Character Day “Remaja Milenial Berintegritas”
BERITA BPK PENABUR Jakarta - 21 November 2020
Character Day “Remaja Milenial Berintegritas”
Kisah klasik di dalam Alkitab yang mengajarkan tentang nilai kejujuran adalah kisah dari Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11). Ananias dan Safira adalah bagian dari jemaat mula-mula, mereka adalah orang-orang yang diberkati Allah. Jemaat mula-mula terkenal dengan ciri khas yang saling berbagi harta karena harta karena harta kepunyaan satu orang adalah harta kepunyaan bersama. Hal tersebut berangkat dari latar belakang mereka yang kehidupannya dimarginalkan/diasingkan. Mereka tidak dijauhi oleh orang Roma dan Yahudi. Hal utama yang menjadi permasalahan dalam kasus Ananias dan Safira adalah bukan karena mereka membohongi Petrus, tetapi karena mereka mendustai Roh Allah yang sudah memberkati kehidupan mereka. Mereka berdiskusi dan berdialog untuk sepakat melakukan kebohongan.
Integritas adalah kesatuan dari kepercayaan ètindakan è perkataan. Jika dikaitkan dengan kisah Ananias dan Safira digambarkan bahwa mereka merusak integritas jemaat mula-mula. Allah ingin menunjukkan beberapa hal dalam kisah kematian Ananias dan Safira kepada para jemaat mula-mula, yaitu:
- Ketidakjujuran merusak diri sendiri
- Ketidakjujuran membesar dan menular
- Ketidakjujuran menggoyahkan nilai komunitas
Dunia milenial mempengaruhi generasi milenial untuk melakukan ketidakjujuran karena perkembangan teknologi menawarkan banyak hal yang mampu mengelabui orang lain. Ada banyak aplikasi yang digunakan untuk melakukan ketidakjujuran yang berujung pada tindakan kriminal.
Alkitab mengatakan beberpa hal tentang manfaat dari hidup jujur.
1. Kejujuran memberikan kegembiraan. Kalimat tersebut mengacu dari teks dalam kitab Amsal 23:16 yang berkata “Jiwaku bersukaria, kalau bibirmu mengatakan yang jujur. Walau terkadang jujur menyakitkan, namun ketidakjujuran yang terungkap akan menimbulkan luka yang lebih menyakitkan. Jujur pada dasarnya membawa kelegaan sehingga membuat hati menjadi bersukaria.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah zona bebas dari pemantauan. Hal tersebut merupakan momen untuk menguji kadar kejujuran siswa/i. Apakah mampu menjaga kepercayaan yang diberikan orang tua atau malah gagal dan memilih untuk melakukan segala hal dengan tidak jujur demi mendapat nilai yang bagus. Jika seorang siswa mampu bertindak jujur ketika mengikuti ujian, maka ia adalah pribadi yang bergembira.
2. Orang jujur menjadi berkat kehidupan. Berdasarkan teks Alkitab dalam kitan Amsal 11:11 yang berkata “Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya. Contoh suatu negara yang perekonomiannya sulit maju sebagian besar terjadi karena ada oknum (orang fasik) dalam pemerintahan yang tidak jujur sehingga jatuh dalam tindakan korupsi. Kebalikannya jika seseorang/kelompok memilih untuk hidup jujur maka kehidupan mereka akan menjadi berkat bagi orang lain.
3. Orang jujur mendapat kemudahan. Amsal 15:19 berkata “jalan si pemalas seperti pagar duri, tetapi jalan orang jujur adalah rata. Orang yang jujur akan membuata dirinya disegani sehingga orang disekitarnya akan respect terhadap perbuatannya.
Bung Hatta pernah berkata bahwa “kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki”. Sulit bukan berarti tidak bisa. Karakter jujur bisa diusahakan dan dilatih, yang tentunya muncul dari niat pribadi yang ingin mengubah diri. Layaknya patung yang indah dengan beragam ukiran yang memukau, begitulah diri manusia yang harus bersedia dibentuk untuk menjadi pribadi yang berintegritas.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur