Karya Tulis Kanaya & Michelle : ATLAS Di Bawah Bintang

Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 September 2024

sumber : kanaya & michelle SMAK 3 PENABUR Jakarta

Penulis : Kanaya Kelas X-5 & Michelle Kelas X-2

Sepasang mata mengarah ke langit, menatap keindahannya. Kekosongan gelap membalas tatapan anak laki-laki itu dengan bulu mata penuh mutiara dan mata sedalam lautan, memikat hatinya. Hembusan angin menerpa punggungnya, mencoba mengalihkan perhatiannya. Namun, matanya dibentuk untuk tertuju hanya pada satu hal.

“Atlas, cepat tidur!” teriak seorang wanita dari kursi ruang tamu, sontak memecah fokusnya. Sebuah sahutan tidak antusias terdengar beberapa saat kemudian menjawab teriakan yang menggema kencang itu.

“Ya, ya,” jawab seorang pemuda di teras rumah sambil memainkan tangannya di sebuah teleskop.

“Cepat tinggalkan teleskop itu atau mama sita, ya!”

“Setelah aku selesai baru aku akan tidur, oke?” Atlas menjawab sambil menyapu rambut hitam tebal yang menutupi matanya.

Ah, sepertinya aku harus potong rambut, pikirnya sambil tangannya ikut memperbaiki kacamata bundar yang beristirahat di telinganya. Ia mengarahkan teleskop itu ke langit, mencari-cari benda langit yang selama ini dia amati. Hanya di hari-hari cerah seperti ini baru ia bersyukur bisa tinggal di lahan kosong. Alasannya, karena ia bisa melihat benda-benda langit dengan jelas. Namun kebanyakan waktu, ia lebih merasa kesal karena harus bepergian jauh hanya untuk ke sekolah atau bahkan untuk pergi kemanapun.

“Oke, ayo kita lihat. Hari ini tanggal 2 Juli 2024, sekarang pukul 10.30 dan teleskop menghadap ke arah barat. Jika ingatanku benar, aku akan melihat konstelasi virgo.” Atlas bergumam kepada dirinya sendiri, fokus pada lensa yang berada di depannya.

Masalahnya, ingatannya memang tak pernah salah. Jenius, orang bilang. Namun, Atlas tidak pernah menganggap dirinya sebagai jenius. Ia hanya penasaran akan subjek ini dan rasa penasaran itu yang memicunya untuk terus mencari tahu, terus tidur terlalu malam hanya untuk melihat bintang, dan rela terus dimarahi ibunya karena waktu tidurnya, sesederhana itu.

Atlas masih mengotak-atik teleskopnya, seketika rasa sakit tiba-tiba menusuk dari salah satu telinganya.

“Aduh, aduh, Ma, jangan ganggu dong!”

“Kamu, ya, udah dibilangin suruh tidur masih aja di sini. Udah gelap, banyak nyamuk tau! Sana ke kamar!” balas wanita

itu sambil memakai wajah galak dan menatap anaknya dengan tajam. Tatapan mata itu paling ampuh untuk membuat Atlas mengurungkan semua niatnya untuk melanjutkan kegiatan tadi. Ia menyeret kakinya kembali ke kamar sambil menggerutu kesal sendiri. Ibunya memasang wajah seperti telah menang atasnya untuk pertama kali, walaupun ini terjadi hampir setiap hari.

Atlas menutup pintunya, berhati-hati tidak menutupnya terlalu kencang agar tidak terdengar seperti sedang memberontak. Ia meraih handphone-nya dan menjatuhkan badannya ke kasur dingin yang empuk. Badannya mulai bekerja dalam mode autopilot, ia bersenandung sambil membuka kunci layar. Seperti biasa, ia menelusuri internet dulu sebelum tidur. Jempolnya terus menggeser layar ke atas, membiarkan matanya mencari informasi baru, seperti liburan teman-temannya ke luar negeri atau video hewan yang lucu.

Mode autopilot-nya terhenti ketika jarinya berhenti di suatu poster dengan desain mencolok yang kurang enak dilihat. Namun, Atlas hanya peduli pada tulisan besar yang sepertinya sengaja dibuat sebesar itu untuk mengambil perhatiannya.

Teks itu membunyikan dengan besar, ‘Inilah kesempatanmu untuk pergi ke luar angkasa!’. Alis Atlas terangkat tinggi untuk menanggapi matanya yang juga membesar. Ia langsung memperbaiki postur duduknya menjadi lebih tegak, tertarik untuk membaca lebih banyak. Sepertinya poster jelek itu berhasil memikatnya.

Semua orang yang bahkan hanya tahu nama Atlas juga mengetahui kecintaannya kepada antariksa. Bagaimana tidak, semua yang ia pedulikan memang hanya itu. Gantungan kunci dengan gambar planet, tas dengan gambaran bintang yang ia buat sendiri, alasannya karena tas dengan desain yang biasa dijual ‘tidak sesuai dengan kenyataan’. Bahkan, telepon genggamnya juga dilengkapi dengan layar bergambar antariksa. Ibunya sendiri suka mendesah pelan ketika melihat kamarnya. Rasanya seperti masuk ke pameran di mal tentang luar angkasa, katanya.

Tidak mungkin seorang Atlas akan melewati poster itu begitu saja. Jemarinya memaksa untuk kembali menelusuri dan mencari tahu lebih banyak lagi.

“Oke, umur 14 sampai 16, baiklah aku masuk ke kategori ini. Tinggi badan minimal 158. Terakhir aku periksa sepertinya tinggiku mencapai 170. Ah, ada tes juga untuk bisa terpilih.”

“Ini juga perusahaan antariksa yang diakui negara. Ya, sudah pasti bukan palsu.” Tak perlu berpikir panjang lagi, Atlas langsung menyambar link untuk mendaftarkan diri, tidak terlalu memedulikan tentang tes itu. Jari-jarinya gesit dalam mengisi data dirinya. Badannya terasa seperti tersetrum, saking gembiranya.

Terlalu semangat, sampai tidak bisa tidur. Ia sudah mencoba menutup mata, tetapi tidak berhasil. Berjam-jam dihabiskannya hanya untuk berguling di kasur. Atlas menggerutu

kesal, menyerah kepada tubuhnya yang keras kepala itu dan beranjak dari kasurnya.

Pada malam-malam seperti ini, Atlas akan berpaling ke pensil, kertas, dan rumus-rumusnya yang ia kenal dari hati. Ia duduk dan memecahkan sebanyak mungkin persoalan fisika sambil berharap badannya akan lelah sendiri dan tertidur. Namun, tidak jarang juga ia akhirnya terjaga semalaman.

Untungnya, kali ini otak dan tubuhnya sedang ingin bekerja sama. Skylight yang terpasang di atap kamarnya sudah kembali menyebarkan hangat matahari di seluruh penjuru kamar. Ia mengambil handphone-nya terlebih dahulu untuk mencoba membangunkan diri. Atlas ke luar kamarnya sambil mengusapkan tangan ke matanya, berharap ibunya tidak sadar ia kekurangan tidur.

“Pagi. Mau sarapan?” tanya wanita yang sedang sibuk di dapur itu. Nadanya sebenarnya cukup lembut, tapi hanya saat tidak marah. Kabar buruknya, ia marah sembilan puluh sembilan persen dari waktu. Setidaknya, itu yang Atlas ingat akan ibunya.

“Hmm,” jawab Atlas yang sedang berjalan menuju tempat makan dengan mata terpaku pada gawainya. Ayahnya sudah duduk di depan televisi untuk menikmati sarapannya. Atlas berspekulasi ia sudah bangun sejak jam 5 pagi tadi. Entah mengapa, akhir-akhir ini ayahnya suka berolahraga. Bukan berarti itu adalah hal buruk, hanya saja tidak biasa ia lihat.

Ting! Alat di tangannya itu mengeluarkan suara khasnya, menandakan ada pesan masuk. Jempolnya langsung menuju notifikasi pesan itu, membuka emailnya secara otomatis.

‘Halo, ATLAS CHALDENE.

Terima kasih sudah mendaftarkan diri ke program kamp pelatihan kami!

Anda satu langkah lebih dekat ke impian terbang ke luar angkasa!

 

Klik link di bawah ini untuk mendapatkan informasi tentang tes seleksi.’

Pesan tersebut mengingatkannya atas tindakan impuslifnya tadi malam yang juga mengingatkannya kalau ia belum minta izin atau bahkan memberitahu apapun tentang rencananya pergi ke luar angkasa kepada orangtuanya.

Atlas memilih untuk mencari tahu tentang tes seleksi itu lebih dulu. Sepertinya akan lebih mudah untuk menjawab pertanyaan yang pasti akan dikeluarkan ibunya saat meminta izin.

Isi dari tautan itu mendaftarkan tempat, tanggal, dan waktu pelaksanaan tes, serta hal-hal lain yang perlu dihimbau peserta tes. Seperti semua informasi biasa lain, pikirnya.

Sekarang, satu-satunya hal yang perlu ia lakukan adalah memberitahu orang tuanya dan entah bagaimana caranya mendapatkan izin mereka.

Pasti mereka mengerti. Mereka tahu aku suka luar angkasa. Tidak ada alasan mengapa mereka tidak akan membiarkan aku pergi, bisik pikirannya.

Walau ia hebat dalam perhitungan dan memorisasi, ia tidak terlalu baik dalam memikirkan perasaan orang lain. Aspek unik darinya itu sudah pernah mengakibatkan banyak perselisihan antara dirinya dengan orangtua, teman-teman, dan secara singkat, orang-orang yang ada di dekatnya. Bukannya karena tidak peduli tentang mereka, ia hanya orang yang terlalu logis, tidak bisa

 

menghitung perasaan sebagai sebuah ‘variabel’ yang berpengaruh.

Seperti semua rumus yang ia ketahui, segala sesuatu harusnya diselesaikan dengan cara yang lebih praktis, dan perasaan tidak membantu membuat masalah menjadi praktis.

“Ma, minta izin.” Kalimat itu memecahkan kereta pikirannya.

“Buat?”

“Ikut tes astronomi, yang lolos bisa ikut kampnya.” Atlas sengaja untuk tidak memberitahukan semuanya di awal. Mungkin agar durasi ocehan ibunya juga berkurang.

“Oh, boleh. Kapan? Di mana? Jam berapa? Kalau waktunya pas, mungkin nanti papa bisa antar,” tanyanya sambil menusuk beberapa pancake dengan garpunya, siap menyantap.

“Besok sih, nanti aku kirim lokasinya. Sekitar jam tujuh,” jawabnya sambil kembali memeriksa tautan yang terbuka di teleponnya itu.

“Oh, kalau gitu bisa.” Terdengar sebuah jawaban dari kursi sofa di ruang tamu.

“Oh iya, setelah pelatihan, mereka akan menerbangkan kita ke luar angkasa,” lontar Atlas dengan sesantai mungkin. Pernyataannya barusan sudah pasti akan ditemui dengan tolehan terkejut dari orangtuanya. Tentu dibumbui juga dengan teriakan kaget dari ibunya yang melengkapi suasana.

Walaupun Atlas biasanya tidak bisa menangkap isyarat sosial, sepertinya kali ini ia memahami pesannya dengan jelas.

“Ah, matilah,” bisik Atlas.

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 April 2024
Siswa-siswa SMAK 3 PENABUR Jakarta Berhasil Lolos...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 10 April 2024
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengucapkan Selamat Hari R...
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengucapkan Selamat Hari R...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 05 April 2024
Perayaan Paskah SMAK 3 PENABUR 2024: "Berkarya da...
Perayaan Paskah SMAK 3 PENABUR 2024: "Berkarya da...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 02 April 2024
14 Siswa SMAK 3 PENABUR Jakarta Lolos SNBP 2024
14 Siswa SMAK 3 PENABUR Jakarta Lolos SNBP 2024
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 April 2024
Kunjungan Kelas 11 IPS 1 Ke Panti Werdha Karya Ka...
Jessica Naomi Purnama dan Ayshia Murniani Kencan...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 08 January 2024
SMAK 3 PENABUR Jakarta Gelar Ibadah Awal Tahun 20...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 05 January 2024
SMAK 3 PENABUR Jakarta Gelar Perkenalan dan Sarap...
SMAK 3 PENABUR Jakarta Gelar Perkenalan dan Sara...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 03 January 2024
Pemberitahuan Kebijakan Terkait Penggunaan Masker...
Pemberitahuan Kebijakan Terkait Penggunaan Masker...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 01 January 2024
Selamat Datang 2024: Memasuki Tahun Baru dengan H...
Selamat Datang 2024: Memasuki Tahun Baru dengan H...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 25 December 2023
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengucapkan Selamat Hari N...
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengucapkan Selamat Hari N...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 September 2023
Adeline Fedora Cahyadi dari SMAK 3 PENABUR Jakart...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 August 2023
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengikuti Asesmen Nasional...
SMAK 3 PENABUR Jakarta Mengikuti Asesmen Nasional...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 26 August 2023
Murid-Murid SMAK 3 PENABUR Jakarta Siap Bersaing ...
Murid-Murid SMAK 3 PENABUR Jakarta Siap Bersaing ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 August 2023
Memeriahkan HUT RI ke-78, SMAK 3 PENABUR Jakarta ...
Memeriahkan HUT RI ke-78, SMAK 3 PENABUR Jakarta ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 August 2023
SMAK 3 PENABUR Jakarta dan SMPK 3 PENABUR Jakarta...
SMAK 3 PENABUR Jakarta dan SMPK 3 PENABUR Jakarta...
Berita Lainnya - 13 October 2021
Karir Sesuai Passion atau Karir Populer
Berita Lainnya - 13 October 2021
Ulasan Career Day SMAK 3 PENABUR JAKARTA
testimoni dari siswa kelas XII setelah mengikuti ...
Berita Lainnya - 13 October 2021
Victorem : Keberanian untuk Berubah dan Mulai Men...
ulasan dari siswa kelas X tentang kegiatan Charac...
Berita Lainnya - 13 October 2021
Kesan Pesan Kegiatan Character Formation Kelas X
Kesan dan pesan dari siswa kelas X tentang kegiat...
Berita Lainnya - 15 October 2021
Testimoni Bina Iman Kelas XI
Ulasan kegiatan Bina Iman yang ditulis oleh siswa...
Berita Lainnya - 31 May 2021
Pelepasan Siswa-Siswa SMAK 3 PENABUR Jakarta 2020...
Berita Lainnya - 19 July 2021
Kegiatan PLS Tahun Pelajaran 2021-2022
Berselancar di dunia maya dalam PLS SMAK 3 ternya...
Berita Lainnya - 16 August 2021
Sesi PKBN2K "Kejujuran"
Ulasan tentang sesi PKBN2K yang dilakukan pada ha...
Berita Lainnya - 17 February 2021
Valentine dan Nilai-nilai Kristiani
Berita Lainnya - 17 March 2021
Webinar bersama komisi 1 DPR RI

Choose Your School

GO