Sinopsis Judul Buku: Merdeka Belajar dan Implementasinya
Berita Lainnya - 28 September 2022
Judul Buku : Merdeka Belajar dan Implementasinya
Pengarang : Ana Widyastuti, M.Pd, Kons
Tebal : vii + 224
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Kompas-Gramedia
Tahun Terbit : 2022
Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak anak didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira, tanpa stress dan tekanan, dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka, sehingga mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Dalam merdeka belajar guru diberi kesempatan menentukan sendiri level kurikulum yang sesuai untuk muridnya dan juga cara mengajar.
Pendidikan yang memerdekakan dapat dipahami dalam tiga pemahaman yaitu: menanamkan nilai-nilai yang benar dan mengubah individu yang belajar, mengedepankan nilai harkat dan martabat manusia, dan merestorasi kehidupan manusia.
Ada lima episode dari merdeka belajar. Pertama, perubahan Ujian Nasional menjadi asesmen kompetensi minimum dan survey karakter. Perubahan kedua menyangkut kampus merdeka. Perubahan ketiga terkait perubahan mekanisme dalam dana BOS. Perubahan keempat terkait kebijakan soal Program Organisasi Penggerak (POP). Perubahan kelima yakni soal kebijakan guru penggerak.
Dalam Merdeka Belajar, guru, orangtua, atau para pelaku Pendidikan berfungsi sebagai fasilitator yang harus menciptakan kondisi menyenangkan bagi belajar siswa. Adapun tiga prinsip Merdeka Belajar yaitu: berpusat pada murid ; proses bersifat literasi ; cita, cara dan cakupan belajar.
Tujuan inti Merdeka Belajar adalah: Agar para guru, peserta didik, serta orangtua mendapat suasana yang bahagia; Memunculkan rasa mandiri, kreatifitas, dan komitmen dalam belajar; Agar para pendidik bisa memberikan ruang dan menemukan potensi, minat dan bakat murid, selain mengembangkan Pendidikan karakter; Secara psikologis, membangun kecintaan pada belajar dan mewujudkan ketahanan hidup.
Program Merdeka Belajar memerlukan dukungan Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak. Beberapa kebijakan yang sangat penting dalam Merdeka Belajar adalah: Ujian sekolah Berstandar Nasional (USBN); Perubahan Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lebih ringkas; Zonasi dalam penerimaan peserta didik;
Enam target Merdeka Belajar diantaranya: meningkatkan skor PISA; jumlah sekolah penggerak hingga 30 ribu; angka psrtisipasi kasar untuk prasekolah sebesar 85 persen, SD hingga SMA mencapai 100 persen; sekitar 400 ribu guru lulus program Pendidikan Profesi Guru (PPG); jumlah guru penggerak mencapai hingga 300 ribu; jumlah kepala sekolah yang diangkat dari latar belakang guru penggerak mencapai hingga 150 ribu.
Dalam kurikulum Merdeka Belajar, guru yang merdeka adalah guru yang memiliki komitmen pada tujuan belajar, mandiri dan reflektif. Sedangkan murid yang merdeka adalah murid yang mengarahkan agar tujuan, cara dan penilaian pembelajaran ditandai dengan penguasaan kompetensi dan personalisasi. Guru dan tenaga pendidik memanfaatkan momen pandemik Covid-19 untuk mempraktikkan konsep Merdeka Belajar. Guru diberikan keleluasaan mengajar menggunakan metode apapun selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring.
Selain konsep Merdeka Belajar, kebijakan Mendikbudristek juga mengarah pada konsep merdeka ujian. Merdeka dalam hal ini adalah sekolah dapat menentukan sendiri bentuk dan konsep ujian yang sesuai dengan keadaan sekolah.
Dalam Merdeka Belajar guru didorong untuk menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif, terlebih model pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan TIK. Ada banyak model pembelajaran inovatif yang memanfaatkan TIK diantaranya: Pembelajaran Blended Learning, Learning Management System (LMS), STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics),
Dengan konsep Merdeka Belajar, siswa dan siswi diharapkan tidak merasakan jenuh dalam proses pembelajaran yang diikuti. Siswa dan siswi juga dapat menerapkan keterampilan yang sudah dipelajari dalam berbagai situasi. Peran guru dalam konsep Merdeka Belajar adalah melakukan mentoring serta diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Sedangkan pada penilaian, yang dititikberatkan bukan lagi nilai, melainkan proses berjuang.
Salah satu faktor dalam menyukseskan program Merdeka Belajar adalah penggunaan media yang cocok dan relevan dalam proses pembelajaran, diantaranya: Video dokumenter dan film animasi. Sedangkan media pembelajaran lain tetap dapat digunakan dengan menyesuaikan pada sarana dan prasarana di kelas dan juga suasana kelas.
Konsep Merdeka Belajar diterapkan untuk seluruh jenjang Pendidikan. Dalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Merdeka Belajar berarti Merdeka Bermain. Penyajian pembelajaran mengutamakan proses yang dikemas dalam kegiatan bermain dan permainan. Peran guru di PAUD adalah sebagai: Fasilitator, Motivator dan Inspirator.
Selain di jenjang PAUD sampai SMA, konsep Merdeka Belajar juga diimplementasikan oleh perguruan tinggi. Merdeka Belajar di perguruan tinggi menekankan pada otonomi dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Pada tahun 2022, Kemendikbudristek menawarkan kurikulum baru yang lebih berfokus pada materi yang esensial, lebih fleksibel dan menerapkan pembelajaran berbasis project. Kurikulum baru ini disebut sebagai kurikulum prototipe dan diterapkan secara terbatas pada sekitar 2500-an sekolah di seluruh Indonesia, melalui program Sekolah Penggerak.
Penulis Sinopsis: Jus Insan Berlianta, S.Th (Guru P.A.K. SMAK 1 PENABUR JAKARTA)
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur