Resensi Buku: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Berita Lainnya - 09 February 2024
Identitas Buku
Judul Buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit : Jakarta
Cetakan : Desember 2016
ISBN : 978-979-22-5780-9
Tebal buku : 264 halaman ; 20 cm
Jenis Buku : Novel
Harga : Rp.58.500
Resensi
Tere Liye adalah penulis buku yang namanya sudah tidak asing di dengar oleh para pembaca buku Indonesia, sehari-hari Tere Liye bekerja sebagai akuntan dan hobinya adalah menulis buku. Uniknya, Tere Liye sebenarnya bukan nama asli dari penulis novel Daun Yang Jatuh Tak pernah membenci Angin ini, Nama asli dari Tere Liye sebenarnya adalah Darwis, seorang Penulis Indonesia yang lahir di Lahat, Indonesia pada tanggal 21 Mei 1979. Tere Liye menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengahnya di SDN 2 Kikim Timur dan SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian, ia melanjutkan sekolahnya di SMAN 9 Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah lulus, ia meneruskan studinya ke Universitas Indonesia di fakultas Ekonomi. Kegiatannya setelah selesai kuliah banyak diisi dengan menulis buku-buku fiksi. Tere Liye sudah mempunyai istri bernama Riski Amelia dan hidup amat bahagia dengan kedua anaknya.
Tere Liye mulai menulis buku pada tahun 2005 dengan karya pertamanya Hafalan Shalat Disa yang diangkat ke layar lebar, dan karya terbaru Tere Liye adalah The Gogons 2 : Dito & Prison of love pada tahun 2020, Tere Liye menulis banyak buku yang cukup populer sampai ada buku yang dijadikan film dan diangkat ke layar lebar seperti Hafalan Shalat Delisa dan juga Bidadari-Bidadari Surga. Tere Liye mempunyai banyak karya karya, seperti Hafalan Shalat Delisa pada tahun 2005, Moga Bunda Disayang Allah, Kisah Sang Penandai dan The Gogons: James & The Incredible Incidents pada tahun 2006, Bidadari-Bidadari Surga dan Sunset Bersama Rosie pada tahun 2008, Burlian dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu pada tahun 2009, Pukat dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pada tahun 2010, Eliana dan Ayahku (Bukan) Pembohong pada tahun 2011, Berjuta Rasanya, Sepotong Hati yang Baru, Negeri Para Bedebah, Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah pada tahun 2012, Amelia dan Negeri Di Ujung Tanduk, pada tahun 2013, Bumi Rindu dan Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta pada tahun 2014, Bulan dan Pulang Pada tahun 2015, Matahari, Hujan, Tentang Kamu, dan #AboutLove pada tahun 2016, #AboutFriends dan Bintang dll.
Tere Liye mendapat penghargaan pada IKAPI award dan Islamic book fair, Tere Liye mendapatkan penghargaan pada acara IIBF atau Indonesia International Book Fair yang diselenggarakan di JCC (Jakarta Convention Center), Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) memberikan penghargaan kategori Literacy Promoter, Book of The Year dan Writer of The Year. Tere Liye mendapat penghargaan dalam kategori Writer of the year 2016, tapi sayang, pada waktu itu Tere Liye tidak dapat hadir. Karya Tere Liye juga mendapat apresiasi pada Islamic Book Award di tahun 2017 sebagai Buku Islami Terbaik Fiksi Dewasa di perhelatan buku Islam terbesar, Islamic Book Fair (IBF) ke 16.
Novel Daun yang jatuh tak pernah membenci menceritakan Tania yang jatuh cinta pada Danar, sosok malaikat yang mempunyai perbedaan umur yang jauh dengan nya, kisah ini dimulai dengan Tania yang tinggal bersama Ibu dan adiknya di sebuah rumah yang terbuat dari kardus yang kurang layak untuk ditinggali, karena ayah Tania yang pergi meninggalkan mereka karena sebuah penyakit saat Tania masih berumur 8 tahun dan adiknya baru berumur 3 tahun membuat Ibunya harus bekerja mondar mandir sebagai tukang cuci sedangkan Tania dan Adiknya harus mengorbankan sekolah dan pergi mengamen setiap hari. Suatu hari, datanglah sosok malaikat pada kehidupan Tania dan merubah kehidupannya 180 derajat. Kehidupan keluarga Tania menjadi lebih membaik sejak Danar datang pada kehidupan mereka.
Hubungan Tania, adiknya dan Danar pun menjadi semakin erat dan dekat karena sering menghabiskan waktu bersama, sampai suatu saat Danar membawa seorang perempuan yang bernama Ratna, dan dari situ perasaan kesal dan cemburu mulai tumbuh di hati kecil seorang Tania. Kemudian datanglah lagi cobaan di kehidupan Tania, Ibunya terjatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, Tania menganggap seluruh dunia nya telah hancur, tetapi kabar baik akhirnya muncul, Tania mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Singapura, walaupun berat meninggalkan adiknya dan Danar, akhirnya ia pun berangkat ke Singapura.
Hari hari telah lewat, Tania yang terus belajar dengan giat di Singapura, akhirnya telah tumbuh dewasa di negeri orang, pada saat hari kelulusan Senior High school Tania di sekolah nya, Tania mendapatkan kabar baik, ia mendapatkan prestasi yang baik sekali, tetapi kabar baik itu lenyap begitu saja karena ia mendengar bahwa Danar dan pacarnya, Ratna akan menikah. Tania yang mempunyai perasaan tersembunyi terhadap Danar terus menghindari Danar karena Tania mengira bahwa Danar juga mencintainya walaupun dugaan itu ternyata salah, sampai suatu saat Tania memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk berlibur secara diam-diam, dan di saat itu Tania akhirnya mengetahui bahwa ternyata Danar juga menyimpan rasa terhadapnya, tetapi semua itu sudah terlambat, Tania akhirnya memutuskan untuk kembali ke Singapura dan melanjutkan studi nya disana.
Karya sastra milik Tere Liye kali ini sangatlah bermakna. Novel yang satu ini bergenre romantis dan bertema cinta yang tidak harus memiliki. Alur yang dipakai oleh Tere Liye untuk novel ini adalah alur campuran. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya sorot balik atau flashback seiring berjalannya cerita. Latar tempat dalam novel ini, antara lain rumah kardus & sekitarnya, toko buku, halte, Dunia Fantasi (taman bermain), rumah sakit, tempat pemakaman Ibu Tania, toko buku favorit Danar, rumah kontrak Danar, kelas mendongeng milik Danar, bandara, bandara Changi, Chinatown, NUS (National University of Singapore), toko buku terbesar di Singapura.
Kelebihan dari novel terletak pada membanjirnya pesan moral atau amanat yang dapat kita ambil. Amanat yang paling utama dan sangat mencolok yaitu adalah untuk pantang menyerah dalam menjalani susahnya hidup. Namun, tidak hanya itu, ternyata novel ini juga berpesan bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai sehingga kita tidak boleh memaksakan kehendak, bahwa segala sesuatu sudah ada yang mengatur, dan bahwa apapun yang kita alami, jangan menyalahkan pada keadaan. Pemilihan kata atau diksi yang digunakan dalam novel ini juga terkesan sangat indah, sehingga menambah rasa romantis dalam novel tersebut. Cerita karya Tere Liye kali ini juga tidak monoton dan tidak prediktif, maka pembaca dapat menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya atau terkejut dengan alur cerita yang unik. Penulisan novel ini juga sangat menarik karena penulis menambahkan teks percakapan melalui chatting/texting.
Akan tetapi, dibalik kelebihan-kelebihan tersebut, novel ini juga mempunyai kekurangannya. Kekurangan buku ini yaitu cerita tidak diperuntukkan untuk semua umur dan kurang dapat diterima akal sehat. Alasan ini didasarkan dari cerita utama bagaimana seorang anak berumur 11 tahun jatuh cinta terhadap pria berumur 25 tahun dan sebaliknya, tentu keadaan ini jarang kita temui dan menantang beberapa stigma-stigma kepercayaan masyarakat pada umumnya. Selain itu, novel ini memiliki beberapa istilah yang sulit untuk dimengerti seperti avant-garde dan sebagainya.
Namun, terlepas dari itu semua, novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin layak untuk dibaca dengan memperhatikan umur para pembaca. Tentunya novel ini tidak cocok untuk anak berumur 11 tahun dan sekitarnya. Penulis berhasil membawa hanyut pembaca ke dalam kompleksnya perasaan milik Tania dan pilunya hati kecil miliknya yang memendam semua rasa selama bertahun-tahun lamanya. Begitu juga dengan rasa menyedihkan yang menusuk sampai ke tulang-tulang pembaca saat Tania dan Dede kehilangan Ibu tercinta mereka. Pembaca juga merasakan begitu dewasanya Danar dan Ratna yang menghadapi segala macam tantangan-tantangan hidup di depan mereka. Oleh karena itu, karya sastra milik Tere Liye kali ini merupakan aset berharga untuk kita miliki dan kebanggaan Tere Liye yang tentunya berkontribusi besar dalam sastra Indonesia dan dunia pendidikan.
Sekali lagi, novel ini mengajarkan para pembaca untuk tidak pernah menyerah seberapa tajam tantangan kehidupan dapat menusuk hati kita. Entah itu, kehilangan seseorang yang amat berharga, perasaan cinta yang tidak saling memiliki, persembunyian rasa cemburu panas yang membara dalam hati, dan sebagainya. Sebagaimana Dede berkata bahwa hidup harus menerima, yaitu penerimaan yang indah, bahwa hidup harus mengerti, yaitu pengertian yang benar, dan bahwa hidup harus memahami, yaitu pemahaman yang tulus. (Siti Maryam - Pustakawan SMAK 5 PENABUR Jakarta)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur