Bhineka Tunggal Ika: Semboyan Nusantara Peninggalan Kerajaan Hindu Buddha

BERITA LAINNYA - 04 March 2025

 

Bhinneka Tunggal Ika: Semboyan Nusantara Peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha

 By : Freja Kiyona dan Victoria X-6

 

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Perbedaan dapat ditemukan di setiap daerah. Identitas serta jati diri bangsa Indonesia terletak pada keberagaman kebudayaannya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah semboyan negara yang kuat untuk mempersatukan perbedaan tersebut. "Bhinneka Tunggal Ika," yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua," merupakan semboyan negara Republik Indonesia yang tetap dipegang teguh hingga saat ini.

Asal Usul Bhinneka Tunggal Ika

Secara historis, "Bhinneka Tunggal Ika" pertama kali dituliskan dalam Kitab Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kitab ini merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit yang ditulis pada masa kekuasaan Prabu Hayam Wuruk, dengan wilayah kerajaan yang sangat luas.

Mpu Tantular, sebagai penulisnya, dikenal sebagai pujangga terkemuka yang menggabungkan elemen-elemen budaya Hindu dan Buddha dalam karyanya. Kitab ini ditulis di atas daun lontar dengan aksara Bali dan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Kitab Sutasoma juga merupakan salah satu contoh dari genre kakawin, yaitu tembang atau syair yang memiliki irama khas. Kitab ini terdiri dari 1.210 bait dalam 148 pupuh. Syair dalam bahasa Jawa Kuno memiliki irama yang didasarkan pada pola dari India, sehingga terlihat pengaruh kerajaan Hindu-Buddha dalam penulisannya.

 

Isi Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma mengisahkan perjalanan hidup Pangeran Sutasoma, seorang anak raja yang memilih untuk meninggalkan kerajaannya demi mendalami ajaran Buddha. Awalnya, Pangeran Sutasoma direncanakan untuk dinikahkan dan dinobatkan sebagai raja. Namun, ia merasa tidak nyaman dengan rencana tersebut sehingga memutuskan untuk melarikan diri.

Dalam perjalanannya ke Pegunungan Himalaya, Sutasoma berjumpa dengan berbagai makhluk yang menggambarkan tantangan dalam hidupnya. Salah satu bagian penting dari kisah ini adalah ketika Sutasoma menawarkan diri untuk menjadi santapan Batara Kala sebagai pengganti 100 raja yang ditawan oleh Purusada. Keputusan ini menggambarkan sikap Sutasoma yang mengesampingkan kepentingan pribadi dan lebih mementingkan kepentingan bangsa.

Kisah dalam Kitab Sutasoma memiliki makna mendalam dan sarat akan pesan-pesan moral yang diungkapkan dalam beberapa tema utama, yaitu: Toleransi beragama, Keberanian, Pengorbanan, Pengampunan, Kebijaksanaan

Makna Bhinneka Tunggal Ika

Kalimat bhinneka tunggal ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Ketiga kata tersebut membentuk satu kalimat yang dapat diterjemahkan menjadi berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kalimat ini tertulis dalam kitab yang memiliki judul resmi Purusadha. Uniknya, lembaran-lembaran kitab ini terbuat dari daun lontar. Kitab Sutasoma memiliki peran penting dalam memberikan semangat persatuan bangsa Indonesia karena mengandung pesan moral yang kuat. Para pendiri negara akhirnya menggunakan semboyan ini dalam Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia.

Berikut bunyi kalimat lengkap dalam Kitab Sutasoma:

Hyâng Buddha tanpâhi Çiva rajâdeva; Rwâneka dhâtu vinuvus vara Buddha Visvâ; Bhumukti rakva ring apan kenâ parvvanason; Mangka ng Jînatvâ kalayan Çivatatva tunggal; Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Hyang Buddha tiada berbeda dengan Syiwa Mahadewa; Keduanya itu merupakan sesuatu yang satu; Tiada mungkin memisahkan satu dengan lainnya; Karena Hyang agama Buddha dan Hyang agama Syiwa sesungguhnya tunggal; Keduanya memang hanya satu, tiada dharma (hukum) yang mendua.

Dari kalimat lengkap ini, diambil satu bagian, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang kemudian dijadikan sebagai semboyan negara. Tulisan ini terdapat pada pita yang dicengkeram oleh burung Garuda dalam lambang negara Indonesia.

 

 

Penggunaan Resmi sebagai Semboyan Negara

Pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950, lambang negara Garuda Pancasila dan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika secara resmi digunakan. Sejak saat itu, semboyan ini menjadi simbol persatuan bangsa Indonesia dalam keberagaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat.

Penting bagi kita untuk memahami pengaruh kerajaan Hindu-Buddha terhadap Republik Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan sejarah, seperti Kitab Sutasoma, masih kita pegang teguh hingga saat ini. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat semakin memahami arti dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman.

 

DAFTAR PUSTAKA

Antara Foto. (1950). Sidang Kabinet RIS. Diakses pada 28 Februari 2025, dari https://www.antarafoto.com/id/view/1951986/sidang-kabinet-ris


Detik.com. (2021). Sejarah Kitab Sutasoma: Penulis, Isi, dan Asal Mula Bhinneka Tunggal Ika. Diakses pada 28 Februari 2025, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5691874/sejarah-kitab-sutasoma-penulis-isi-dan-asal-mula-bhinneka-tinggal-ika

Fakultas Hukum UMSU. (2024). Kitab Sutasoma: Sejarah, Isi, dan Maknanya. Diakses pada 21 Februari 2025, dari https://fahum.umsu.ac.id/info/kitab-sutasoma-sejarah-isi-dan-maknanya

Grid.id. (2023). Mengenal Kitab Sutasoma: Dari Pengarang hingga Semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Diakses pada 22 Februari 2025, dari https://bobo.grid.id/read/083795623/mengenal-kitab-sutasoma-dari-pengarang-hingga-semboyan-bhinneka-tunggal-ika?page=all

Museum Nasional Indonesia. (2021). Kitab Sutasoma dan Konsep Bhinneka Tunggal Ika. Diakses pada 21 Februari 2025, dari https://www.museumnasional.or.id/4004/

Rochimudin dan Hadi, Muhamad Hari Purnomo dan Asroni, Ahmad. (2023). Pendidikan Pancasila. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

P2K Stekom. (n.d.). Kakawin Sutasoma. Diakses pada 21 Februari 2025, dari https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kakawin_Sutasoma




Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
Lomba Desain Logo
Berita BPK PENABUR Jakarta - 04 October 2020
PENABUR Talents Day
Berita BPK PENABUR Jakarta - 12 October 2020
Pelantikan Pengurus Majelis Perwakilan Kelas (MPK...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 02 November 2020
Kelompok Tumbuh Bersama - Senin, 2 November 2020
Berita BPK PENABUR Jakarta - 31 October 2020
BINA IMAN
BERITA LAINNYA - 13 April 2022
GEJALA GELOMBANG KEHIDUPAN
BERITA LAINNYA - 08 April 2022
Greedy King
Greedy King
BERITA LAINNYA - 09 April 2022
The Day I Released My First Song
The Day I Released My First Song
BERITA LAINNYA - 11 April 2022
Summer Camp
Summer Camp
BERITA LAINNYA - 11 April 2022
Vacation in Bali
Vacation in Bali
BERITA LAINNYA - 21 November 2023
Konflik Natuna Indonesia–China
BERITA LAINNYA - 22 November 2023
Tragedi Sampit : Konflik Dayak dan Madura
Tragedi Sampit : Konflik Dayak dan Madura
BERITA LAINNYA - 23 November 2023
Pergerakan Demokratisasi Gwangju
Pergerakan Demokratisasi Gwangju
BERITA LAINNYA - 24 November 2023
KONFLIK TAK BERUJUNG, ISRAEL-PALESTINA
KONFLIK TAK BERUJUNG, ISRAEL-PALESTINA
BERITA LAINNYA - 25 November 2023
JAKMANIA VS BOBOTOH
JAKMANIA VS BOBOTOH
BERITA LAINNYA - 09 July 2024
Beribadah Bukan untuk Dipamerkan
BERITA LAINNYA - 10 July 2024
Berdoa dan Belajar
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 11 July 2024
Mendoakan yang Jauh
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 12 July 2024
Cobaan: Menjadi Pribadi yang lebih Kuat
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 13 July 2024
Tuhan Memiliki Rencana yang Indah
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 04 December 2024
KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN
BERITA LAINNYA - 05 December 2024
PENGHIBURAN DALAM KESEDIHAN
Daily Inspiration
BERITA LAINNYA - 28 December 2024
Ketidakstabilan Harga Pangan di Indonesia
Ketidakstabilan Harga Pangan di Indonesia
BERITA LAINNYA - 29 December 2024
DIGITALISASI DUNIA PADA MASA Covid 19
DIGITALISASI DUNIA PADA MASA Covid 19
BERITA LAINNYA - 29 December 2024
Mengenal Peradaban Badak Jawa dan Badak Sumatra
Mengenal Peradaban Badak Jawa dan Badak Sumatra

Choose Your School

GO