FIGURE OF THE DAY - RADEN ADJENG KARTINI
Berita Lainnya - 21 April 2025
FIGURE OF THE DAY
RADEN ADJENG KARTINI
(21 APRIL 1879 - 17 SEPTEMBER 1904)
Keadilan merupakan suatu keadaan yang mendapatkan perlakuan yang sama antara satu dengan lainnya. Keadilan yang dimaksud merupakan keadilan yang ada dalam berbagai aspek kehidupan manusia yang menyetarakan antara hak dan kewajiban setiap orang dengan sama ratanya, dan memberi pandangan yang tepat bahwasannya setiap manusia memiliki persamaan derajat dan martabat. Hal ini akan mencegah pandangan atau stigma yang tertanam dalam kehidupan masyarakat tentang perbedaan kaum. Hal inilah yang disebut sebagai bagian dari emansipasi. Emansipasi kerap diperjuangkan oleh beberapa kaum wanita terutama di zaman menuju pergerakan kemerdekaan nasional, salah satunya adalah Raden Adjeng Kartini yang dikenal dengan Ibu Kartini.
Ibu Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. Raden Adjeng Kartini merupakan anak sulung dari seorang priyayi yaitu Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat. Ia merupakan sosok aktivis wanita dan pecinta karya sastra sekaligus seorang guru. Ia memulai kecintaannya tersebut melalui penulisan pesan dengan surat kepada sahabat sahabatnya. Melalui berbagai sumber, ia mendapatkan bahwa wanita di zamannya masih mendapatkan perbedaan secara status sosial, dan berbeda dengan pemikirannya yang sudah maju, maka dari itu, ia mulai tertarik untuk memajukan kaum wanita di masa nya untuk berjuang dalam kesetaraan sosial.
Tak hanya sebatas mengenai emansipasi wanita, ia juga memiliki perhatian khusus pada masalah sosial yang menimpa kaum wanita, seperti tidak mendapatkan otonomi atau kebebasan hidup, tempat kaum wanita yang berada di rumah saja dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sepanjang itu, ibu Kartini terus mengemukakan pendapatnya dan gagasannya lewat tulisan tulisan yang ia kumpulkan termasuk surat surat yang ia kirimkan kepada teman temannya yang sedang berada di Belanda.
Di usianya yang menginjak 24 tahundi tanggal 12 November 1903, Ibu Kartini menikah dengan seorang Bupati yaitu K.R.M. Adipati Aryo Singgih Djojoadiningrat. Setahun setelahnya ia melahirkan anak satu satunya yaitu Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Namun tak lama berselang yaitu tanggal 17 September 1904, Ibu Kartini menghembuskan nafas terakhirnya. Sepanjang kehidupan pernikahannya, Ibu Kartini meminta agar dirinya tetap dibebeaskan dalam melakukan kegemarannya dan tidak hanya kewajibannya sebagai seorang wanita. Untuk itu, suaminya memberikan kebebasan kepada Ibu Kartini untuk mendirikan sekolah wanita yaitu Yayasan Kartini yang akhirnya selesai dibangun pada tahun 1912.
Setelah wafatnya, kumpulan surat suratnya dan tulisan tulisannya dikumpulkan menjadi satu buku yang kala itu diberi judul "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" dan diterbitkan pada tahun 1911. Kemudian pada tahun 1922, diterbitkanlah terjemahan kumpulan surat dan tulisan yang sama dan dikenal dengan "Habis Gelap Terbitlah Terang" dan diterbitkan oleh media Balai Pustaka. Terbitnya buku ini, kembali menjadi acuan dalam sejarah pergerakan kesetaraan kaum wanita di zaman itu. Pemikiran Ibu Kartini mengubah pola pandang Bangsa Belanda yang kala itu menjajajah Indonesia terhadap perempuan pribumi.
Perubahan pemikiran Ibu Kartini hingga saat ini menjadi buah yang manis bagi khususnya Bangsa Indonesia. Melalui kegigihannya, hingga saat ini kaum wanita dapat mencetak berbagai perspektif, ide, prestasi dan begitu banyak hal yang memajukan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Referensi:
- www.britannica.com/biography/Raden-Adjeng-Kartini. Diakses tanggal 20 April 2025. Pukul 08.00.
- www.biography.com/activist/raden-adjeng-kartini. Diakses tanggal 20 April 2025. Pukul 08.00.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur