Komik Natal : Cerita Papa Tentang Makna Natal Ses...
Read MoreADAKAH NATAL DI HATIMU?
Read MoreSanta Claus is Coming To Town
Read MoreHari itu cuaca cerah saat aku dan keluargaku pergi makan siang di sebuah rumah makan sederhana di pinggir jalan. Suasana di sana cukup ramai, suara tawa dan percakapan memenuhi udara, sementara aroma masakan yang sedap membuat perutku semakin lapar. Kami pun duduk di salah satu meja dekat jendela dan mulai memesan makanan.
Saat menunggu pesanan datang, pandanganku tertuju pada seorang ibu yang duduk di pojok halaman rumah makan. Ia tampak lelah, mengenakan pakaian yang sudah lusuh, dan menggendong bayi kecil yang tertidur lelap di pelukannya. Wajah ibu itu terlihat letih, matanya kosong menatap jalanan, seolah memikul beban berat yang tak terlihat.
Aku merasa ada sesuatu yang menusuk hatiku. Perasaan kasihan dan empati muncul begitu saja. Aku menoleh ke Papa dan berkata pelan, “Pa, kasihan ibu itu. Lihat deh, dia kelihatan lelah banget. Pasti belum makan.”
Papa menatap ke arah ibu itu sejenak, lalu mengangguk kecil. “Iya, Nak. Sepertinya memang begitu.”
Tanpa pikir panjang, aku menarik tangan Papa. “Pa, temenin aku ke sana, yuk. Aku mau nanya langsung.”
Kami pun mendekati ibu itu perlahan. Aku berdiri di depannya dan dengan lembut bertanya, “Bu, apa Ibu sudah makan hari ini?”
Ibu itu terkejut sejenak lalu menunduk malu. “Belum, Nak… sudah tiga hari ini saya belum makan yang layak. Cuma minum air putih saja.”
Mendengar jawabannya, hatiku terasa hangat sekaligus sedih. Aku langsung menoleh ke Papa, “Pa, tolong pesankan makanan dan minuman buat Ibu ini, ya. Sekalian buat bayinya kalau ada bubur.”
Papa tersenyum bangga padaku, lalu segera pergi ke kasir untuk memesan. Aku kembali menatap ibu itu yang kini matanya mulai berkaca-kaca. “Ibu nggak usah khawatir ya. Tuhan pasti selalu kasih jalan.”
Tak lama kemudian, Papa datang membawa sepiring nasi hangat, lauk pauk, dan segelas air mineral. Ibu itu tampak sangat terharu, bibirnya bergetar saat mengucapkan, “Terima kasih, Nak... semoga kebaikanmu dibalas oleh Tuhan.”
Aku hanya tersenyum dan berkata, “Sama-sama, Bu. Tuhan Yesus memberkati Ibu dan si kecil.”
Ibu itu mulai makan dengan perlahan sambil terus mengucapkan syukur. Ada rasa damai yang hangat di hatiku saat itu. Aku sadar, kasih bukan hanya soal kata-kata, tapi tentang tindakan nyata.
Dalam perjalanan pulang, aku teringat ayat dari 1 Korintus 13:4: “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” Hari itu aku benar-benar mengerti makna kasih yang sesungguhnya — kasih yang tulus, tanpa pamrih, dan penuh kepedulian.
Darlene Tamara Elora Simangunsong - TKK PENABUR Bintaro Jaya
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR