Di sebuah kompleks perumahan, tinggallah Lusi, seorang anak berambut panjang dan seorang lagi berambut pendek, bernama Mimi. Rumah mereka bersebelahan, hanya dipisahkan tembok dan pagar.

           Walau rumah mereka berdekatan, hubungan pertemanan Lusi dan Mimi sering terjadi perselisihan hanya gara-gara hal sepele, misalnya Mimi sering berbicara keras-keras di rumahnya dan membuang sampah di dekat rumah Lusi. Hal seperti itu menjadi pemicu keributan.

           Suatu pagi, Lusi kehilangan satu botol air minum. Semalam dia lupa memasukkan botol air minum yang diletakkan di depan pintu rumahnya. Ketika bangun dan akan mengambil botol air minum itu, Lusi sangat terkejut karena botol air minumnya hilang. “Botol minumku dicuri! Ini pasti perbuatan Mimi!” begitu pikir Lusi asal menuduh Mimi. “Tetangga dekatku hanya Mimi. Aku yakin pasti dia yang mencuri botol minumku. Huh! Sungguh keterlaluan, teganya dia!”

           Sejak saat itu Lusi membenci Mimi. Ia tidak mau memberi salam dan bertegur sapa. Lusi menutup rapat pintu rumahnya supaya Mimi tidak bisa masuk dan bermain di rumahnya.

           Pada suatu hari gantian Mimi yang kehilangan botol minum. Pagi itu Mimi pergi ke Indomaret. Ia ingin sekalian membawa minuman yang akan diberikan kepada saudaranya yang sedang berolahraga di taman joging. Karena tergesa-gesa, botol minum yang diletakkan di dekat pagar rumah tertinggal, ternyata botol air minumnya sudah tidak ada.

           “Ya ampun, botol minumku hilang!” Mimi sangat kecewa. “Ini pasti perbuatan Lusi!” Mimi menuduh Lusi tanpa bukti. Mata Mimi tertuju pada rumah Lusi yang tertutup rapat. “Tuh, setelah mencuri ia menutup pintunya.” Sejak saat itu Mimi juga membenci Lusi.

           Suasana memanas seperti ini berlangsung beberapa hari. Lusi dan Mimi saling curiga. Mereka tidak mau berbicara, tidak mau saling mengunjungi, dan tidak ada yang mau mengalah untuk bertegur sapa. Mereka malah saling berpaling muka apabila bertemu di jalan.

           Lusi ingin menjebak Mimi. Diam-diam ia meletakkan botol minumnya di depan rumah, lalu menutup kembali pintunya. Setelah itu ia mengintip dari balik jendela. “Aku akan menangkapmu dan melaporkan kepada satpam agar semua tahu bahwa Mimi sang pencuri!” begitu kata Lusi dari balik jendela.

           Hal serupa juga dilakukan Mimi. Sejak kehilangan botol minum yang akan diberikan kepada saudaranya, ia ingin tahu pencuri sebenarnya. Ia meletakkan botol minum di dekat pagar tempat ia pernah kehilangan, kemudian ia menutup pintu rumah dan mengintip dari lubang kunci pagar. Dari balik pintu, Mimi menunggu dengan harapan dapat menangkap basah pencurinya. Kalau tertangkap ia akan memberitahukan kepada tetangga-tetangganya.

           Mimi menunggu dari balik pintu dengan sabar, tetapi ternyata rasa ngantuk tidak dapat ditahan lagi. “Zzzzz…..” Mimi tidur pulas. Ketika bangun, Mimi sangat terkejut. Ternyata botol minum yang ia letakkan sudah lenyap tanpa diketahui siapa yang mengambil.

           Suasana semakin panas. Lusi dan Mimi bertambah kesal. Kecurigaan di antara mereka semakin memuncak. Kini mereka sama sekali tidak mau saling melihat. Jangan sampai mereka berhadapan satu sama lain.

           Lusi telah meletakkan lagi botol minumnya. Tidak hanya satu, tetapi dua botol. Ia akan menunggu sampai benar-benar tahu siapa yang mengambil botol minum itu. Ia tidak akan lengah lagi seperti yang pertama kali. Waktu itu ia tidak melihat pelaku yang mengambil botol minumnya. Dari balik jendela, Lusi menyiapkan tali untuk menangkap si pencuri.

           Mimi juga melakukan hal yang sama. Ia meletakkan dua botol minum, lalu menyiapkan cemilan dan susu coklat kesukaannya. Ia tidak mau tertidur lagi sebelum menangkap basah pencuri botol minumnya.

           Siang itu udara sangat panas. Rika sedang berlari melewati rumah mereka. Begitu sampai di depan rumah Lusi dan Mimi, hatinya sangat gembira. “Wah, kedua temanku ini sangat baik hati. Mereka sering memberikan air minumnya untukku,” begitu pikir Rika yang tidak tahu.

           Rika mengira Lusi dan Mimi kelebihan air minum lalu membuang botol minumnya di luar rumah. Dengan santai Rika mengambil botol-botol itu dari rumah Lusi dan Mimi. “Wah… segarnya minum air,” kata Rika. Kebetulan aku sedang kehausan. Namun belum sempat Rika menghabiskan air minum itu, dari dalam rumah terdengar,

           “Hai, itu botol minumku, mengapa kamu ambil?!” kata Lusi sambil keluar dari rumahnya.

           “Oh, jadi kamu juga ya yang mengambil botol-botol minumku?” Mimi juga keluar dari rumahnya.

           Rika hanya bengong, “I…,iya, aku yang mengambil botol-botol minummu,” Rika mengakui. Tetapi aku kira botol-botol itu sudah tidak berguna bagimu dan sengaja kamu buang.

           “Eh, enak saja, botol-botol itu masih berguna!” kata Lusi.

           “Mengapa kamu taruh di luar?” tanya Rika ingin tahu.

           “Hmm…, aku lupa membawa masuk botol minumku,” jawab Lusi merasa bersalah.

           “Eh, kalau lupa masa berkali-kali?” Rika mau tahu jawaban Lusi.

           “Hmm…, yang kedua dan ketiga segaja kuletakkan. Aku ingin tahu siapa yang mencuri botol minumku,” jawab Lusi, tetapi ia tidak menaruh curiga lagi pada Mimi.

           “Iya, aku juga meletakkan botol-botolku karena aku mengira yang mengambil botol minumku adalah Lusi,” Mimi akhirnya mengaku sudah menuduh Lusi. Aku ingin menjebak dan menangkap basah Lusi, tetapi, ternyata yang mengambil bukan Lusi. Mimi tertunduk malu lalu meminta maaf, “Aku minta maaf.”

           “Aku juga minta maaf karena telah menuduhmu,” kata Lusi kepada Mimi.

           “Kalau begitu aku juga minta maaf karena sudah mengambil botol minum kalian,” Rika juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sungguh aku tidak tahu kalau botol minum yang ada di luar rumahmu itu masih berguna.

           Akhirnya ketiganya itu saling minta maaf dan memaafkan. Lusi dan Mimi tidak lagi saling curiga. Sekarang mereka berteman baik kembali. Lusi dan Mimi lebih berhati-hati dengan barangnya. Mereka tidak pernah meletakkan botol minumnya di sembarang tempat, sedangkan Rika tidak berani lagi mengambil botol minum, kecuali memang diberikan oleh Lusi maupun Mimi.

 

# Berpikirlah positif dan jangan menaruh prasangka buruk kepada semua orang #

 

Jenis Karya   : Cerita Pendek

Penulis          : Grace Adijanto

Kelas            : 8B

Choose Your School

GO