Dibawah Kepak Sayap Garuda: Refleksi Hari Kesaktian Pancasila dalam Kehidupan Masa Kini

BERITA LAINNYA - 02 October 2021

Dibawah Kepak Sayap Garuda:

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila dalam Kehidupan Masa Kini

“Dengan kepakNya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayapNya engkau akan berlindung, kesetiaannya ialah perisai dan pagar tembok”

(Mazmur 91:4)

Ungkapan yang disampaikan oleh Pemazmur pada nats tersebut menjadi salah satu ungkapan yang menunjukkan betapa besar kasih setia Allah beserta perlindunganNya bagi segenap umat manusia yang percaya kepadaNya. Bila dimaknai lebih mendalam lagi, kata kepak dan sayap diibaratkkan seperti burung rajawali yang melindungi segenap anak-anaknya dari segala marabahaya yang dapat mengancam sewaktu waktu.

Bila kita merefleksikan ayat tersebut berdasarkan  ilustrasi yang disampaikan oleh Pemazmur, maka kita akan menemukan persamaan simbolik dengan lambang negara Indonesia yakni burung Garuda. Burung Garuda tersebut digambarkan dengan penampilan yang sangat gagah dengan kepak sayap dan sorot matanya yang tajam, serta perisai Pancasila yang menancap kuat di dadanya. Ilustrasi tersebut seakan mempertegas bahwa keberadaan Garuda dan Pancasila diharapkan dapat menjadi pelindung dan pagar tembok bagi persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.

56 tahun silam, kegagahan Garuda Pancasila pernah diuji dan digoyahkan oleh sekelompok orang yang menyebut diri mereka sebagai petualang Gerakan 30 September. Para petualang tersebut tergabung dalam sebuah organisasi politik yang dikenal sebagai Partai Komunis Indonesia. Kisah tersebut dimulai ketika negara Indonesia dihadapkan pada konstelasi poilitik yang mempertemukan dua kekuatan besar pada masa itu, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan TNI Angkatan Darat. Keduanya tentu memiliki ideologi dan haluan politik yang berbeda, dimana PKI ingin menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ideologi komunis sebab PKI menginkan agar perbedaan kelas sosial dalam masyarakat dapat dihapuskan. Sementara itu, TNI menentang keberadaan komunis sebab dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila. Akibat pertentangan tersebut, maka keduanya saling bersaing untuk saling menanamkan pengaruhnya dalam tubuh masyarakat Indonesia.

Konstelasi politik tentu tidak lengkap tanpa diwarnai dengan aksi saling menyerang pihak lawan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh PKI dengan membangun isu akan adanya Dewan Jenderal yang berupaya mengkudeta pemerintahan Soekarno. Dewan Jenderal yang dimaksudkan PKI tersebut adalah pembentukan sebuah kelompok yang berisikan jenderal-jenderal TNI-AD yang berupaya untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno. Untuk menghentikan pergerakan Dewan Jenderal tersebut, maka PKI mengusulkan kepada Sokanro agar dibentuk Angkatan Ke-V, yaitu masyarakat dan petani yang dipersenjatai. Mengetahui hal tersebut, TNI-AD pun menyangkal isu yang diberitakan oleh PKI dan dengan tegas menyatakan kesetiaannya kepada pemerintah Indonesia bahkan justru PKI lah yang sebenarnya ingn berupaya mengkudeta presiden serta mengubah ideologi negara Indonesia menjadi komunis.

Melihat kegigihan TNI yang menentang keberadaan komunis, maka PKI berupaya untuk mencari cara guna menghentikan pengaruh dari TNI. PKI kemudian melakukan aksi berupa penjemputan paksa terhadap tujuh Jenderal yang dianggap sangat berpengaruh dan memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam tubuh TNI-AD. Aksi penjemputan paksa itu dilakukan dengan menugaskan pasukan Cakrabirawa dibawah pimpinan Letkol Untung yang berafiliasi dengan PKI. Ketujuh jenderal yang ditargetkan oleh mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjend. M.T Haryono, Jenderal S. Parman, Mayjend. D.I Panjaitan, Mayjend. Sutoyo Siswomihardjo, dan Jenderal A.H Nasution. Mereka menculik para jenderal tersebut dengan alasan bahwa keadaan negara sedang darurat dan presiden meminta mereka untuk segera menjumpai beliau di Istana. Kehadiran pasukan Cakrabirawa di rumah para jenderal tersebut berlangsung pada tanggal 30 September menjelang dini hari tanggal 01 Oktober 1965.

Namun naas, ternyata para jenderal tersebut pada dini harinya tidak sempat menjumpai presiden seperti yang dikatakan oleh pasukan Cakrabirawa yang menjemput mereka. Malam itu juga, para jenderal tersebut diberondong timah panas. Beberapa diantaranya harus meninggal di tempat sebelum dibawa oleh pasukan Cakrabirawa seperti Mayjend D.I Panjaitan. Beberapa diantaranya terluka parah. Beruntung, salah satu target penculikan, yaitu Jend. A.H Nasution berhasil melarikan diri, namun keberhasilannya melarikan diri harus dibayar mahal dengan gugurnya ajudan pribadinya, Lettu. Pierre Tendean dan putrinya Ade Irma Nasution. Malam itu juga, para jenderal tersebut dibawa ke daerah Lubang Buaya dan dihabisi nyawanya oleh para pasukan dan simpatisan pendukung PKI.

Mengetahui kabar gugurnya para jenderal tersebut, Soekarno kemudian memerintahkan kepada Soeharto agar segera dilakukan pemulihan ketertiban nasional melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Peristiwa pembantaian pada dini hari 01 Oktober 1965 tersebut kemudian ditetapkan menjadi hari Kesaktian Pancasila demi mengenang para jenderal yang telah gugur demi mempertahkan Pancasila sebagai ideologi negara yang sakti, tidak akan bisa digantikan oleh ideologi apapun. Ketujuh korban pembantaian tersebut juga dinaikkan pangkatnya dan dianugerahi gelar sebagai pahlawan Revolusi.

Apabila kita amati, 56 tahun yang lalu ideologi Pancasila diuji oleh sekelompok orang yang ingin menggantinya dengan ideologi komunis, namun saat ini, ideologi Pancasila juga kembali diuji kegagahannya oleh sekelompok orang yang berupaya menggantinya dengan suatu aliran dan keyakinan tertentu. Tidak hanya itu, ketangguhan Pancasila juga semakin diuji dengan kondisi masyarakat yang kerap saling menyerang satu sama lain karena berbagai kepentingan melalui penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian. Kondisi tersebut semakin diuji dengan kondisi para pejabat negara yang tidak mencerminkan sosok teladan bagi rakyatnya, bahkan generasi muda juga seakan semakin melupakan identitas ideologinya akibat trend yang sedang berkembang saat ini.

Sebagai orang Kristen yang percaya, tentu kita tidak boleh terlena dengan keadaan saat ini. Kita harus mampu memancarkan kasih dan damai demi menjaga ketangguhan Pancasila sebagai sebuah ideologi yang sah. Peristiwa 01 Oktober atau Kesaktian Pancasila tersebut hendaknya menjadi refleksi bagi kita untuk mampu berkomitmen dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi masyarakat, khususnya generasi muda, mari kita maknai Hari Kesaktian Pancasila sebagai momentum lahirnya semangat dan kekuatan yang baru, layaknya garuda yang senantiasa terbang dengan kekuatan sayapnya.

 

Gabriella Sianipar

Guru Sejarah

1 Oktober 2021

 

DAFTAR PUSTAKA

Matanasi, Petrik. 2011. “Untung, Cakrabirawa, dan G 30 S”. Yogyakarta: Trompet Book

 

Nuryanti, Reni. 2008. “Tragedi Soekarno Dari kudeta Sampai Kematiannya”. Yogyakarta: Ombak

 

https://historia.id/militer/articles/profil-pahlawan-revolusi-pierre-tendean-ajudan-tampan-yang-setia-sampai-akhir-6lg7M/page/1. Diakses 1 Oktober 2021

 

 

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 30 October 2020
Tetap Semangat di Masa Pandemi
Berita BPK PENABUR Jakarta - 09 November 2020
Tetap Semangat di Masa Pandemi - 2
Berita BPK PENABUR Jakarta - 06 November 2020
Semakin Giat Meraih Prestasi
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 August 2021
Countdown AMAZING BENEFIT- 3 Days to go
Countdown AMAZING BENEFIT- 3 Days to go
Berita BPK PENABUR Jakarta - 18 August 2021
Pembukaan Masa Penerimaan Siswa Baru (PSB) BPK PE...
Pembukaan Masa Penerimaan Siswa Baru (PSB) BPK PE...
BERITA LAINNYA - 23 February 2021
Buah Totalitas melalui Tindakan Nyata
BERITA LAINNYA - 23 February 2021
Kejujuran: Buah Berpikir dan Bersikap Positif
BERITA LAINNYA - 02 March 2021
Energi Kehidupan
BERITA LAINNYA - 08 March 2021
Jericha Stephanie_Asistan Laboratorium_Institut B...
BERITA LAINNYA - 09 March 2021
Yohanes Andika Suharli_Asistan Laboratorium_ITB_S...
BERITA LAINNYA - 31 August 2022
Tak Hanya Sebagai Destinasi Wisata, Nusa Tenggara...
BERITA LAINNYA - 03 September 2022
Bau Nyale : Festival Menangkap Cacing dari Lombok
Bau Nyale, Festival Menangkap Cacing dari Lombok
BERITA LAINNYA - 04 September 2022
FENOMENA SUPERCOOLING DALAM EFEK MPEMBA
FENOMENA SUPERCOOLING DALAM EFEK MPEMBA
BERITA LAINNYA - 01 September 2022
Flexing, Keangkuhan, dan Sejarah Mitologi Rasi Bi...
Flexing, Keangkuhan, dan Sejarah Mitologi Rasi Bi...
BERITA LAINNYA - 09 September 2022
IKATAN KIMIA (Kasih Iman Ilmu Amal)
IKATAN KIMIA (Kasih Iman Ilmu Amal)
BERITA LAINNYA - 31 August 2023
Yang ingin tubuh idel, sini simak penjelasan beri...
BERITA LAINNYA - 29 August 2023
Kecanduan Gawai sangat tidak baik, simak tips unt...
Kecanduan Gawai sangat tidak baik, simak tips unt...
BERITA LAINNYA - 28 August 2023
Jangan suka menunda, muda tak lama, tua harus bah...
Jangan suka menunda, muda tak lama, tua harus bah...
BERITA LAINNYA - 21 August 2023
Daily REMINDER, 21 Agustus 2023
Daily REMINDER, 21 Juli 2023
BERITA LAINNYA - 22 August 2023
DAILY REMINDER, 22 Agustus 2023
DAILY REMINDER, 22 Agustus 2023
BERITA LAINNYA - 30 December 2023
Renungan Natal by Kimiko Demagog
BERITA LAINNYA - 01 January 2024
Tahun Baru 2024, bukan hanya sekedar resolusi..
Tahun Baru 2024, bukan hanya sekedar resolusi..
BERITA LAINNYA - 08 January 2024
Ibadah Awal Tahun, Semester Genap, 2023-2024
Ibadah Awal Tahun, Semester Genap, 2023-2024
BERITA LAINNYA - 17 January 2024
Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menja...
Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menja...
BERITA LAINNYA - 02 January 2024
Peran Indonesia dalam upaya perdamaian antara Isr...
Peran Indonesia dalam upaya perdamaian antara Isr...

Choose Your School

GO