BERTEKUN DALAM KESESAKAN

Berita BPK PENABUR Jakarta - 27 July 2021

BERTEKUN DALAM KESESAKAN

“Be joyful in hope, patient in affliction, faithful in prayer”

(Roman 12:12)

(Oleh : Desy Nicola Asturo)

 

Pernahkah dalam suatu keadaan tertentu kita mengalami hal mendesak yang membuat kita merasa tersesak dan seolah terhimpit dengan waktu juga kesempatan? Apa yang kita lakukan dalam situasi kesesakan itu? Mungkin beberapa di antara kita secara umum akan merasakan kecemasan, ketakutan dan merasa rendah diri dalam menjalani situasi tersebut. Hal ini dirasakan karena kesesakan telah menjadi suatu stigma atau pandangan yang cenderung negatif oleh sebagian umat manusia. Tapi pernahkah kita juga menelaah dari sisi lain, bahwa momen kesesakan juga bisa menjadi keajaiban dan menghadirkan makna yang mendalam dan berbeda dari pandangan umum? Bagaimana jika dalam kesesakan itu ketekunan dan kasih serta kepercayaan dalam doa bekerja diantaranya?

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)1, kesesakan merupakan suatu tingkat kesukaran dan kesulitan sedangkan bertekun ialah hati yang keras akan kesungguhan yang tetap berpegang teguh dalam kepercayaan. Situasi kesesakan dan sifat bertekun ini dapat digabungkan dan diklasifikasikan dalam suatu bentuk perasaan terhadap sesuatu hal atau seseorang yang disebut sebagai emosi.

Lebih lanjut, seorang filosofer dan psikolog, Robert Plutcher2 membagi 8 tingkat emosi dasar dalam ilmunya yang terkenal yang disebut Plutchik’s Wheel. Beberapa diantaranya ialah ketakutan, kepercayaan, dan keterkejutan. Artikel kali ini akan mengkolaborasikan suatu bentuk ketakutan dengan kepercayaan juga ketakutan yang diiringi keterkejutan.

Sumber Video yang berjudul “Skripsi Didu”3 mengisahkan tentang seorang mahasiswa akhir yang tengah menyelesaikan revisi skripsinya. Didu menghabiskan 1 bulan waktunya dengan kesibukannya menonton film, bermain gadget atau gim dan kesibukan-kesibukan yang tidak berhubungan dengan skripsi. 

Di tengah ketidakpeduliannya terhadap tugas akhirnya, beberapa tokoh seperti Sang Dosen Pembimbing mengingatkan Didu melalui email tentang perkembangan skripsinya, selain itu rekan-rekan seperjuangannya menanyakan kapan ia segera menyusul untuk menyelesaikan sidang akhirnya. Perasaan Didu jelas tergambar dalam tayangan itu. Ia merasa geram, mungkin sebagian perasaannya merasa iri, dan segala sesuatu terasa begitu menghimpit bagi Didu. Sampai pada suatu peristiwa, Didu tak sengaja melemparkan ponselnya yang mengenai foto kedua orangtuanya. Ketika ia melihat figura kedua orangtuanya, Didu langsung termotivasi dan bergiat menyelesaikan tugasnya. Walau dalam perjalanannya ia harus menghabiskan waktunya untuk bertekun dalam materi skripsinya dan melaporkan perkembangan skripsinya ke ruang dosen, namun itu bukanlah hal yang sia-sia, karena pada akhirnya Didu berhasil menjalankan sidang akhirnya dan dinyatakan lulus.

Cuplikan sumber video lain dengan judul “The Captain”4 yang dirilis pada tahun 2019 menceritakan tentang seorang pilot bersama kru pesawat lainnya berjuang di tengah peristiwa yang begitu menyesakkan mereka bersama 119 penumpang lainnya.

Dikisahkan seorang pilot pesawat terbang Sichuan Airlines, Kapten Liu Chuanjian mempersiapkan penerbangan mereka ke ibukota Tibet, Lhasa bersama dengan dua pilot lainnya yakni Xu Ruiheng dan Liang Peng serta pramugari di bawah pengawasan Bi Nan. Selama 30 menit pertama, pesawat berada pada ketinggan 30.000 kaki dalam keadaan yang kondusif. Mulai pada menit ke 40, secara tiba-tiba kaca jendela disamping Co-Pilot mengalami keretakan hingga mengakibatkan pecah dan Co-Pilot Xu Ruiheng tertarik keluar kaca jendela di sampingnya. Hal ini menyebabkan tekanan udara menguat dan terjadi turbulensi hebat. Segera Kapten Liu mengambil alih manuver untuk menyelamatkan rekannya namun  oksigen semakin sulit karena tekanan udara justru semakin tinggi. Akhirnya Kapten rekan, Liang Peng,  mengambil inisiatif untuk masuk ke kokpit pesawat dan memberikan masker oksigen kepada Kapten Liu dan Co-Pilot Xu Ruiheng serta memberi semangat kepada kedua rekannya. 

Seolah kesesakan tiada henti, pesawat harus menerima kenyataan adanya awan badai yang menggumpal didepannya. Kapten Liu akhirnya memutuskan untuk menembus awan tersebut dengan estimasi ia melihat celah yang dapat ditembus pesawat dan mengambil keputusan untuk mendarat di bandara terdekat di Chengdu.. Hal ini diyakini karena pengalaman Kapten Liu yang bertekun dalam pekerjaannya sebagai mantan Pilot pesawat tempur yang telah beratus kali melewati jalur Tibet tersebut.

Radar sempat tidak terdeteksi pada ATC (Air Traffic Controller) karna turbulensi yang semakin bertambah kuat namun dapat diatasi beberapa menit setelahnya. Tidak berhenti sampai disitu, Kapten Liu harus melewati jalur pegunungan tinggi di hadapannya dan kembali bermanuver dengan pesawatnya. Karena kecepatan maneuver yang amat tinggi, mengakibatkan kondisi pendaratan sangat mengkhawatirkan karena kondisi mesin air brake yang sesaat tak berfungsi dan salah satu ban pesawat pecah. Namun berkat doa, dan kasih Allah serta kasih antar sesama manusia, ketiga pilot tadi bersatu untuk menjalankan air brake tadi hingga akhirnya pesawat dapat terhenti di landasannya.

Pada akhirnya Pilot dan seluruh kru pesawat bukan mendapat intimidasi karena kegagalan kru pesawat dalam membawa penumpang, justru apresiasi setinggi-tingginya diberi penumpang dan keluarga yang telah menunggu di lapangan lepas landas pesawat.

Melalui dua kisah yang berbeda namun dalam satu materi yakni kesesakan.dapat di relasikan bahwa kesesakan nyatanya ialah suatu keadaan atau kondisi yang menghimpit dalam waktu yang super singkat. Menelaah dari konsep Fisika, ketika waktu yang diberikan semakin singkat maka secara otomatis daya yang dikeluarkan justru semakin besar. Hal ini terbukti dari kedua kisah klip video di atas. Selain itu, kedua kisah menceritakan sikap tekun yang dilakukan tokoh dalam kesesakan yang dialaminya.

Melalui doa, kasih dari Allah dan orang-orang terkasih disekitarnya yang senantiasa mendoakan dan memotivasi, mereka dapat melewati kesesakan yang bertubi-tubi, karena keajaiban yang terjadi diantara kesesakan mereka.

Celah yang diambil oleh Didu ditengah waktu yang semakin cepat berlalu, dan celah gumpalan awan badai yang dilalui Kapten Liu dan awak pesawat lainnya, membuktikan bahwa dibalik kesesakan ada kesempatan untuk mewujudkan keajaiban karena ketekunan dan kepercayaan mereka akan kemungkinan-kemungkinan yang nampaknya sangat kecil.

Maka dapat disimpulkan melalui kisah dan deskripsi Robert Plutchik bahwa Ketakutan dengan Kejutan-kejutan peristiwa yang mungkin nampak amat sulit menghasilkan suatu bentuk ketakjuban akan mukjizat dari Tuhan dan ditengah ketakutan yang bercampur dengan kepercayaan ada suatu bentuk kepatuhan akan Allah.

Karena mukjizat keajaiban bukan terjadi secara kebetulan tetapi melalui penyelenggaraan Ilahi serta iman dan kasih Allah kepada manusia yang senantiasa bertekun dalam ajaranNya. Kesesakan sekalipun akan berubah menjadi kebahagiaan dan pencapaian yang bukan hanya berdampak bagi diri pribadi namun kepada orang disekitar.

 

REFERENSI 

  1. https://kbbi.kata.web.id/kesesakan/ 

https://kbbi.web.id/tekun. . Diakses pada tanggal 30 Juli 2021,  pukul 19.30.

  1. https://www.6seconds.org/2020/08/11/plutchik-wheel-emotions/. Diakses pada tanggal 30 Juli 2021, pukul 19.30.
  2. https://www.youtube.com/watch?v=OH1QUYqLW9Q. Diakses pada tanggal 30 Juli 2021, Pukul 19.30
  3. https://www.youtube.com/watch?v=wG8-H168tPo. Diakses pada tanggal 30 Juli 2021, Pukul 19.30
Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 01 June 2020
Juara III Jurusan IPS - Tahun 2020 - Nathania Int...
BERITA LAINNYA - 01 June 2020
Juara I Jurusan IPS - Tahun 2020 - Vanessa Cahyan...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Jeremy Gunawan_Asisten Dosen_Institut Teknologi B...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Febiyana Aditya_Asisten Laboratorium _BINUS Unive...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Daniel Harjuna _ Asisten Dosen _ Universitas Gadj...
BERITA LAINNYA - 24 April 2022
Hari Meningitis Sedunia
BERITA LAINNYA - 19 April 2022
The One That Got Away
The One That Got Away
BERITA LAINNYA - 27 April 2022
LOVE OUR EARTH
LOVE OUR EARTH
BERITA LAINNYA - 01 August 2022
LAPORAN KEGIATAN MPLS HARI PERTAMA
LAPORAN KEGIATAN MPLS HARI PERTAMA
BERITA LAINNYA - 02 August 2022
LAPORAN MPLS HARI KEDUA
LAPORAN MPLS HARI KEDUA
BERITA LAINNYA - 14 September 2023
Virus Ebola : Sentuhan maut...
BERITA LAINNYA - 15 September 2023
Batik, Warisan Indonesia yang Mendunia
Batik, Warisan Indonesia yang Mendunia
BERITA LAINNYA - 16 September 2023
Yerusalem : Kota suci tiga agama...
Yerusalem : Kota suci tiga agama...
BERITA LAINNYA - 17 September 2023
Ketika Pandemi lebih mematikan dari Perang.....
Ketika Pandemi lebih mematikan dari Perang.....
BERITA LAINNYA - 18 September 2023
Kisah NBA: Terkenal Dimana-Mana Padahal  Cuma Ada...
Kisah NBA: Terkenal Dimana-Mana Padahal  Cuma Ada...
BERITA LAINNYA - 14 February 2024
Si Malang Lail, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 15 February 2024
Amelia, Si Anak Bungsu, sebuah RESENSI
Amelia, Si Anak Bungsu, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 16 February 2024
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 17 February 2024
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 18 February 2024
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 09 July 2024
Beribadah Bukan untuk Dipamerkan
BERITA LAINNYA - 10 July 2024
Berdoa dan Belajar
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 11 July 2024
Mendoakan yang Jauh
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 12 July 2024
Cobaan: Menjadi Pribadi yang lebih Kuat
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 13 July 2024
Tuhan Memiliki Rencana yang Indah
Daily Reminder

Choose Your School

GO