Generasi Muda Penopang Utama Pertumbuhan Investor Domestik
BERITA LAINNYA - 26 August 2022
Generasi Muda Penopang Utama Pertumbuhan Investor Domestik
Selama beberapa tahun terakhir, pasar modal Indonesia selalu didominasi oleh investor asing. Selain karena keterbukaan pasar, kebijakan-kebijakan yang diterapkan Bank Indonesia terkait suku bunga yang cukup tinggi maupun tax holiday menjanjikan return yang besar juga bagi investor asing. Investor asing berperan dalam pemberian pemasukan melalui pajak maupun penanaman modal yang mempermudah kebutuhan dana sektor-sektor di Indonesia. Dibalik segelintir manfaat yang diperoleh akibat dominasi tersebut, timbul perdebatan dari kalangan investor domestik mengenai kekhawatiran perekonomian lokal. Ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara maju sebagai investor utama berisiko akan menimbulkan gejolak ekonomi berupa peningkatan harga saham yang cenderung lebih menguntungkan bagi investor asing karena mayoritas dari mereka mendominasi pasar modal Indonesia dan mendapatkan return dari kenaikan tersebut.
Keadaan berbalik ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 yang menimbulkan kenaikan kontribusi investor domestik di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data KSEI pada akhir semester I 2022, jumlah single investor identification (SID) telah mencapai 4.002.289, yang 99,79 persen diantaranya merupakan investor individu lokal. Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo menyatakan bahwa investor saham didominasi oleh investor muda, yaitu Gen Z dan milenial sebesar 81,64 persen, dengan nilai aset mencapai Rp 144,07 triliun. Munculnya kesadaran akan pentingnya berinvestasi, kebutuhan dana lebih atau cadangan selama pandemi, energi, waktu dan kreativitas yang melimpah, serta terbukanya sarana teknologi informasi untuk belajar berinvestasi menjadi alasan penyumbang utama angka investor domestik berasal dari kalangan generasi muda.
Namun, masih banyak generasi muda yang belum mendapatkan pemahaman literasi yang cukup mengenai investasi. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban investasi bodong. Hambatan lainnya adalah keraguan dan ketakutan yang mengecilkan niat generasi muda untuk berinvestasi. Banyak dari mereka menganggap keterbatasan dana yang dimiliki menjadi penghalang untuk berinvestasi. Tidak sedikit pula yang merasa terlambat dan tertinggal karena ada orang lain atau teman yang lebih dulu memiliki pengalaman dalam investasi. Pada akhirnya, peran generasi muda bisa saja tergantikan kembali oleh investor asing. Padahal, investasi bisa dimulai dari nominal sekecil seratus ribu rupiah dan tidak ada kata terlambat untuk memulai investasi.
Selain karena keterbatasan dana, banyak juga orang takut rugi. Padahal, kerugian dan keuntungan itu tergantung dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kalau harga sahammu turun, tetapi nilainya masih lebih tinggi dari saham IHSG, bukan berarti kamu rugi. Tapi, memang ketika membeli dan menjual sahammu, kamu perlu tahu ilmunya supaya tidak salah waktu. Jangan sampai harga saham naik, kamu beli, tetapi ketika harga saham turun, kamu malah jual. Ini justru yang disebut merugi. Faktor ini juga terjadi karena seseorang kurang mengerti cara melakukannya. Seorang investor harus mengerti bahwa berapapun portofolio saham yang dimiliki, investor tentu harus terus memonitornya. Jika saham perusahaan yang dimiliki semakin bagus kinerjanya, investor dapat menambahkan portofolio sehingga keuntungannya pun semakin besar. Jika nantinya sahamnya turun, investor dapat segera mengambil keputusan untuk menjual saham yang dimilikinya sebelum terlambat. Banyak buku panduan yang ditulis para broker, investor, serta ekonomi kawakan. Mulai dari yang lokal hingga yang berbahasa asing. Seoragn investor tidak perlu belajar semua teori ekonomi. Pelajari saja pergerakan pasar. Bagaimana caranya 'meramal' harga saham yang naik-turun.
Oleh karena itu, orang muda sebagai anak-anak milenial harus mulai untuk mencari banyak informasi seputar investasi dan saham sebelum mulai menanamkan saham. Informasi-informasi tersebut dapat dengan mudah ditemukan melalui seminar, video youtube, maupun buku-buku. Orang muda harus memahami terlebih dahulu mengenai pergerakan-pergerakan saham, informasi mengenai keuangan perusahaan dari saham yang akan dimasuki, dan bukan hanya asal memasukan uangnya ke dalam saham yang belum diketahui. Orang muda juga harus mengetahui bahwa uang yang dimasukkan ke saham adalah uang dingin yang tidak akan digunakan dalam waktu dekat dan bukan menggunakan uang panas yang diperlukan, seperti uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Kelompok Kolaborasi 3 (XIIS2)
Artikel 1: Saham
- Andreas / 4
- Felicia / 17
- Jessica Yang / 24
- Marco / 29
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur