Bergeming Dalam Hujan - Cheri
Cerpen Siswa & Guru - 20 August 2021
Embun air hujan membasahi jendela dapur, teh hangat yang dia pegang terasa sangat nyaman di dalam pelukan kedua telapak tangannya, “hari yang nyaman” pikir seorang gadis yang menyukai hujan.
Baginya, hujan itu saatnya untuk bersantai, karena vibe nya terasa berbeda. Dia tidak tahu, apa yang mungkin akan terjadi nanti, apa yang akan terjadi besok, bulan kedepannya, dan kedepannya lagi. Dia hanya menikmati suasana hujan dingin yang membuatnya duduk meringkuk di depan jendela, “aku ingin waktu berhenti” pikirnya dalam hati, tapi sesuatu yang bernama ‘waktu’ tidak pernah berhenti.
Aku berlari ke dalam sekolah, “telat” pikirku. Hujan yang biasanya menjadi cuaca favoritku kini malah membuatku panik. Aku berlari kencang sampai tidak melihat lubang yang berada di depanku, “jresssh" kakiku masuk ke dalam lubang itu, tidak peduli, aku terus saja berlari masuk. Saat aku sampai, ternyata sekolah mengundur jam masuk karena cuaca buruk, aku lega namun kesal karena telah panik sampai membuat kakiku basah kuyup.
Aku melihat teman-temanku, sibuk bercerita tentang pagi ini, ada yang tertawa, ada yang merasa tidak nyaman karena rok/celana mereka basah kuyup, dan ada yang meringkuk dengan jaket di bangkunya. Aku langsung bergabung dengan mereka, kami tertawa dan bertingkah konyol.
Halo, ini cerita tentang aku, yang kalian baru saja baca adalah hari-hari sebelum bencana besar terjadi. Semuanya mulai menjadi abu-abu ketika virus ini muncul di muka bumi. “Kacau" adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan tahun 2020 ini, siapa yang tahu apakah tahun 2021 akan menjadi tahun yang jauh lebih baik, atau bahkan jauh lebih kacau.
Seperti boyband one direction yang katanya hiatus 18 bulan malah menjadi 5 tahun lebih, guru kami juga memberi kami libur “2 minggu" yang kini menjadi 8 bulan lamanya, dan tentu saja akan lebih seiring berjalannya waktu. Yang tadinya setiap bangun pagi hari terasa cerah meski cuaca gelap, sekarang malah kebalikannya.
Online school. Kata yang sekarang membuat aku malas. Memang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain memanfaatkan teknologi yang ada dan memulai online school, meski rasanya seperti memakan nasi tanpa lauk. Yang biasanya hari penuh dengan tawa dan warna dengan teman-teman, sekarang rasanya hanya kosong.
Setiap hari rasanya sama, hari terasa seperti beberapa menit, dan bulan terasa seperti beberapa jam. Tanpa terasa sekarang sudah 8 bulan lamanya kita bersarang di dalam rumah.
Orang tuaku hampir tidak pernah memperbolehkan kami keluar rumah. Mereka hanya akan keluar rumah untuk membeli bahan pangan di pasar.
Kami tidak diperbolehkan kemana-mana kecuali ada keperluan mendesak yang perlu dibeli. Kami tidak diperbolehkan ke gereja untuk keamanan dan kesehatan kami sendiri, kami beribadah sendiri di rumah. Rasanya seperti kelinci yang terkurung di dalam kandang di tengah hutan. Jika keluar, kemungkinan untuk dimakan hewan buas bisa saja terjadi.
Layaknya orang normal, tidak mudah dan tidak menyenangkan berada di rumah setiap waktu. Rasanya suntuk, dan tidak berwarna. Hari buruk rasanya terus saja datang, ditambah dengan teman-teman yang tidak selalu online. Jika diminta memberi satu kata untuk karantina ini, tentu saja jawabannya adalah “lelah".
Lelah di sini lebih kucondongkan pada lelah mental. Bayangkan saja, manusia ini makhluk sosial. Yang namanya makhluk sosial itu membutuhkan satu sama lain. Kalau untuk bertemu saja sulit, bagaimana kita bisa “survive".
Memang jawaban semua orang sama, yaitu menguatkan iman dan mental. Tapi siapa yang tidak lelah dengan semua ini, bahkan sekarang sudah banyak orang yang berlagak seperti tidak ada pandemi virus yang sedang terjadi, mereka beraktivitas bebas. Setiap harinya, aku hanya bangun, mandi, online class, makan, tiktok, dan segala aktivitas yang kalian juga lakukan, karena saat ini, rutinitas kita kurang lebih sama.
Di suatu pagi yang dingin, aku terbangun dari tidurku yang pulas. Suara alarm handphoneku selalu berhasil mengagetkanku yang sedang bermimpi. Aku terbangun, dan mandi, memakai seragam, kemudian guru kami mengirim link google meet untuk beribadah pagi. Aku dan teman-temanku kemudian masuk ke link tersebut setelah mengirim pesan ‘udah pada masuk?’ di grup kami yang lain.
Seperti ibadah pagi lainnya, kami berdoa, dan membaca firman Tuhan. Setelah itu kami berfoto, aku biasanya hanya memperlihatkan dinding dan atapku yang mulus, bukan wajahku. Jika kau bertanya alasannya, akupun tak tahu.
Atau, mungkin aku tahu? Kau tak akan tahu. Setelah beribadah, biasanya kami diberi jeda sebentar untuk memulai pelajaran pertama, sembari menunggu biasanya kami bercanda di grup kami. Setelah itu pelajaran dimulai. Terkadang kami diberi link google meet atau zoom yang kami harus masuki, lagi-lagi setelah mengirim pesan ‘udah pada masuk?’ di grup. Biasanya akan dijawab dengan ‘otw' atau ‘cepetan masukk'.
Saat sedang pelajaran, kami berbincang di grup mengirim pesan-pesan seperti ‘halaman berapa??’ atau ‘pada ngerti??’ kemudian dilanjutkan dengan bercanda, dan pasti ada satu orang yang mengirim ‘diem woii, itu dengerinn', menyadarkan kami ke realita yang sebenarnya. Saat diberi tugas, kami akan berbincang sebentar di grup membahas tugas tersebut, kemudian grup akan sunyi sesaat, menandakan kami sedang mengerjakan tugas.
Saat istirahat, grup menjadi sepi, meski ada yang mengirim stiker random dan dibalas dengan stiker random lainnya. Di istirahat kami yang pertama, aku tidak sempat sarapan karena tugas belum selesai, ketika selesai, pelajaran lain kemudian dimulai. aku tidak suka makan sambil kelas, itu tidak membuat otakku berkonsentrasi.
Pelajaran dimulai dan kami kembali heboh di grup. Selalu saja ada yang membuatku tertawa, kemudian ada lagi satu orang yang mengirim ‘online class woiii', itu membuatku tertawa. Semuanya terulang, istirahat kemudian disambut dengan tambahan biologi.
Google meet biologi saat itu sangat lucu, aku tertawa sepanjang pelajaran. Sedangkan di grup, kami terus mengirimkan ‘WKWKWKW' ada juga yang ‘ehh pipi aku sakitt', yang membuatku tertawa lebih keras.
Setelah itu selesai, grup kembali sunyi, menandakan teman-teman yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Sedangkan aku? Aku kembali terlempar ke realita.
Terkadang aku merasa sedikit kosong, karena teman-teman hanya heboh saat online school, di luar itu, grup terasa seperti grup tidak terpakai. Aku melanjutkan aktivitasku, membosankan tentunya.
Dari karantina ini sebenarnya aku belajar sangat banyak pelajaran, karena hari-hari di rumah kadang lebih memberatkan daripada hari-hari normal. Semua orang pasti mengalami breakdown, tapi bagiku, itu normal.
Karena karantina ini, aku belajar sangat banyak mulai dari loving myself, sampai ke cara berpikirku yang ter-upgrade. Banyak sekali orang-orang yang menginspirasiku, mulai dari Harry Styles, Louis Tomlinson, Niall Horan, Liam Payne, dan bahkan orang-orang biasa di tiktok. Karena karantina ini, sudut pandangku berubah, lebih baik tentunya.
Itu adalah ceritaku, mungkin hampir sama dengan teman-temanku yang lain, atau mungkin berbeda? Silahkan lanjut membaca untuk mengetahuinya.
Bergeming Dalam Hujan
Cheri//Cerpen Siswa
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur