"Saya belum punya seragam SMP, Bu, hanya ada seragam SD yang sudah kesempitan," pesan dari seorang siswa yang mengoyak hati saya.
Suatu hari, di tengah ketidakpastian dan ketakutan yang menghimpit banyak orang akibat pandemi COVID-19, saya mendapatkan sebuah pesan yang membuat hati saya begitu resah kala itu. Pesan itu dapat Anda baca pada kalimat di atas.
Ah, baiknya saya berkenalan terlebih dahulu dengan teman-teman pembaca! Pertama-tama tentu mengenai nama indah yang diberikan oleh orang tua saya, dan nama itu ialah Dwi Puji Lestarianti. Lalu, dalam perjalanan kehidupan ini, saya mendapatkan sebuah nama panggilan yang selalu menyentuh hati, "Bu Puji!" Demikian para murid menyapa setiap harinya. Selain itu, mungkin juga tentang di mana Tuhan menempatkan saya untuk berkarya dan melayani sebagai seorang pendidik. SMPK BPK PENABUR Jatibarang menjadi tempat saya bertumbuh dan berproses selama puluhan tahun, secara terkhusus menjadi kepala sekolah sejak tahun 2004.
Sepanjang perjalanan saya mengajar, belajar, serta diajar, banyak perjumpaan yang mewarnai kehidupan saya. Perjumpaan dengan sesama rekan pendidik, perjumpaan dengan para siswa juga orang tua siswa, dan terlebih perjumpaan dengan Tuhan. Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan kisah saya dengan seorang murid bernama Teo Sebastian Nugraha yang tanpa sadar telah memperjumpakan saya dengan Tuhan yang penuh dengan kasih dan kemurahan.
Kembali lagi dengan pesan yang menyayat hati itu. Ya, pesan itu berasal dari Teo ketika ia duduk di bangku kelas 8. Pandemi COVID-19 memaksa kami semua untuk belajar melalui media Zoom dari rumah, dan agaknya saya tertipu sekian lama dengan penampilan anak-anak di layar Zoom. Di depan layar, semua tampak baik-baik saja, kehidupan berjalan seperti biasanya. Tetapi, cerita Teo di hari itu mematahkan seluruh ekspektasi saya selama ini.
Waktu itu, saya memberikan pengumuman melalui WhatsApp Group untuk para siswa kelas 8 yang akan mengikuti ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Karena kegiatan tersebut dilakukan di sekolah, tentu saja mereka harus menggunakan seragam PENABUR dengan rompi biru khasnya. Lalu, Teo membalas pesan itu secara pribadi dan mengatakan, "Pakai seragam SD gapapa, Bu?" Saya tentu bingung, apa maksudnya Teo hendak menggunakan seragam SD? Di mana seragam SMP miliknya? Di mana seragam putih yang biasanya saya lihat di layar itu?
Kemudian, Teo menceritakan kepada saya bahwa seragam putih yang selalu tampak di layar Zoom itu merupakan seragam SD yang kancing-kancingnya sudah lepas. Saya meminta Teo mengirimkan foto seragam itu, dan pada saat itu saya merasa Tuhan memanggil saya untuk menolong Teo. Saya tahu, saya harus menyambut panggilan itu.
Saya ingat bahwa beberapa waktu lalu BPK PENABUR Jatibarang mendapat kiriman seragam layak pakai dari sister school kami di Jakarta, yakni SMPK 6 PENABUR Jakarta. "Saya coba carikan punya alumni ya?" demikian yang saya bisa lakukan. Teo dengan secercah harapan di dalam hatinya menunggu kabar dari saya. "Bu, apakah seragamnya ada? Saya jadi bisa ikut ANBK?" Fyuh... hati saya sungguh tergetar mendengar seorang anak yang masih bersemangat untuk melanjutkan pendidikan di tengah segala keterbatasan. Akhirnya, setelah mencari seragam itu di kotak-kotak penyimpanan bersama Ibu Sri, saya dapat mengatakan kepada Teo, "Ya, Nak. Kamu harus berangkat ya, kamu harus ikut ANBK."
Setelah peristiwa itu, saya melihat kepercayaan diri Teo yang terus meningkat. Ya ampun, seragam ajaib! Kami hanya memberikan seragam kotak-kotak biru khas PENABUR, tetapi saya melihat Tuhan berkarya di dalamnya, maka melalui seragam itu kehidupan seorang anak diubahkan. Prestasi Teo terus meningkat, bahkan sampai memenangkan medali perunggu di Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN) bidang Matematika.
Teo murid yang hebat. Tetapi, saya juga ingin menceritakan kepada teman-teman pembaca tentang keluarga hebat di balik kehidupan Teo. Ia lahir dari sepasang suami istri yang berbeda agama (Papanya beragama Islam dan Mamanya Kristen). Papanya merupakan salah satu korban PHK dari sebuah perusahaan di Jakarta. Sang ibu berjualan sermier (keripik yang terbuat dari singkong). Seluruh hasil penjualan sermier selalu dititipkan kepada kami untuk perlahan-lahan membayar uang sekolah Teo.
Teman-teman pembaca, saya berjumpa dengan murid yang sangat hebat. Tetapi, kisah saya dengan Teo juga telah memperjumpakan saya dengan Tuhan. Tuhan yang penuh kasih dan terus berkarya dalam kehidupan manusia. Tuhan berkarya melalui BPK PENABUR. Rasanya, Tuhan juga dapat berkarya melalui saya dan Anda.
Maukah kita mengambil bagian dalam karya kasih Tuhan di dunia ini?
**Kisah inspirasi ini berdasarkan pengalaman nyata Ibu Dwi Puji Lestarianti (Kepala Sekolah SMPK BPK PENABUR Jatibarang).
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR