Mendengar Secara Kritis dan Proaktif
Berita Lainnya - 21 April 2021
Mendengar adalah proses mengartikan apa yang didengar dan secara mental mengaturnya agar dapat diterima akal.
Penuh perhatian berasal dari akar kata bahasa Ibrani, Qashab, yang berarti “memasang telinga, mendengarkan”. Kata azan diterjemahkan memberi telinga dan berarti “melebarkan telinga”. Kata shama menjelaskan sikap penuh perhatian kita kepada Tuhan dan berarti “ mendengarkan dengan cerdas”.
Kata bahasa Yunani untuk penuh perhatian adalah ekkremamai, yang berarti “bergantung pada bibir orang yang berbicara, yaitu mendengarkan dengan seksama”. Ini adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan perhatian orang banyak yang mendengarkan pengajaran Yesus (Lukas 19:48).
Mendengar penuh perhatian lebih dari sekedar mendengarkan dengan telinga, tetapi melibatkan “hati yang mendengar”. Ketika Salomo diberi kesempatan oleh Tuhan untuk meminta apa saja yang diinginkannya, ia dengan bijaksana meminta hati yang mendengar. Dalam doanya, “Berikanlah... hamba-Mu ini hati yang paham (Ibrani: shama) untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan yang baik dan yang jahat” (I Raja-raja 3:9). Tuhan mengabulkan permintaan Salomo. Dan karena ia meminta hati yang mendengar, Tuhan juga memberikan kepadanya kebijaksanaan, kekayaan, dan kehormatan (I Raja- raja 3:10-13).
Setiap orang bisa mendengar, tetapi tidak setiap orang bisa mendengar dengan penuh perhatian. Hal ini dikarenakan mendengar penuh perhatian memerlukan keahlian khusus. Dibutuhkan kesiapan secara fisik dan mental, mengambil waktu untuk diam, mempertahankan kontak mata, memusatkan perhatian, fokus atau konsentrasi yang tentu saja membutuhkan kemampuan otak untuk menerjemahkan setiap informasi yang diterima, memperhatikan ekspresi lawan bicara dan memberikan tanggapan atau respon terhadap apa yang disampaikan. Dengan mendengar penuh perhatian kita akan mampu memahami apa yang disampaikan dan sekaligus menunjukkan kepedulian kita terhadap orang yang sedang berbicara.
Yesus menegaskan hal ini ketika Ia menjelaskan perumpamaan tentang Penabur (Markus 4: 1–20). Dalam Markus 4:9 Yesus berkata, “siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.” Artinya Yesus mengasumsikan semua orang punya telinga, tetapi belum tentu semua orang dapat memakai telinga tersebut untuk mendengar. Itulah sebabnya Yesus menghubungkan hal mendengar dengan hal mengerti dan memahami (ayat 13). Jelaslah sekarang bahwa untuk dapat memahami apa yang dikatakan orang lain, kita bukan sekedar membutuhkan telinga tetapi yang jauh lebih penting adalah konsentrasi dan keinginan untuk memberi perhatian terhadap apa yang sedang kita dengarkan.
(Tim Bina Iman SEKOLAH TIRTAMARTA BPK PENABUR)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur