Kepo atau Tanda Peduli?
Berita Lainnya - 02 November 2021
Kepo atau Tanda Peduli?
Oleh: Rebecca Ayu Ciptaningtyas, S.Pd
Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Entah masalah pekerjaan, masalah percintaan, masalah di lingkungan keluarga, di tempat kerja, di sekolah, dan masih banyak lagi. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pun membutuhkan teman untuk bercerita. Dengan menceritakan masalah hidupnya, manusia akan merasa lebih lega, tenang, bahagia, dan tidak merasa kesepian.
Tidak jarang orang akan menjadi lebih peduli ketika kita memiliki masalah. Hal tersebut bisa ditandai dengan ujaran sejumlah pertanyaan untuk mengetahui “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?” atau “Bagaimana keadaanmu sekarang?; “Apakah kamu sedang baik-baik saja?”; “Sini, cerita dulu sama aku..” Pertanyaan tersebut tentu sering kita dengar, bukan?
Namun, tidak semua pertanyaan tersebut dianggap sebagai bentuk kepedulian. Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah rasa kepo atau rasa ingin tahu yang pada akhirnya ceritamu akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak kamu inginkan!? Bahkan bisa jadi disebarluaskan, disalahgunakan, dan dijadikan sebagai bahan gunjingan. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi.
Oleh karena itu, kita tidak disarankan untuk bercerita kepada sembarangan orang. Terlebih apabila ceritamu terkait masalah-masalah yang bersifat privasi, menyangkut kehidupan pribadi, maupun kepentingan kelompok. Kita pun perlu untuk mengetahui orang tersebut memang benar-benar peduli? atau hanya sekadar kepo belaka. Seperti yang tertuang dalam Lukas 12:3 “Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.”
Biasanya orang yang peduli akan selalu hadir baik di saat kita mengalami masalah maupun tidak. Sebaliknya orang yang kepo hanya akan datang ketika kita mengalami masalah saja. Selain itu, orang yang benar-benar peduli akan lebih memahami kondisimu. Ia tidak akan memaksamu untuk bercerita apabila memang kita tidak bersedia untuk bercerita. Dengan kata lain ia akan memberikan pilihan untuk mau bercerita atau tidak. Mereka yang peduli tidak memiliki maksud tersembunyi. Mereka bertanya karena ingin mengerti kondisi yang terjadi pada dirimu dan berusaha membantu. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang tidak benar-benar peduli atau hanya sekadar kepo, ia akan terus meminta kita untuk bercerita. Bahkan, ia akan memaksa kita bercerita dengan tujuan untuk menggali informasi saja.
Begitu pula ketika kita dipercaya untuk mendengarkan curhat dari masalah yang dialami oleh orang lain. Janganlah menjadi orang yang bermulut besar, apabila kita dipercaya tetaplah menjadi orang yang dapat dipercaya, memberikan solusi, atau setidaknya mampu menjadi pendengar yang baik.” Tentu kita semua menyadari bahwa orang akan merasa bahagia dan dihargai apabila ucapannya didengarkan dengan penuh perhatian dan tidak dengan mudah menghakimi orang lain. Maka, jadilah orang yang mampu menjadi teman cerita yang baik. Seperti yang tertuang dalam Amsal 13:3 (AYT) “Ia yang menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, ia yang membuka lebar bibirnya, menuju kehancuran.”
Apabila kita berteman ada baiknya kita bisa memilih dan memilah orang yang dapat dipercaya sebagai teman bercerita. Dalam kitab Amsal 20:19 telah tertulis “Siapa bergaul dengan pemfitnah, membuka rahasia, karena itu jangan bergaul dengan orang yang bocor mulutnya.” Maka dari itu, kita harus bijaksana dalam memilih pergaulan terutama teman yang kita percaya untuk menceritakan masalah-masalah pribadi terutama yang menyangkut kehidupan privasi maupun kepentingan kelompok. Jangan sampai kita bercerita pada orang yang salah atau hanya sekadar kepo dan tidak benar-benar peduli pada masalahmu.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur