Buku Cerita Madeleine : Doli Si Lumba-Lumba yang ...
Read MoreRae Agathe Saragih, peserta didik TKK 5 PENABUR m...
Read MoreBertemakan Go Green, Naomi Linkho peserta didik T...
Read More“Kring.. kring..” suara alarm terdengar nyaring dari sudut kamar Vallerina. Nada yang terus berulang itu akhirnya berhasil membuat gadis itu menggeliat di atas tempat tidur.
“Hoam...” sebuah gumaman menguap keluar dari bibirnya yang masih setengah sadar. Matanya perlahan terbuka, namun hanya sedikit, sebelum kembali menutup. Dengan gerakan malas, Vallerina merenggangkan tubuhnya, tangan terangkat tinggi-tinggi seolah ingin meraih langit-langit kamar.
“Duh.. masih ngantuk banget,” gumam Vallerina sambil menekan tombol snooze di alarmnya. Suaranya parau, dan nyawanya terasa belum sepenuhnya terkumpul. Ia melirik jam di meja kecil yang ada di sebelah tempat tidurnya. Vallerina berusaha melihat angka-angka digital yang buram di jam tersebut.
“Jam 04.40.. Hari Jumat, tanggal 13?” bisiknya, alisnya terangkat. Angka-angka itu terasa familiar, seolah ada sesuatu yang penting hari ini. Ia mengernyitkan kening, mencoba membaca ulang informasi yang diberikan wali kelasnya sebelum libur sekolah dimulai.
“Oh iya, perayaan Natal!” serunya. Ia terduduk di atas kasur, rasa kantuknya langsung hilang begitu saja. “Aku harus siap-siap sekarang!”
Vallerina segera bangkit dari kasurnya, langkahnya sedikit tergesa menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama, suara gemericik air mengisi keheningan pagi itu. Setelah sekitar dua puluh menit, ia keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Dress hijau lembut yang dikenakannya tampak serasi dengan pita kecil di rambutnya. Ia melihat dirinya sejenak di depan cermin, memastikan semuanya sempurna.
“Sudah pas!” ujarnya dengan senyum kecil.
Tanpa membuang waktu, Vallerina bergegas menuju ruang tamu. Ia mendapati ayahnya sedang duduk santai di sofa. Tanpa pikir panjang, ia langsung menggamit tangan ayahnya dan menariknya menuju pintu.
“Ayo berangkat, Yah,” ucap Vallerina dengan penuh semangat.
“Santai, nak. Kita masih pagi sekali,” jawab ayahnya sambil terkekeh. Meski begitu, ia menurut saja, mengikuti langkah putrinya yang sudah tak sabar.
Setelah memastikan semua barang yang dibawa hari itu berada di kursi belakang mobil, keduanya pun meluncur menuju sekolah. Sepanjang perjalanan, Vallerina memandang ke luar jendela menyaksikan langit yang mulai berwarna jingga, seolah ikut menyambut hari yang spesial itu.
Empat puluh lima menit kemudian, tepatnya jam 06.10 mobil mereka berhenti di parkiran sekolah. Seorang satpam mendekat, membukakan pintu mobil dengan ramah.
“Terima kasih, Pak,” ucap Vallerina sambil tersenyum. Ia kemudian menyalami ayahnya.
Dengan langkah cepat, ia berlari kecil menuju halte sekolah, tempat ia melihat Mario, salah satu sahabatnya, sedang berdiri sambil memainkan ponselnya.
“Nanti ikut, kan?” tanya Vallerina begitu ia sampai di dekat Mario.
Mario menoleh, tersenyum kecil. “Ikut lah. Yang lain gimana? Pada ikut hangout-nya kan?” tanyanya balik sambil menatap Vallerina.
“Belum nanya lagi sih. Nanti aku tanyain. Cabut dulu, ya!” jawab Vallerina dengan nada tergesa. Ia melambaikan tangan sebelum berlari masuk ke gerbang sekolah, meninggalkan Mario sendirian di halte sekolah.
Setibanya di kelas, Vallerina langsung disambut oleh beberapa teman yang memujinya.
“Val, cantik banget?” ujar Elaina sambil tersenyum lebar.
“Dressnya bagus deh, cocok sama kamu,” Tambah Arina dengan nada kagum.
Vallerina hanya bisa tersipu malu sambil tersenyum. Ia segera menuju tempat duduknya dan meletakkan tas. Setelahnya, ia mengambil ponsel dari dalam tas dan mulai memainkannya.
Waktu berlalu cepat, hingga jarum jam menunjukkan pukul 06.45. Suara bel sekolah mulai terdengar, menandakan kegiatan akan segera dimulai. Vallerina dan teman-temannya bergegas mengumpulkan ponsel mereka dan berdiri rapi di samping tempat duduk mereka masing-masing untuk memulai kebiasaan pagi, yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Visi Misi Penabur.
Setelah itu, guru mereka, Bu Dwi, mengarahkan untuk mulai mengatur meja. Perjamuan kasih akan dimulai setelah ibadah, jadi semua harus tertata rapi. Suasana kelas berubah menjadi sibuk, siswa saling membantu menyusun meja dan mengumpulkan makanan yg dibawa oleh masing-masing siswa. Setelah semuanya siap, mereka berbaris menuju aula untuk melaksanakan ibadah dan perayaan Natal. Di aula, suasana terasa khidmat. Lagu-lagu Natal dinyanyikan dengan semangat. Khotbah pagi itu mengingatkan tentang pentingnya mengasihi sesama.
Setelah ibadah selesai, siswa kembali ke kelas masing-masing untuk memulai perjamuan kasih. Suasana kelas dipenuhi canda tawa, menciptakan kenangan yang indah.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Itu adalah waktu pulang. Satu per satu siswa mulai membereskan meja dan kursi yang mereka gunakan untuk perjamuan kasih. Setelah memastikan semua meja dan kursi sudah kembali seperti semula, mereka keluar kelas bersama-sama.
Vallerina tak mau membuang waktu. Dengan langkah cepat, ia menyusuri koridor sekolah, matanya mencari-cari sosok yang familiar.
“Mario!” panggilnya ketika melihat temannya di dekat kelas 9D.
“Semua ikut kan?” tanya Vallerina.
“Ikut dong! Ayo, kita langsung cabut,” jawab Mario sambil menggantungkan tas di bahunya.
Mereka pun berangkat bersama menuju mall. Tawa dan obrolan ringan mengiringi perjalanan, membahas berbagai hal saat ibadah tadi.
Setibanya di mall, mereka langsung menuju XXI untuk membeli tiket Moana 2. Antrean cukup ramai, tetapi semangat mereka tidak surut. Beberapa dari mereka bahkan sudah mulai membahas adegan-adegan lucu yang mereka harapkan muncul di film.
Film dimulai, dan selama dua jam penuh mereka tenggelam dalam petualangan seru Moana beserta teman-temannya. Ada momen tawa, haru, bahkan tepuk tangan kecil di akhir film.
Selesai menonton, Vallerina beserta teman-temannya segera pergi ke lantai bawah untuk makan. Setelah memesan makanan dan minuman mereka masing-masing, sambil menunggu pesanan datang, mereka pun memutuskan untuk melakukan kegiatan tukar kado.
“Eh, kita pakai spin the wheel kan?” tanya Caca.
“Iya, kita pakai spin the wheel,” ucap Vallerina.
“Caranya gimana?” tanya Niel.
“Jadi nama yang tertera yang kasih hadiahnya. Misalnya kamu dapet nama Mario, berarti kamu dapet kado Mario,” jawab Vallerina.
Setelah menjelaskan sistem tukar kado, mereka pun mulai melakukan kegiatan tersebut. Setelah selesai bertukar kado dan makan siang, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing karena waktu sudah sore.
“Duluan ya, Val! Sampai ketemu nanti!”
“Bye teman-teman!”
Satu persatu teman-teman Vallerina pamit karena sudah di jemput duluan.
Langit sore mulai berubah menjadi jingga. Vallerina berjalan menuju halte bus dengan hati yang hangat, ia bersyukur atas hari ini. Ia tersenyum lebar. Meski sederhana, hari itu terasa begitu bahagia.
Angelina Sari Putri Saragih - SMPK 5 PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR