MEMAKNAI SUPERSEMAR

BERITA LAINNYA - 12 March 2022

MEMAKNAI SUPERSEMAR

Sumber Gambar :Liputan6.com

 

11 Maret 1966, 56 tahun yang lalu Menteri Perindustrian Brigjen M.Jusuf, Menteri Veteran dan Demobilisasi Mayjen Basuki Rachmat dan Pangdam V Jaya, Brigjen Amir Machmud, menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor.

 

I. Latar Belakang

      Pertemuan ini dilakukan dalam kondisi negara yang amat riuh pasca peristiwa penculikan dan pembunuhan 6 Jenderal Angkatan Darat (TNI AD), bulan Oktober tahun sebelumnya. Peristiwa yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G.30.S) yang dipimpin Letkol.Untung ini ternyata dapat digagalkan oleh gabungan pasukan Kostrad dan RPKAD (Kopassus).

Korban Gerakan 30 September 1965

            Hingga hari ini, dalang dibalik peristiwa naas itu masih simpang siur dan banyak versi. Namun yang jelas, setelah kejadian itu, gelombang politik gerakan anti komunis yang telah lama ada akibat Bung Karno memberi ruang yang terlalu lebar untuk PKI menyeruak ke permukaan. Ratusan ribu anggota dan simpatisan PKI kehilangan nyawa karena partainya dianggap menjadi inisiator peristiwa berdarah tersebut.

            Negara gonjang-ganjing, Bung Karno kehilangan banyak dukungan politik, demonstrasi di mana-mana menuntut agar PKI dibubarkan. Namun presiden menolak membubarkan PKI, salah satunya karena Soekarno sudah berkeliling dunia, berpidato mengenalkan gagasan NASAKOM di mana kelompok nasionalis, agama dan komunis berkerja bersama membangun bangsa. Maka membubarkan PKI sama saja dengan menelan ludahnya sendiri, Soekarno bukan tipikal pemimpin seperti itu.

             Situasi semakin tidak terkendali. Akibatnya tuntutan pembubaran PKI ini semakin membesar dan bahkan didukung  para akademisi, mahasiswa dan tentu saja TNI Angkatan Darat.

Demonstrasi Anti PKI

 

II. Supersemar jadi solusi?

 

            Puncaknya pada 11 Maret 1966, pagi hari, di Istana Negara, Jakarta, Soekarno yang baru sekitar 10 menit membuka sidang kabinet harus diungsikan ke Bogor, karena di luar ruang sidang ada “pasukan liar”. Pasukan itu disebut liar karena tidak memakai seragam resmi tentara. Belakangan diketahui bahwa grup tersebut merupakan anggota Panglima Kostrad Brigjen Kemal Idris yang ingin menangkap Wakil Perdana Menteri I, Subandrio yang dianggap terlibat G.30 S.“Hari ini sidang saya akhiri. Rapat ditutup”. Soekarno menutup rapat dan bergegas ke Bogor dengan Helikopter. Subandrio turut bersamanya.[1]



III. 3 Jenderal Berangkat Ke Bogor dan menerima Supersemar.



            Hari itu juga, pukul 13.00, M.Jusuf, Amir Machmud dan Basuki Rachmat tiba di Istana Bogor. Pukul 14.30 Soekarno menemui mereka setelah bangun dari istirahatnya. Ketiga Jenderal itu langsung mengutarakan maksud dan tujuannya dalam rangka mengatasi situasi tak terkendali di dalam negeri. Perlu dicatat bahwa sebelum datang ke Istana Bogor, mereka sudah bertemu dengan Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letjen Soeharto. Soeharto tidak bisa ikut karena sakit, namun dia berpesan kepada mereka bahwa dirinya siap dan bersedia memikul tanggungjawab apabila kewenangan untuk melaksanakan stabilitas politik dan keamanan diberikan presiden kepadanya.

 

            Ketiga Jenderal, Soekarno dan 3 Wakil Perdana Menteri (Subandrio, Leimena dan Chairul Saleh) berada di dalam satu ruang di Istana Bogor merumuskan konsep surat perintah penanganan situasi keamanan bangsa tersebut. Di sinilah kemudian terjadi perdebatan hingga menjelang Salat Magrib, surat itu akhirnya selesai dan diketik. Meskipun menandatanganinya, Soekarno mengakui bahwa surat itu bukan sebuah transfer atau pengalihan kekuasaan melainkan hanya sebuah upaya mengamankan kondisi riuh negara pasca G.30.S.

 

            Setelah semuanya selesai, Soekarno menawarkan makan malam kepada ketiga jenderal itu, namun ditolak karena sudah malam. Mereka kemudian izin pulang ke Jakarta dengan membawa surat yang akan kita kenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) dan menyerahkannya kepada Jenderal Soeharto pengemban tugas-tugas dalam surat itu.  

 

            Besoknya, berbekal surat itu, Soeharto membubarkan dan melarang PKI termasuk organisasi-organisasi pendukungnya. Soeharto juga mengontrol media massa. Pada tanggal 18 Maret, Soeharto memerintahkan penagkapan 15 Menteri yang “dianggap” terlibat G.30 S. Dia juga memutuskan untuk memulangkan 4000 anggota Pasukan Tjakrabirawa (semacam Pasukan Pengaman Presiden saat ini /PASPAMPRES) yang setia kepada Soekarno

 

            Soekarno tentu tidak setuju dengan semua tindakan yang diambil Menpangad Soeharto tersebut. Namun dia telah kehilangan kekuatan dan pijakan politiknya. Manuver politik yang dilakukan Soeharto lewat Supersemar itu benar-benar menghabiskan kelompok pendukung Soekarno. Sejak itu, Soeharto secara perlahan mampu naik ke tampuk kekuasaan hingga ditetapkan oleh MPRS sebagai Pejabat Presiden. Tahun berikutnya MPRS menetapkan pengemban SUPERSEMAR sebagai Presiden.

 

            Soekarno perlahan tapi pasti telah kehilangan kekuasaanya. Para pendukungnya mencoba mendorong Soekarno untuk melawan Soeharto namun dia menolak karena tidak mau terjadi perang saudara. Akhirnya presiden pertama Indonesia itu secara de facto pensiun dengan status   tahanan rumah. Pada perkembangannya, Soekarno juga dikeluarkan dari Istana Bogor hingga ditahan di rumah Istrinya Dewi, Wisma Yasso (sekarang Museum Satria Mandala) dan wafat di rumah sakti Gatot Subroto Jakarta dalam usia 69 tahun, bulan Juni 1970. [2]

 

IV. 3 Versi Naskah Supersemar

 

            Setelah Soekarno wafat dan Soeharto menjadi presiden, kita tidak pernah melihat SUPERSEMAR yang asli. Hingga saat ini ada 3 versi SUPERSEMAR dan semuanya disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).berikut beberapa penelusuran yang dilakukan penulis dari sumber Kompas mengenai 3 versi naskah SUPERSEMAR ini.

           

  1. Supersemar dari Sekretariat Negara

Supersemar yang diterima dari Sekretariat Negara, dengan ciri: jumlah halaman dua lembar, Burung Garuda sebagai kopnya, diketik rapi, dan di bawahnya tertera tanda tangan beserta nama Sukarno.

 

  1. Supersemar dari Pusat Penerangan TNI AD

Supersemar yang diterima dari Pusat Penerangan TNI AD dengan ciri: jumlah halaman satu lembar, berkop Burung Garuda, ketikan tidak serapi versi pertama. Penulisan ejaan sudah menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku pada saat itu. Jika pada versi sebelumnya  di bawah tanda tangan tertulis nama Sukarno, pada versi kedua tertulis nama Soekarno, terdapat perbedaan ejaan.

 

  1. Supersemar dari Yayasan Akademi Kebangsaan

Supersemar yang diterima dari Yayasan Akademi Kebangsaan, dengan ciri: jumlah halaman satu lembar, sebagian surat robek sehingga tidak utuh lagi, kop surat tidak jelas, hanya berupa salinan. Tanda tangan Soekarno pada versi ketiga ini juga berbeda dengan versi pertama dan kedua.[3]

           

            Karena terdapat 3 bersi dan banyak perbedaan inilah banyak yang meragukan keaslian 3 naskah tersebut.   Untuk itulah Arsip Nasinal Republik Indonesia (ANRI) bekerjasama dengan    Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri melakukan pengujian dan penelitian terhadap material/bahan yang digunakan untuk membuat Supersemar (kertas, tinta, pita mesin ketik), ciri-ciri fisik dan intelektual yang terdapat dalam Supersemar (kop surat, lambang, stempel, huruf, format ketikan). [4]

 

"Dari bantuan pemeriksaan laboratorium forensik (Labfor) Mabes Polri, semuanya dinyatakan belum ada yang orisinal, belum ada yang autentik,"

 

            Kalimat di atas merupakan kutipan pernyataan Mantan Kepala ANRI, M.Asichin seperti yang dikutip penulis dari laman website Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. [5] Maka hingga hari ini kita tidak mengetahui SUPERSEMAR yang asli tersebut, apalagi isinya yang sebenarnya. Amir Machmud, Basuki Rachmat, M.Yusuf, Soekarno, Subandrio, Leimena, Chairul Saleh, juga Soeharto kesemua saksi hidup SUPERSEMAR, semuanya sudah wafat. Mereka meninggal dengan membawa rahasia tentang apa isi dan di mana sebenarnya SUPERSEMAR yang asli.

            Di samping semua perdebatan ini, ada banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran antar sesama anak bangsa. Bahwa negeri ini adalah negeri yang besar, dengan sejarah yang besar, sudah sepantasnya kita berhenti untuk saling menyakiti, saling melukai dan saling mencaci maki, sehingga peristiwa-peristiwa berdarah di masa lalu tidak akan terjadi lagi di masa kini. Misteri tentang kebenaran Supersemar, mungkin tidak esensial lagi untuk perdebatan publik dan kehidupan berbangsa kita, meskipun penting untuk dikaji secara akademik, namun pelajaran-pelajaran dari peristiwa yang melatarbelakanginya dan peristiwa sesudahnya kiranya bisa memberikan cermin yang luas bagi Bangsa Indonesia untuk selalu menjaga persaudaraan, kebersamaan dan perdamaian.

 

 

[1] MC.Ricklefs : Sejarah Indonesia Modern, Hal: 598

[2] https://www.kompas.tv/article/218397/fakta-fakta-penahanan-soekarno-saat-sakit-di-wisma-yaso-dari-mantan-ajudan-dan-sejarawan,

[3] Kompas.com: Arsip Supersemar 1966", 

[4] Ibid.

[5] https://www.menpan.go.id/site/liputan-media/bidang-pan/4-versi-supersemar-yang-ada

 

 

Daftar Pustaka.

 

  1. Ricklefs,M.C.Sejarah Indonesia Modern. 2008. Serambi:Jakarta.

2.https://www.menpan.go.id/site/liputan-media/bidang-pan/4-versi-supersemar-yang-ada diunduh Kamis, 10 Maret 2022, pukul 21.00

  1. Wiwoho, Hari Laksono: https://nasional.kompas.com/read/2015/03/10/15060091/Arsip.Supersemar.1966?page=all diunduh Kamis, 10 Maret 2022, Pukul 21.00
  2. Historia,id. Diunduh Kamis, 10 Maret 2022, Pukul 21.00

 

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 01 June 2020
Juara III Jurusan IPS - Tahun 2020 - Nathania Int...
BERITA LAINNYA - 01 June 2020
Juara I Jurusan IPS - Tahun 2020 - Vanessa Cahyan...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Jeremy Gunawan_Asisten Dosen_Institut Teknologi B...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Febiyana Aditya_Asisten Laboratorium _BINUS Unive...
BERITA LAINNYA - 16 June 2020
Daniel Harjuna _ Asisten Dosen _ Universitas Gadj...
BERITA LAINNYA - 24 April 2022
Hari Meningitis Sedunia
BERITA LAINNYA - 19 April 2022
The One That Got Away
The One That Got Away
BERITA LAINNYA - 27 April 2022
LOVE OUR EARTH
LOVE OUR EARTH
BERITA LAINNYA - 01 August 2022
LAPORAN KEGIATAN MPLS HARI PERTAMA
LAPORAN KEGIATAN MPLS HARI PERTAMA
BERITA LAINNYA - 02 August 2022
LAPORAN MPLS HARI KEDUA
LAPORAN MPLS HARI KEDUA
BERITA LAINNYA - 14 September 2023
Virus Ebola : Sentuhan maut...
BERITA LAINNYA - 15 September 2023
Batik, Warisan Indonesia yang Mendunia
Batik, Warisan Indonesia yang Mendunia
BERITA LAINNYA - 16 September 2023
Yerusalem : Kota suci tiga agama...
Yerusalem : Kota suci tiga agama...
BERITA LAINNYA - 17 September 2023
Ketika Pandemi lebih mematikan dari Perang.....
Ketika Pandemi lebih mematikan dari Perang.....
BERITA LAINNYA - 18 September 2023
Kisah NBA: Terkenal Dimana-Mana Padahal  Cuma Ada...
Kisah NBA: Terkenal Dimana-Mana Padahal  Cuma Ada...
BERITA LAINNYA - 14 February 2024
Si Malang Lail, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 15 February 2024
Amelia, Si Anak Bungsu, sebuah RESENSI
Amelia, Si Anak Bungsu, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 16 February 2024
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
Pelajaran Hidup, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 17 February 2024
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
Cinta yang tidak disengaja, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 18 February 2024
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
UANG BUKAN SEGALANYA BRADER, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 09 July 2024
Beribadah Bukan untuk Dipamerkan
BERITA LAINNYA - 10 July 2024
Berdoa dan Belajar
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 11 July 2024
Mendoakan yang Jauh
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 12 July 2024
Cobaan: Menjadi Pribadi yang lebih Kuat
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 13 July 2024
Tuhan Memiliki Rencana yang Indah
Daily Reminder

Choose Your School

GO