkis. Kemenangan tersebut juga sekaligus mengakhiri paceklik prestasi Indonesia di ajang internasional.Ganefo juga disambut meriah oleh masyarakat Indonesia yang dibuktikan melalui pembangunan kereta express Payakumbuh-Padang, Sumatera Barat. Lalu pembukaan pasar Ganefo di Cengkareng, Jakarta Barat, dan yang paling unik adalah banyak orangtua yang menamai anaknya dengan nama Ganefo atau Ganefowati. Hal tersebut menunjukkan bagaimana euphoria masyarakat dalam menyambut pelaksanaan pesta olahraga Ganefo.

     Pelaksanaan Ganefo yang digagas oleh bung Karno tidak hanya membawa semangat baru bagi dunia olahraga negara-negara berkembang di kawasan Asia Afrika. Melalui Ganefo, Soekarno dengan tegas menyatakan bahwasanya dunia tidak selamanya harus tunduk pada sistem yang diciptakan oleh barat, namun melalui tekad dan keinginan sebuah bangsa untuk bersatu dan melawan segala bentuk penindasan. Melalui semangat tersebut, setiap bangsa akan memiliki will of freedom atau semangat kemerdekaan. Soekarno juga dengan tegas menyatakan kepada dunia internasional, bahwasanya olahraga adalah senjata politis yang mampu menggalang persatuan bagi setiap negara-negara berkembang.

    Pelaksanaan Ganefo yang pertama ini berlangsung sukses, bahkan menjadi momentum bagi bangsa-bangsa Asia Afrika untuk membentuk kekuatan NEFO (New Emerging Forces). Pembentukan NEFO digadang-gadang akan meredakan ketegangan situasi politik internasional sekaligus memperkuat persatuan diantara negara-negara kawasan Asia-Afrika. Karena keberhasilan pelaksanaan Ganefo yang pertama, maka Ganefo kedua kemudian diadakan kembali di Kamboja pada tahun 1966. Lalu yang ketiga direncakan di Manila, meskipun pada akhirnya rencana terebut tidak pernah terealisasi karena peristiwa pemberontakan yang terjadi di Indonesia yang diduga dilakukan oleh kelompok komunis.

      Melalui pelaksanaan Ganefo, kita diajak untuk berefleksi bagaimana semangat persatuan dan kesatuan digalang oleh para founding fathers Indonesia. Pelaksanaan ajang olahraga juga dapat menggali nilai-nilai positif, baik mental maupun jasmani sekaligus dapat menjalin persahabatan dengan dunia internasional. Tidak hanya itu, olahraga adalah salah satu cara untuk menembus sekat-sekat penghalang terciptanya semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan negara Indonesia. Seperti yang sudah termaktub dalam Roma 14:9, “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”.

Selamat memperingati Ganefo.

 

Gabriella Sianipar, S.Pd
Guru Sejarah
9 Oktober 2021

 

DAFTAR PUSTAKA

Gie, Soe Hok. 2005. Zaman Peralihan. Tangerang: Agromedia Pustaka.

https://historia.id/olahraga/articles/ganefo-mengganyang-olimpiade-DwrMA. Diakses 9 November 2021.

M.S Kapitsa dan Maletin N.P. 2009. Soekarno, Biografi Politik. Bandung: Trompet Book

 

BERITA LAINNYA - 24 September 2023
Penjualan organ secara ilegal sebagai masalah sos...
BERITA LAINNYA - 25 September 2023
Belajar mengenal kesenjangan sosial, dan mencari ...
Belajar mengenal kesenjangan sosial, dan mencari ...
BERITA LAINNYA - 26 September 2023
Balap Liar Sebagai Masalah Sosial dan Solusinya
Balap Liar Sebagai Masalah Sosial dan Solusinya
BERITA LAINNYA - 27 September 2023
Mitigasi perselisihan akibat perbedaan agama di s...
Perselisihan Agama sebagai Masalah Sosialdan solu...
BERITA LAINNYA - 28 September 2023
Pengangguran di Indonesia, penyebab dan solusinya...
Pengangguran Sebagai Masalah Sosial dan Solusinya
BERITA LAINNYA - 21 December 2023
MOTIVASI DALAM DIRI UNTUK MEMASUKI JENJANG PERKUL...
BERITA LAINNYA - 22 December 2023
Cara memotivasi diri sendiri ...
Cara memotivasi diri sendiri ...
BERITA LAINNYA - 23 December 2023
Cara Menumbuhkan semangat ...
Cara Menumbuhkan semangat ...
BERITA LAINNYA - 24 December 2023
REFLEKSI IBADAH NATAL by Natasya-X-4
REFLEKSI IBADAH NATAL by Natasya-X-4
BERITA LAINNYA - 26 December 2023
Refleksi Natal by Keysha X4
Refleksi Natal by Keysha X4
BERITA LAINNYA - 16 March 2024
Resensi Buku HUJAN: Tere Liye
BERITA LAINNYA - 17 March 2024
“Resensi Buku Keindahan Hidup”
“Resensi Buku Keindahan Hidup”
BERITA LAINNYA - 18 March 2024
Resensi Buku: "Koala Kumal" karya Raditya Dika
Resensi Buku: "Koala Kumal" karya Raditya Dika 
BERITA LAINNYA - 19 March 2024
Resensi buku “LELAKI DITENGAH HUJAN”
Resensi buku “LELAKI DITENGAH HUJAN”
BERITA LAINNYA - 20 March 2024
“Resensi Buku Lima Sekawan Rahasia Harta Karun”
“Resensi Buku Lima Sekawan Rahasia Harta Karun”
BERITA LAINNYA - 05 September 2024
Tak Bisa Sendiri, sebuah refleksi Teologis..
BERITA LAINNYA - 04 September 2024
Tetap Gembira ...
Tetap Gembira ...
BERITA LAINNYA - 03 September 2024
Kisah telur puyuh dan kebaikan Tuhan ..
Kisah telur puyuh dan kebaikan Tuhan ..
BERITA LAINNYA - 01 September 2024
Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik
Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik
BERITA LAINNYA - 01 September 2024
Mengukir Kekuatan di Balik Cobaan
Mengukir Kekuatan di Balik Cobaan
BERITA LAINNYA - 07 October 2024
Kekuatan Yang Lebih Besar Yang Melindungi Dan Mem...
BERITA LAINNYA - 08 October 2024
Segala Perkara Dapat Ku Tanggung Di Dalam DIA
Daily Rimender
BERITA LAINNYA - 09 October 2024
Betapa Baiknya Tuhan
Daily Rimender
BERITA LAINNYA - 10 October 2024
Belajar Untuk Lebih Mengasihi
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 11 October 2024
Menyerahkan Segala Perkara Di Dalam Tuhan
Daily Reminder

Choose Your School

GO