Guruku Inspirasiku
Read MoreCerita Sharon #GurukuInspirasiku
Read More#GurukuInspirasiku Karya Rut
Read MorePada abad 21, manusia semakin hari semakin dituntut untuk mampu berinovasi dalam menciptakan karya yang kreatif dan inovatif. Karya-karya yang diciptakan oleh manusia juga disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang semakin marak di tengah lingkungan masyarakat. Tuntutan inovasi tersebut dialami oleh semua pihak baik kalangan akademisi, masyarakat umum hingga para pelajar, khususnya siswa SMA. Kondisi ini secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk mampu berkolaborasi dalam menciptakan karya. Oleh karena itu, selain berpikir kreatif, masyarakat juga harus mampu menciptakan pola hubungan yang harmonis guna membangun relasi yang positif saat melakukan kolaborasi.
Kolaborasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Pada dasarnya, kolaborasi mempertemukan berbagai jenis individu dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Umumnya, kolaborasi dilakukan dalam instansi perusahaan, tetapi bukan berarti terbatas dalam konteks tersebut, sekarang kolaborasi juga dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh tenaga pengajar beserta siswa-siswi yang berada di lingkungan sekolah. Tentu terdapat berbagai hambatan pada saat berjalannya proses kolaborasi, khususnya di kalangan siswa. Oleh karena itu, setiap siswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis dalam pelaksanaan aktivitas kolaborasi.
Hakikatnya, setiap siswa tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan tersebut sangat beragam, ada yang unggul dalam pelajaran eksak, bidang linguistik, bahkan bidang humaniora. Keberagaman tersebut juga disertai dengan perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam bersosialisasi terhadap lingkungan disekitarnya. Pada pembelajaran abad 21, dunia pendidikan mulai melakukan transformasi, yang sebelumnya menerapkan sistem berbasis kompetensi menjadi sistem pendidikan yang mengedapankan kolaborasi. Artinya, setiap siswa tidak hanya harus memiliki kemampuan individu, namun juga mampu menjalin kerja sama yang baik. Kondisi ini muncul karena dunia sedang dihadapkan dalam sebuah era dimana manusia lebih banyak dituntut untuk berkolaborasi dalam menciptakan karya-karya yang inovatif.
Fenomena yang sering ditemui di lingkungan sekolah adalah sejumlah siswa memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Beberapa siswa saat dihadapkan dengan tugas sekolah langsung memilih untuk menyelesaikan jauh sebelum tenggat waktu yang ditetapkan. Di sisi lain, beberapa justru mengerjakan tugas h-1 atau malam sebelumnya. Fenomena yang sama juga ditemukan dalam hal sikap siswa, ada yang sangat vokal, pemalu, bahkan sangat idealis. Kondisi lapangan tersebut, kerap membuat proses kolaborasi di sekolah menjadi sulit untuk dilakukan. Maka dari itu, diperlukan kemampuan bermimikri untuk menjawab atau mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi akibat perbedaan yang dimiliki oleh siswa.
Mimikri adalah sebuah kemampuan dimana seseorang mampu menetapkan dirinya dalam berbagai situasi. Kemampuan ini menjadi sangat diperlukan karena tidak banyak siswa yang paham betul mengenai bagaimana cara untuk bersikap apabila dihadapkan dengan sebuah kelompok. Kemampuan ini nantinya akan mengiring setiap individu untuk saling memahami kelebihan ataupun kekurangan rekan-rekan kelompoknya. Namun, terdapat tantangan yang muncul dengan ketika seorang siswa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tantangan pertama adalah munculnya rasa segan untuk menganggah apabila terjadi ketidaksepahaman. Kedua, seseorang harus mampu meredam egonya sebab ego adalah sesuatu yang kadang sulit untuk dikendalikan manusia. Ketiga, akan muncul situasi dimana anggota kelompok lebih cenderung mengalah dan mengikuti kesepakatan bersama yang belum tentu benar.
Meski demikian, kemampuan mimikri juga memiliki keunggulan, salah satunya adalah mendorong setiap siswa untuk mampu memberi pendapat dan pernyataan saat dihadapkan dengan diskusi kelompok. Kedua, kemampuan mimikri akan mendorong siswa untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang baik karena sangat dibutuhkan sosok leader yang dapat mengayomi anggotanya. Ketiga, siswa akan dilatih untuk mengalahkan ego pribadinya serta melunturkan idealismenya agar tujuan kelompok bisa tercapai. Keempat, mimikri dapat meningkatkan keharmonisan dan lancarnya kerja kelompok.
Melalui kemampuan bermimikri, tentu setiap siswa akan distimulus untuk memberikan gagasan-gagasan kreatif karena tidak akan ada rasa saling mendominasi dalam sebuah kelompok. Siswa akan jauh lebih santai pada saat memberikan argumentasi karena tidak ada sosok yang dominan dalam kelompoknya. Secara tidak langsung, kemampuan ini tidak hanya memicu kemampuan siswa secara individu, tetapi juga mendorong siswa untuk memiliki jiwa sosialisasi yang lebih besar. Apabila setiap siswa memiliki kemampuan tersebut, siswa tidak hanya bermanfaat di lingkungan sekolah, namun juga akan berdampak besar bagi masyarakat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswa tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri tapi juga untuk kehidupan berbangsa dan negara.
Natashya Tjandra - SMAK 4 PENABUR
***
Mari bergabung di BPK PENABUR Jakarta https://psbjakarta.bpkpenabur.or.id/
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR