Tanda Pengikat Rasa
Berita Lainnya - 19 November 2021
“Tell me and I forget. Teach me and I remember. Involve me and I learn.” (Benjamin Franklin)
Kutipan yang diungkapkan Benjamin Franklin tersebut relevan dengan konteks pendidikan hari-hari belakangan ini. Guru dituntut untuk menghidupkan kelas dengan pelibatan atau cara-cara yang interaktif. Belum lagi soal ekosistem di luar sekat tembok kelas, guru pun mesti menali lekat hati peserta didik demi menjaga kesehatan mental yang kian serius di tengah pelik metode pembelajaran dalam situasi pandemi Covid-19. Tak ada cara lain, metode mengajar, fleksibilitas, tenaga ekstra dan strategi baru mutlak dikonstruksi seiring pergeseran peran di era disrupsi.
Lantas, kondisi demikian tidak selayaknya dikhawatirkan berlebihan, justru sejatinya menyelipkan warta gembira. Sungguh internet dengan pusparagam informasinya tak akan dapat menggantikan peran guru yang menanamkan nilai-nilai kehidupan, kebajikan dan mewariskan keteladanan. Bahkan, sejarah jelas mencatat jasa-jasa tanpa pamrih yang tak pernah luntur tergerus waktu. Keyakinan itu sampai tertuang dalam peringatan hari “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang diperingati setiap 25 November. Momentum ini bukan hanya menjadi simbol peringatan cikal bakal perajut bara semangat kaum muda, melainkan juga landmark penghormatan dan resolusi bagi para pencerdas insan-insan litas generasi.
Dinding-dinding sekolah telah terlampaui dan menjadi saksi betapa mulia dan pentingnya figur guru dalam membina dan mengasuh insan penerus bangsa. Peringatan ini pun menjadi wahana apresiasi bagi para penjamin kreasi dan inovasi anak. Seperti yang dilakukan oleh OSIS SMAK 5 PENABUR Jakarta misalnya, dimana terinisiasi untuk memberikan bingkisan yang melekatkan kesan. Mereka menyebutnya sebagai “little token of appreciation”.
Namun, sungguh makna yang terkandung jauh lebih besar dari istilah menyebutnya. Hal itu menunjukkan keberhasilan konstruksi karakter dan nilai-nilai. Seolah menegaskan kembali bahwa siswa-siswi begitu tak ingin kehilangan pelibatan dan sentuhan perasaan yang tak bisa didapatkan saat mengandalkan internet sebagai acuan. Keteladanan bermurah hati dan penuh empati menjadi kian berharga.
Belarasa, itulah bagian integral yang akan selalu mereka teladani dari figur guru. Pengalaman-pengalaman nadir justru hidup sebagai perekat kolaborasi yang menjadi kemampuan fundamental abad ini. Wawasan yang menembus tingkap-tingkap cakrawala menuntun pada pengisian perbendaharaan pemaknaan hidup. Warisan inilah yang abadi dan lekat membekali jalan kegembiraan hati yang saling terkoneksi dalam membangun keadaban bangsa. Pelibatan peserta didik menjadi sarana meniti pembelajaran dan pemosisian hidup yang sejati. Guru telah menginvestasikan segalanya dan generasi ke generasi terus melimpahkan imbal hasilnya. Selamat memperingati Hari Guru Nasional 21 November 2021. Bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan!
Dibuat oleh:
Andi Suryadi
Tenaga Kependidikan di SMAK 5 PENABUR Jakarta dan penulis aktif Detikcom, Geotimes, dan Jawa Pos.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur