Upaya Indonesia Dalam Perdamaian di Kamboja Melalui JIM (Jakarta Informal Meeting)
BERITA LAINNYA - 05 January 2024
Candy Titania XII IPS 1 / 05
Terjadinya konflik antara Kamboja-Vietnam diawali dengan aksi penggulingan kekuasaan pemerintah yang terjadi di Kamboja. Peristiwa tersebut terjadi dikarenakan perang antara kedua negara tersebut yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menelan banyak korban. Puncak konflik Kamboja-Vietnam terjadi pada akhir 1978, ketika rezim Kher Merah bentrok dengan Vietnam. Dalam peristiwa tersebut terjadi banyak pembantaian warga keturunan Vietnam di Kamboja sehingga Vietnam akhirnya turun tangan untuk menghentikan genosida tersebut. Peristiwa tersebut yang akhirnya membuat Vietnam dan Kamboja kurang bekerja sama dalam bidang internasional. Mengenal peristiwa tersebut, apa upaya Indonesia dalam mengatasi masalah politik antar kedua negara?
JIM (Jakarta Informal Meeting) adalah sebuah kebijakan dalam mengadili konflik antara Kamboja dan Vietnam dalam sebuah perundingan perdamaian yang difasilitasi oleh Indonesia di kalangan ASEAN. Sebagai negara yang berhubungan dengan kerja sama internasional, Indonesia tidak hCandy Titania XII IPS 1 / 05
anya berperan aktif dalam kegiatan organisasi-organisasi internasional, tetapi juga berupaya untuk mengatasi masalah konflik antarnegara. Peran Indonesia dalam masalah tersebut bersikap netral semaksimal mungkin dan tidak membela salah satu pihak. Dengan aksi ini, Indonesia berupaya untuk menjaga silahturami antar negara untuk menjaga jalinan kerja sama jika Indonesia membutuhkan bantuan balik. Partisipan Indonesia dalam menyelesaikan konflik dapat terlihat dari keikutsertaannya pada Jakarta Informal Meeting (JIM).
Jakarta Informal Meeting (JIM) dilaksanakan sebanyak dua kali. JIM I dilaksanakan di Bogor pada 5-28 Juli 1998, masing-masing mengirimkan perwakilannya. Indonesia diwakili oleh Mochtar Kusumaatmadja, Pemerintah Koalisi Demokratik Kamboja diwakili oleh Norodom Sihanouk, Pemerintah Vietnam diwakili oleh Nguyen Co Tach dan Republik Rakyat Kamboja diwakilo oleh Hun Sen. Dalam JIM I, Norodom Sihanouk mengusulkan tiga tahap rencana untuk menyelesaikan Perang Indocina III. Dalam usulannya yaitu, melakukan gencatan senjata antara dua pihak, pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB untuk menjaga dan mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam yang berada di Kamboja dan penggabungan semua kelompok bersenjata di Kamboja ke dalam satu kesatuan. Usulan ini dilanjutkan dalam pertemuan JIM II.
Pada JIM II yang dilaksanakan pada Februari 1990 membahas tentang pengaturan pembagian kekuasaan antara Pemerintah Koalisi Demokratik Kamboja dengan Republik Rakyat Kamboja dengan dibentuknya Supreme National Council (SNC). Program ini dilanjutkan di kota Paris pada tanggal 23 Oktober 1991, yang dinamakan Paris International Confrence on Cambodia yang menghasilkan Perjanjian Paris atau Paris Peace Agreement yang ditandatangani oleh kelompok-kelompok yang bertikai dengan Kamboja dan telah disetujui 19 negara. Pada perjanjian ini akan diselenggarakan sebuah pemilihan umum di Kamboja yang diawasi oleh PBB dan dijaga ketat oleh pasuka UNTAC pada tahun 1993. Hasil dari pemilihan umum tersebut terpilihnya pemimpim Kamboja yaitu Hun Sen yang telah mempin negara tersebut hingga sekarang. Dan pada tanggal 31 Agustus 1995, Kamboja resmi menjadi negara anggota Asean yang ke sepuluh.
Permasalahan konflik antara Kamboja-Vietnam dapat diselesaikan tanpa adanya peperangan antar negara atau yang berada di kawasan Asia Tenggara. Ini membuktikan bahwa konflik anatra dua belah pihak dapat diselesai dengan perundingan secara politik dan persetujuan perjanjian dan penyelenggaran ini merupakan tindakan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Dan dikarenakan ini, JIM merupakan kebijakan pertama dari Indonesia yang berhasil dalam menyelesaikan masalah Kamboja dan menjadi salah satu negara terpandang di dunia internasional.
Daftar Pustaka
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur