Manusia dan Kerusakan Ekologi

Artikel Sekolah - 24 January 2021

Kerusakan ekologis merupakan hal krusial yang seharusnya menjadi perhatian utama umat manusia. Sayangnya, isu tentang kerusakan ekologis kurang begitu eksis dalam masyarakat. Kerusakan ini terjadi baik pada tingkat global atau pun lokal, seperti pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya gas karbon monoksida dari kendaraan, efek rumah kaca, polusi udara dari indusri pabrik, borosnya pemakaian listrik, pengrusakan hutan, dan lainnya. Hal ini membawa dampak yang besar terhadap perubahan iklim, cuaca yang ekstrim, kebakaran hutan, dll, yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem sehingga berdampak pada kelangsungan hidup  seluruh penghuni bumi.

Penyebab utama kerusakan ekologi adalah tindakan manusia itu sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, alam seringkali dipandang sebagai objek yang dapat diperlakukan seenaknya. Hal ini diakibatkan oleh bagaimana manusia menilai  relasi dirinya dengan ciptaan yang lain. Pandangan ini disebut sebagai pandangan antroposentris, dimana manusia menempatkan dirinya sebagai pusat dari alam semesta. Manusia menggambarkan dirinya sebagai penguasa sedangkan ciptaan yang lain sebagai pelengkap yang keberadaannya hanya untuk memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam baru memiliki nilai ketika manusia menggunakannya. Dalam hal ini, manusia juga memandang dirinya terpisah atau bukan bagian dari alam itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan alam dieksploitasi sedemikian rupa oleh manusia dalam ketamakannya untuk memenuhi keinginannya.

Pandangan yang bersifat antroposentris  seringkali didukung dengan ayat Alkitab yang dikutip begitu saja, contohnya dari Kejadian 1:28-30 yang berbunyi:

“…penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut, burung-burung di udara dan atas semua binatang yang merayap di bumi…..”.

Ayat ini dijadikan pembenaran bahwa bumi dan segala isinya telah diberikan Tuhan kepada umat manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan secara bebas sesuai keinginan manusia. Kata “berkuasalah” seringkali salah dipahami seakan memberi kebebasan penuh kepada manusia untuk bertindak sesuai keinginannya. Kata berkuasalah (rada dalam bahasa Ibrani) memiliki arti pemerintahan atau penguasa. Menurut Jamnes Barr, sesungguhnya kata tersebut mengacu kepada pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan yang bersifat melindungi dan menjaga. Hal ini juga didukung oleh Emanuel Gerrit Singgih dalam buku Kasumbogo Untung dan Dwi Warsito Nugroho.  Menurut Singgih, kuasa yang diberikan Allah kepada manusia bukan dalam pengertian penyerahan kekuasaan sepenuhnya dari Allah kepada manusia agar bebas melakukan hal apapun. Namun dalam menguasai dan menaklukan bumi manusia harus tunduk kepada kekuasaan dan peraturan yang lebih tinggi yang ditetapkan oleh Tuhan, dan bahwa kedudukan manusia di bumi tidak menggantikan kedudukan Allah sebagai penguasa alam semesta. Kekuasaan yang diberikan oleh Tuhan sebatas pemberian hak kepada manusia untuk bebas menentukan pilihan dan keputusan yang baik, dan kekuasaan yang diberikan kepada manusia juga merupakan kekuasaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sehingga manusia harus menjalankannya secara hati-hati dan penuh dengan tanggung jawab. Dengan demikian, amanat untuk menaklukan dan menguasai seharusnya tidak dilaksanakan dengan cara melakukan kekerasan dan pemusnahan, melainkan dengan memanfaatkan kekayaan alam dengan penuh kasih sayang sebab manusia bukanlah penguasa melainkan sebagai koordinator yang diberi tugas oleh Tuhan untuk menjaga dan mengatur alam supaya alam tetap dalam keadaan yang baik[1] sebagaimana kehendak Allah sebagai penguasa alam semesta.

 

Menanggapi ternyadinya kerusakan ekologi yang disebabkan oleh adanya pandangan yang bersifat antroposentris, ada dua prinsip yang harus dikembangkan menurut Hyun-Chul Cho yaitu  prinsip keterkaitan dan nilai intrinsik.  Prinsip-prinsip ini mendukung perspektif yang bersifat integral, di mana seluruh ciptaan tidak bisa dipisahkan (saling terkait) dan sama-sama memiliki nilai yang melekat pada dirinya sendiri bukan karena digunakan oleh manusia. Bagi Cho, pemahaman ini didukung oleh pandangan evolusi Darwin yang melihat  manusia dan alam saling terkait sebab dunia dipandang tidak begitu pasif dan statis, tetapi lebih sebagai aktif, dinamis, dan berkelanjutan dengan bagian-bagian yang saling terkait secara inheren. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan semua hal, yang saling bergantung dan masing-masing dengan caranya sendiri mempengaruhi keseluruhan kosmos. Dengan demikian, keberadaan makhluk lain tidak terbatas untuk manusia, sebab mereka memiliki raison d'être sendiri (alasan sebuah keberadaan) yang mungkin berada di luar pemahaman manusia dalam kaitanya dengan keseluruhan kosmos.[2] Oleh karena itu, manusia dan seluruh ciptaan sesungguhnya saling terkait dan bukan hanya manusia yang memiliki nilai, tetapi alam atau keseluruhan ciptaan juga memiliki nilai pada dirinya sendiri.

 

Selain didukung oleh pandangan teori evolusi Darwin, prinsip keterkaitan seluruh alam semesta dan adanya nilai intrinsik seluruh ciptaan juga didukung oleh pandangan Kristologi Evolusi Rahner. Dalam pandangan Rahner, Allah menciptakan dunia untuk mengkomunikasikan cinta-Nya. Ia memberikan diri-Nya secara terus-menerus untuk berkomunikasi dengan seluruh ciptaan. Inkarnasi yang bersifat terus menerus tersebut dalam pemahmanan Rahner tidak hanya ditunjukkan oleh Yesus, sebab Allah terus-menerus hadir dalam ciptaan. Allah ber"inkarnasi" pertama-tama bukan hanya sebagai manusia, melainkan lebih dalam lagi sebagai "ciptaan". Rahner juga menekankan bahwa inkarnasi Allah dalam Yesus menunjukan kehadiran Allah  untuk seluruh dunia, sehingga keselamatan dalam inkarnasi Allah dalam Yesus tidak hanya ditujukan untuk manusia, terlebih hanya untuk orang Kristen, melainkan untuk seluruh ciptaan. Kehadiran diri Allah secara terus menerus pada dunia inilah yang dalam pemahaman  Rahner menegaskan adanya nilai intrinsik dari seluruh ciptaan.[3]

 

Berdasarkan hal diatas, maka manusia tidak dapat memperlakukan alam seenaknya. Sebab manusia dan alam adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Selain itu, manusia dan alam  sama-sama memiliki nilai yang berharga. Nilai alam sama sekali tidak ditentukan oleh manusia, melainkan oleh keberadaannya sendiri. Jika manusia merusak alam, maka ini artinya manusia tidak bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan oleh Allah untuk melindungi dan menjaga alam. Jika manusia merusak alam, hal ini juga sama artinya dengan manusia merusak dirinya sendiri. Sebagaimana pandangan Candraningrum, eksploitasi terhadap alam secara berlebihan yang tak manusiawi merupakan sebuah tanda bagaimana manusia yang tak mengenal lagi tubuhnya sendiri sebagai salah satu spesies binatang yang tak bisa hidup terpisah dengan alam.[4]

 

Penulis :

Nama : Dian Anastaria Pelle, S.Si, Teol.,CCM

Guru   : PAK dan Budi Pekerti SMA BPK PENABUR Bogor

Email   : dian.anastaria@bogor.bpkpenabur.or.id

 

Daftar Pustaka

[1] Kasumbogo Untung & Dwi Warsito Nugroho, Gereja & Kelestarian Lingkungan Hidup ( Yogyakarta: Kanisius, 2013), 142-145.

[2] Hyun-Chul Cho,  “Interconnectedness and Instrinsic Value as Ecological Principl: An Appropriation of Karl Rahner’s Evolutionary Christology, Theological Studies, 2009,  624-625.

[3] Hyun-Chul Cho, 632.

[4] Dewi Candraningrum, “Ketika Banteng Tak Lagi Munim Air  di Bawah Pohon Keningar : Mitos Perempuan Lereng Gunung Merapi”, dalam Ekofeminisme II : Narasi Iman Mitos, Air & Tanah, Ed. Dewi Candraningrum, (Yogyakarta: Jalasutra, 2014), 4.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Artikel Sekolah - 05 October 2020
Pohon Literasi
Artikel Sekolah - 24 January 2021
Manusia dan Kerusakan Ekologi
Artikel Sekolah - 03 May 2021
Pengumuman Kelulusan SMA BPK PENABUR Bogor 2021
Pengumuman Kelulusan SMA BPK PENABUR Bogor 2021
Artikel Sekolah - 01 September 2021
Prestasi Siswa: Frans Luther Benedick Panjaitan
Prestasi Siswa: Frans Luther Benedick Panjaitan
Artikel Sekolah - 04 October 2021
Prestasi Siswa: Matthew Owen Van Fredlian
Prestasi Siswa: Matthew Owen Van Fredlian
Artikel Sekolah - 02 October 2023
Esai -Teknologi Sains Pendukung Inovasi Untuk Men...
Artikel Sekolah - 01 November 2023
GRABSKULPRIZE
⚡️HAIIIIII.... PENABURIANS⚡️ Ada infoo sepesiall...
Artikel Sekolah - 01 November 2023
Bulan Bahasa 2023
⚡️HAI... HAI... PENABURIANS⚡️ Kembali lagi dengan...
Artikel Sekolah - 02 November 2023
SKULPRIZE
⚡️ HAAAIIIIII..... PENABURIANS ⚡️ Wohooooooo,, K...
Artikel Sekolah - 15 November 2023
Paslon 01 Ketua dan Wakil OSIS Periode 23-24 (1)
📌Haloo semuanyaa, kami perkenalkan... ✨Calon Ket...
Kegiatan Sekolah - 09 October 2021
Open House 2021
Kegiatan Sekolah - 15 October 2021
LDK MPK Periode 2021-2022
LDK MPK Periode 2021-2022
Kegiatan Sekolah - 15 October 2021
Ibadah Siswa -15 Oktober 2021
Ibadah Siswa
Kegiatan Sekolah - 28 October 2021
Bulan Bahasa 2021
Bulan Bahasa 2021
Kegiatan Sekolah - 18 June 2022
Ibadah Syukur Awal Tahun Pelajaran 2022-2023
Shalom semuanya 🙌🏼 Tidak terasa ya, liburan su...
Kegiatan Sekolah - 05 May 2023
Perjusa Kelas X 2023
Kegiatan Sekolah - 05 May 2023
Perjusa Kelas XI 2023
*SALAM PRAMUKA*_ 🤜🏻🤛🏻 Halo teman-teman pramu...
Kegiatan Sekolah - 15 September 2023
Edufair 2023
Haloooo teman- teman ☺️🤩 Ada yang lagi bingung ...
Kegiatan Sekolah - 01 October 2023
Keseruan Live In Eduvacation SMA BPK PENABUR Bogo...
Keseruan Live In Eduvacation SMA BPK PENABUR Bogo...
Kegiatan Sekolah - 01 October 2023
Live in 2023
🎥 Going live in 5...4...3...2...1! 🎓 Exploring ...
IRIDESCENT-BULETIN - 01 October 2022
Rubrik Diskusi -Vol 4 Hal. 16-17
IRIDESCENT-BULETIN - 01 October 2021
Hari Palang Merah Indonesia -Vol 4 Hal. 18-19
Hari Palang Merah Indonesia -Vol 4 Hal. 18-19
IRIDESCENT-BULETIN - 01 November 2021
Sosok Siswa -Vol 4 Hal. 20-21
Sosok Siswa -Vol 4 Hal. 20-21
IRIDESCENT-BULETIN - 01 November 2021
Fun Facts -Vol 4 Hal. 22-23
Fun Facts -Vol 4 Hal. 22-23
IRIDESCENT-BULETIN - 01 November 2021
Peringatan G30S-PKI -Vol 4 Hal. 24-25
Peringatan G30S-PKI -Vol 4 Hal. 24-25

Choose Your School

GO