REVENGE? NOT SWEET! - DAILY DEVOTION
Artikel - 19 June 2025
Revenge is sweet. Kita pasti pernah mendengar ungkapan ini: balas dendam itu manis. Benarkah demikian? Sebuah artikel mengutip penelitian seorang peneliti dari Universitas Zurich bernama Ernst Fehr. Penelitian itu mengungkapkan bahwa pada area otak manusia yang bernama dorsal striatum atau bagian yang bertanggungjawab untuk perasaan nikmat terdapat reaksi emosional schadenfreude, yaitu rasa puas yang dirasakan ketika orang lain menerima kemalangan. Bagian itu teraktivasi ketika kita merencanakan sesuatu untuk membalas dendam kepada orang lain. Ernst melanjutkan bahwa kenikmatan balas dendam hanya ada pada tahap perencanaan dan antisipasi. Jika kemudian benar-benar dilakukan, rasa nikmat itu segera tergantikan dengan banyak sekali perasaan-perasaan negatif. Sementara, sebuah buku penelitian: The Paradoxical Consequences of Revenge, menyatakan bahwa orang yang berharap bisa puas karena balas dendam justru mendapat ketidakpuasan yang berkepanjangan. Hal itu disebabkan karena ketika orang sudah membalas dendam, ia cenderung akan terus memikirkan dan mengingat orang yang telah menyakitinya.
Penelitian Ernst Fehr tadi selaras dengan tulisan Rasul Paulus yang kita baca hari ini. Alih-alih menabuh genderang perang, Allah menghendaki kita menempuh jalan perdamaian dengan tetap menunjukkan perbuatan baik kita kepada musuh kita atau orang yang menyakiti kita. Sebab, kasih harus terwujud kepada semua orang termasuk kepada musuh kita. Demikianlah yang dikatakan oleh Yesus sendiri dalam Lukas 6:27-28, “Tetapi, kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu, berkatilah mereka yang mengutuk kamu, berdoalah bagi mereka yang berbuat jahat terhadap kamu.” Inilah kasih Allah Bapa yang sempurna, “...yang menerbitkan matahari-Nya bagi orang yang jahat maupun orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar maupun orang yang tidak benar.” (Mat. 5:45).
Dengan perbuatan baik yang kita lakukan kepada musuh kita, kita sedang “menumpukkan bara api” di atas kepalanya. Kalimat tersebut jangan dipahami secara harfiah bahwa kita membakar kepala musuh. Arti dari kalimat itu adalah ritual pertobatan. Nabi Yesaya pernah diberikan “bara api” oleh malaikat di mulutnya sebagai perlambang penyucian dosa. Maka artinya, saat kita membalas perlakuan jahat musuh dengan kasih, kita sedang menuntun musuh kita pada jalan pertobatan, sekaligus menunjukkan kasih Allah yang mampu mengubah dendam kita menjadi pengampunan. Di tengah dunia yang terbiasa dengan balas dendam, mari kita terus berjuang untuk hidup dalam kasih Allah yang sempurna; kasih yang tidak mendendam tetapi mengampuni dan tetap berbuat baik.
Tim Bina Iman Jenjang
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur