Zakheus, Si Pemungut Cukai Yang Baik Hati

Berita Lainnya - 17 March 2024

 

Seperti apakah profil Zakheus yang kita pahami selama ini? Apakah dia seorang yang di-cap oleh orang Yahudi sebagai orang berdosa karena ia adalah pemungut cukai? Atau, kita mengenalnya sebagai orang yang telah bertobat setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus? Pernahkah kita membayangkan bahwa ia merupakan seorang pemungut cukai yang baik hati? Marilah kita membaca kembali teks Lukas 19:1-10 dengan meletakkan pra-paham yang sudah kita miliki tentang Zakheus sampai saat ini.

 

Pada saat Tuhan Yesus masuk ke kota Yerikho, Zakheus bergegas ke jalan untuk mengetahui siapakah Yesus itu. Sesampainya di jalan yang dilalui oleh Tuhan Yesus, nampaknya ia sadar betul tidak akan bisa bersaing dengan orang banyak yang sdah lebih dahulu bersama-Nya. Ia ditulis dalam Alkitab sebagai orang yang bertubuh pendek, sehingga tidak mungkin berdesakkan di antara kerumunan orang untuk menjawab rasa ingin tahunya itu. Tetapi rasa ingin tahunya begitu besar, sehingga naiklah ia ke sebuah pohon ara untuk melihat-Nya. Cara yang ia pilih terdengar konyol! Ia merupakan seorang kepala pemungut cukai dan seorang kaya, bukankah ia dapat memikirkan cara yang lebih elegan, misalnya dengan mengundang Yesus untuk makan bersama di rumahnya? Tapi, kita tidak dapat mengandai-andaikan cara lain, karena pada kenyataannya ia memilih memanjat pohon ara. Mungkin, ia merasa tidak cukup pantas untuk mengundang Yesus, mengingat ia dikenal sebagai seorang berdosa. Memanjat pohon ara merupakan cara yang dapat ia lakukan untuk memenuhi keinginannya dalam senyap: tidak perlu bertanya atau berkata-kata, hanya melihat saja sudah lebih dari cukup baginya.

 

Sekonyong-konyong, Tuhan Yesus menyapanya: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (ayat 5). Tuhan Yesus memandang ke atas, melihatnya, dan menyapa dengan memanggil namanya: Zakheus! Lebih lagi, Ia akan menumpang di rumahnya. Bukankah ini sikap nguwongke Zakheus?

 

Zakheus diangkat setinggi-tingginya oleh Tuhan Yesus, hatinya dilambungkan dan dibesarkan-Nya. Tetapi, orang (banyak) yang melihat hal itu bersungut-sungut dengan sebuah tuduhan: Zakheus seorang pemungut cukai, ia adalah orang berdosa! (bdk. ayat 7). Apakah kita juga termasuk salah satu dari orang yang bersungut-sungut dan menyimpan tuduhan kepada Zakheus sebagai pemungut cukai yang curang dan berdosa? Atau, kita akan berusaha tenang dan melihatnya dengan hati dan pikiran yang jernih, tidak tegesa-gesa menghakiminya sebagai orang berdosa hanya berdasarkan kata orang saja?

 

Mendengar kasak-kusuk dari kerumunan orang banyak itu, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan Yesus di hadapan orang banyak itu: Lihatlah, setengah dari apa yang menjadi milikku, Tuhan, aku memberikannya kepada orang-orang miskin (ayat 7, terjeman Indonesian Literal Tranlation). Zakheus tidak mengatakan “aku akan memberikan…”, tetapi “aku memberikannya…”. Dalam bahasa Yunani ditulis dengan kata kerja didōmi (present indicative active verb) yang diterjemahkan dengan : aku (memiliki kebiasaan) memberi (I give). Dengan kata lain, zakheus menunjukkan apa yang (biasa) ia lakukan, sehingga ini bukan sebuah tanda pertobatan karena Tuhan Yesus telah menyapanya di atas pohon Ara. Apalagi dalam teks tidak kita jumpai bahasa tubuh yang menunjukkan sikap orang yang bertobat, seperti tersungkur atau menangis di hadapan Yesus. Zakheus berdiri dan menyatakan dengan tegas (statheis). Mengatakan hal itu di tengah tuduhan/stereotip dari orang banyak yang merasa lebih suci dan berkuasa dari pada para pemungut cukai, termasuk Zakheus, bukanlah sebuah kesombongan, melainkan akan lebih terlihat sebagai sebuah pembelaan diri.

 

Zakheus memberikan setengah dari apa yang menjadi miliknya. Ia melepaskan sesuatu yang oleh sebagian besar orang digenggam erat-erat, seperti seorang muda yang datang kepada Yesus dan berkata: Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? (lih. Markus 10:17) Dalam kisah tersebut, pemuda itu mlengos saat Tuhan Yesus memintanya menjual hartanya untuk dibagi kepada orang miskin lalu mengikut-Nya. Tidak demikian dengan Zakheus.

 

Mungkin Zakheus mendengar kisah dan ajaran Tuhan Yesus atau Yohanes pembaptis tentang hidup jujur. Atau, mungkin ia salah satu dari para pemungut cukai yang dibaptiskan oleh Yohanes pembaptis dalam Lukas 3:12 dan bertanya: Guru, kami harus melakukan apa? Lalu Yohanes pembaptis menjawab: “jangan menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan”.

 

Jika benar demikian, perkataan Yohanes pembaptis itu membuatnya menemukan sesuatu yang lebih berharga dari pada mengumpulkan/menggenggam kekayaan sebanyak-banyaknya atau mempertahankan pengakuan, harga diri, kebesaran, pujian, kepuasan atau kekuasaan. Ajaran Tuhan Yesus atau mungkin Yohanes pembaptis yang ia dengar telah mengubah pikirannya, begini: bukan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya yang membuatku menjadi manusia, melainkan yang dilakukan oleh Yesus kepada orang-orang miskin itu membuatku sadar bahwa akupun manusia sama seperti mereka. Setengah dari yang ia miliki itu tentu bukan jumlah yang sedikit, mungkin orang kaya akan lebih bisa merefleksikan hal ini: bagaimana rasanya melepaskan setengah dari apa yang dimiliki dan hidup dengan setengah sisanya? Orang yang belum pernah kaya seperti penulis hanya bisa menerka-nerka soal ini, karena akan sangat jarang ia memberikan setengah dari apa yang ia miliki: bukan karena ia pelit, tapi karena miskin sehingga harus penuh perhitungan. Atau, jangan-jangan justru orang miskin akan lebih fasih merefleksikan bagian ini karena sudah terbiasa hidup dengan kurang dari setengah kekayaan Zakheus. Sekalipun menerima tidak lebih berbahagia dari pada memberi, bagi orang miskin, peristiwa itu merupakan berita sukacita karena setengah yang diberikan oleh Zakheus itu akan menunda lapar beberapa hari kedepan. Dan, Zakheus hidup dengan setengah dari harta yang ia miliki. Mungkinkah spirit hidup Zakheus “hidup dengan setengah dari apa yang dimiliki” menjadi spirit orang masa kini?

 

Katanya lagi:  “sekiranya dari seseorang ada sesuatu yang telah aku gelapkan, aku akan mengembalikannya empat kali lipat”. Dalam KJV ditulis: “If I have…”, pernyataa Zakheus ini conditional sentence, jadi sangat mungkin dimengerti sebagai bentuk pembelaan juga. Ia ingin menunjukkan kepada orang yang bersungut-sungut bahwa sebenarnya ia bersih dari memeras orang, sehingga ia mengatakan: jika sekiranya ada orang yang aku peras, maka aku akan mengembalikan empat kali lipat? (ayat 8) Dengan demikian, setengah harta Zhakeus yang diberikan kepada orang miskin itu bukan harta haram, melainkan diperoleh dari kerja bersih. Kekayaan yang ia peroleh dari upah kerjanya.

 

Zakheus ini hebat. Di tengah label yang diberikan oleh orang banyak (mungkin termasuk orang Kristen saat ini) kepadanya “pemungut cukai adalah orang berdosa” ia tidak resign dari pekerjaannya. Ia tetap bekerja sebagai pemungut cukai yang baik. Mungkin ia ingin membantu orang miskin dengan tetap bekerja sebagai pemungut cukai, karena kalau ia sakit hati oleh label dari orang yang bersungut-sungut, ia hanya akan menjadi bagian dari kemiskinan. Ia pun tidak dapat melakukan sesuatu yang perlu untuk orang miskin pada saat itu. Tindakannya itu bukti dari imannya sebagai anak Abraham yang hidup dengan etika kerajaan sorga. Pernyataan Tuhan Yesus: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepda rumah ni, karena orang inipun anak Abraham.Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”, pernyataan Tuhan Yesus ini bukan sebuah konsekuensi atas pertobatannya, melainkan lebih dapat dipahami sebagai hak keselamatan yang seharusnya ia peroleh. Jadi, masihkah kita akan memprofilkan Zakheus sebagai orang berdosa? (Kristian - Guru PAK)

 

Referensi

Alkitab Indonesian Literal Translation 3

Naseri. C, Mutiti Naseri. (2012). The Story of Zacchaeus: vindication or conversion? The Nigerian Journal of Theology Vol. 26, p.1-20

Richardson, A. Zacchaeus as the Righteus One. Artikel ilmiah diakses dari http://bit.ly/2YdxgWK, pada tanggal 23 Juli 2019

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 07 March 2024
Seminar Motivasi Kelas XI: Bijak Online, Bahagia ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 05 March 2024
Ibadah Siswa: Cinta Tuhan, Cinta Kita
Ibadah Siswa: Cinta Tuhan, Cinta Kita
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 March 2024
Informasi Penerimaan Raport Mid Semester Genap, P...
Informasi Penerimaan Raport Mid Semester Genap, P...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 March 2024
Seminar Motivasi Kelas X: Heroik Mentality: Break...
Seminar Motivasi Kelas X: Heroik Mentality: Break...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 06 March 2024
Euphoria Prom Kelas XII
Euphoria Prom Kelas XII
Berita BPK PENABUR Jakarta - 13 October 2023
Kegiatan Camp Character Kelas X Tahun Pelajaran 2...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 12 October 2023
Kegiatan Camp Character Kelas X Tahun Pelajaran 2...
Kegiatan Camp Character Kelas X Tahun Pelajaran 2...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 October 2023
Pelatihan Guru dan Karyawan: Begini Cara Membangu...
Pelatihan Guru dan Karyawan: Begini Cara Membangu...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 06 October 2023
Pelatihan Guru dan Karyawan: Melihat Lebih Dekat ...
Pelatihan Guru dan Karyawan: Melihat Lebih Dekat ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 05 October 2023
Christian Parenting: Fatherless No More
Christian Parenting: Fatherless No More
Berita Lainnya - 11 July 2024
Stop Smoking !
Berita Lainnya - 21 June 2024
Selamat Libur Kenaikan Kelas
Selamat Libur Kenaikan Kelas
Berita Lainnya - 20 June 2024
Seindah Siang Disinari Terang Ibadah Rutin 24 Agu...
Seindah Siang Disinari Terang Ibadah Rutin 24 Agu...
Berita Lainnya - 19 June 2024
Resensi Buku: All About Teamwork
Resensi Buku: All About Teamwork
Berita Lainnya - 17 June 2024
Selamat Hari Raya Idul Adha 2024
Selamat Hari Raya Idul Adha 2024
Berita Lainnya - 30 November 2023
A Healthy Mind Contributes to A Healthy Life
Berita Lainnya - 29 November 2023
Memberi kepada Sesama Tidak akan Berhenti Melahir...
Memberi kepada Sesama Tidak akan Berhenti Melahir...
Berita Lainnya - 28 November 2023
Be Joyfull in Hope, Patient in Affliction, Faithf...
Be Joyfull in Hope, Patient in Affliction, Faithf...
Berita Lainnya - 27 November 2023
Memberikan Legacy Berupa Kebaikan yang Inspiratif...
Memberikan Legacy Berupa Kebaikan yang Inspiratif...
Berita Lainnya - 23 November 2023
Regulasi Emosi, Emangnya Penting?
Regulasi Emosi, Emangnya Penting?
Berita Lainnya - 17 February 2022
Short Story: Waiting for a Friend’s Loyalty
Berita Lainnya - 16 February 2022
Komunitas Berelasi Positif
Komunitas Berelasi Positif
Berita Lainnya - 15 February 2022
Merasa Takut ...
Merasa Takut ...
Berita Lainnya - 07 February 2022
Misi Kristus Didorong oleh Kasih Bapa
Misi Kristus Didorong oleh Kasih Bapa
Berita Lainnya - 10 February 2022
Bedah Buku: 88 Cerita Rakyat Terindah dari Negeri...
Bedah Buku: 88 Cerita Rakyat Terindah dari Negeri...

Choose Your School

GO