Awal dari Akhir Reich (1941-1945)

BERITA LAINNYA - 13 January 2025

Awal dari Akhir Reich

(1941-1945)

Edward Griffin Raofelo, Justin Bedford Prasetya




Perang Dunia II tentu merupakan sebuah kejadian besar dalam sejarah yang mengguncangkan dunia. Efek dari Perang Dunia II masih dirasakan dan berdampak sampai hari ini. Mayoritas orang mengenal Amerika Serikat sebagai pahlawan yang mengakhiri Perang Dunia II dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Namun, tidak semua orang mengenal jasa dan kontribusi Uni Soviet terhadap kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II. Mari menilik tentang topik Perang Front Timur antara Nazi Jerman dan Uni Soviet.

 

 

Ideologi dan Kepercayaan Nazi

Ideologi dan kepercayaan Nazi terkenal radikal dan sangat garis keras. Kulminasi dari ideologi Nazi yang ekstrim merupakan Holocaust, dan penyucian ras di seluruh negara-negara yang diduduki oleh Jerman pada periode Perang Dunia II. Dikutip langsung dari pidato Heinrich Himmler, perwira tertinggi SS pada 3 Oktober 1943, ia mengatakan “Apa yang terjadi pada orang Rusia, orang Ceko sama sekali tidak menarik minat saya. Apa pun yang dapat ditawarkan bangsa-bangsa dalam bentuk darah baik seperti kita, akan kita ambil, jika perlu dengan menculik anak-anak mereka dan membesarkan mereka di sini bersama kita. Apakah bangsa-bangsa hidup dalam kemakmuran atau mati kelaparan, saya hanya tertarik sejauh kita membutuhkan mereka sebagai budak untuk pembangunan kita.” dan  “Jika 10.000 wanita Rusia meninggal karena kelelahan saat menggali parit anti-tank, minat saya hanya sejauh parit anti-tank untuk Jerman sudah selesai dibangun.”

 

Sang Fuhrer, Adolf Hitler sendiri yang menggagas ideologi Nazi atau juga dikenal sebagai sosialisme nasional. Beberapa prinsip-prinsip Nazisme adalah rasisme, anti komunisme, dan anti parlementerisme. Dalam buku Hitler “Mein Kampf” judulnya diterjemahkan menjadi “pertarunganku” atau “perjuanganku”, ia menjelaskan bahwa bangsa Jerman terdiri atas ras Aryan yang murni dan lebih tinggi dari ras-ras lain. Justifikasi Hitler untuk memperluaskan wilayah Jerman adalah bahwa ras Aryan yang lebih tinggi memerlukan tanah hidup atau “Lebensraum” untuk keberlangsungannya. Kebencian Hitler terhadap orang Yahudi juga dilihat pada tulisannya di Mein Kampf. Kebenciannya terhadap komunisme juga dicampurkan dengan kebenciannya terhadap orang Yahudi. Ia berpendapat bahwa komunisme adalah konspirasi yang dibuat oleh orang Yahudi untuk meruntuhkan dan memecah belah Jerman ketika Perang Dunia I, yang akhirnya menyebabkan kekalahan Jerman. Lewat pandangan dia, kebanggaan dan harga diri Jerman sebagai ras yang tertinggi dipermainkan oleh orang-orang Yahudi. Dan sebagai seorang prajurit di Perang Dunia 1, yang melihat sendiri keruntuhan kekaisaran Jerman, kebenciannya terhadap orang Yahudi dan komunisme menyala panas sekali.

 

Simpulnya, ideologi Nazi meninggikan orang Jerman sebagai ras Aryan atau ras yang tertinggi di atas segala ras, dan oleh karena itu bangsa-bangsa lain harus ditaklukan agar menjadi budak untuk kejayaan ras Aryan. Orang-orang yang tidak bagian dari ras Aryan masuk kedalam kelas-kelas ras yang lain. Bangsa Inggris dan Perancis serta Swedia dan negara-negara Nordik lain termasuk dalam ras semi-aryan. Berarti mereka memiliki darah Aryan, terapi telah bercampur dengan darah yang tidak murni. Bangsa-bangsa Slav, orang berkulit hitam, dan terutama orang Yahudi dianggap sebagai Untermensch atau makhluk di bawah manusia.

 

 

Latar Belakang Perang di Front Timur

Pada Periode Antar Perang (11 November 1918-1 September 1939), hubungan antara Jerman dan Uni Soviet berjalan lancar. Kedua negara yang baru mengalami kehancuran besar setelah Perang Dunia I sibuk mwmbangun kembali kekuatan mereka. Pada masa ini, seorang Hitler muda yang masih kesal terhadap kekalahan Jerman pada Perang Dunia 1 mulai memasuki dunia politik. Ia menjadi Kanselir Besar pada tahun 1933 dengan presiden Paul von Hindenburg, seorang jendral dari Perang Dunia 1. Namun, Hitler merancang sebuah rencana untuk merebut kekuasaan. Musuh politik terbesarnya Hitler pada masa ini adalah Partai Komunis di Jerman, Ia membakar gedung Reichstag dan menyalahkan kaum Komunis sebagai pelakunya. Pada tahun 1934, karena tekanan dari rakyat, Hitler diangkat sebagai Führer atau juga dikenal sebagai Reichskanzler dan menyingkirkan presiden Hindenburg.

 

Hitler berkomitmen untuk membangun kembali militer Jerman yang telah dilumpuhkan usai Perang Dunia I. Berbagai larangan telah ditetapkan oleh sekutu kepada militer Jerman dalam Perjanjian Versailles, tetapi Hitler memiliki ide cemerlang untuk melewati larangan tersebut. Larangan-larangan yang menimpa militer Jerman sebagai berikut: militer Jerman tidak melebihi seratus ribu personil dan tidak boleh ada wajib militer, kapal-kapal angkatan laut beratnya harus dibawah sepuluh ribu ton, angkatan laut Jerman dilarang mengoperasikan kapal selam, dan Jerman tidak boleh memiliki angkatan udara.

 

Untuk melewati larangan pertama, Hitler membentuk berbagai organisasi semi militer yang tidak masuk dalam militer Jerman. Namun, organisasi ini mendapatkan pelatihan militer dan diberikan senjata. Untuk membangkitkan persenjataan tank Jerman secara rahasia, Jerman melakukan percobaan desain tank di luar perbatasan Jerman seperti di Uni soviet. Dalam upaya merintis angkatan udara, Hitler mendirikan klub-klub penerbanganyang sebenarnya melatih pilot-pilot untuk angkatan udara Jerman di masa depan, dan senjata-senjata udara agar industri Jerman bisa merakit pesawat tempur dengan tempo yang cepat.

 

Namun, Hitler tidak betah bersembunyi lama-lama, sehingga pada 16 Maret 1935, Hitler melanggar Perjanjian Versailles dan secara besar-besaran mendirikan Angkatan Bersenjata Jerman atau Wehrmacht. Wehrmacht terdiri dari Heer (angkatan darat), Luftwaffe (angkatan udara), dan Kriegsmarine (angkatan laut). Ia juga mengadakan kembali wajib militer di Jerman yang bertujuan menggenjot jumlah personil militer Jerman.

 

Politik Jerman yang dipimpin Hitler sebelum terjadi Perang Dunia II bisa dipandang sebagai sebagai negara yang totaliter dan otoriter. Hitler juga cerdik memanipulasi kelemahan politik negara-negara Sekutu sehingga ia berani menuntut hal-hal yang keterlaluan, seperti mencaplok Austria kedalam negara Jerman. Pada 13 Maret 1938, Jerman mencaplok Austria ke dalam wilayahnya atas tuntutan Hitler. Negara-negara Sekutu tidak menginginkan ini, namun mereka mempertaruhkan perang dengan Jerman, sehingga mereka menuruti Hitler. Melanjutkan ini, Hitler mencaplok wilayah Sudetenland dari Cekoslovakia. Pihak Sekutu menyetujui tindakan pencaplokan oleh Jerman, tetapi Jerman kebablasan dan akhirnya menduduki seluruh Cekoslovakia tanpa persetujuan Cekoslovakia maupun Sekutu. Setelah ini, Jerman mulai melihat “Koridor Polandia” atau “Koridor Danzig” yang memisahkan wilayah Jerman dengan Prussia Timur yang memang merupakan bagian dari wilayah Jerman. Pihak Sekutu memperingati dan mengancam Jerman, jika mereka berani mengambil sekutu atau melanggar perbatasan Polandia dalam bentuk apapun, maka sekutu akan menyatakan perang melawan Jerman.

 

Namun, Hitler mengabaikan ancaman dari Sekutu dan bersiap untuk memerangi Polandia. Hitler tidak langsung menyerang Polandia tanpa berpikir panjang, ia peka terhadap kondisi politik yang ada di Eropa, terutama dengan Uni Soviet yang berbatasan dengan Polandia, dan dapat menganggap Jerman sebagai ancaman jika Jerman memperluas wilayahnya dengan menyerang Polandia sampai ke perbatasan Uni Soviet. Untuk menangani masalah ini, Hitler merancang Pakta Molotov-Ribbentrop, sebuah pakta non-agresi antara Jerman dan Uni Soviet. Pakta ini ditandatangani oleh Stalin, pemimpin tertinggi Uni Soviet, dan Joachim von Ribbentrop, seorang diplomat Jerman pada 23 Agustus 1939.

 

Sembilan hari setelah penandatanganan Pakta Molotov-Ribbentrop, tepatnya pada 1 September 1939, pasukan Jerman meluncurkan invasi ke Polandia, dengan kesadaran penuh bahwa ini akan memulai perang dengan Sekutu. Dua hari kemudian pada 3 September 1939, Inggris dan Perancis menyatakan perang kepada Jerman, namun pihak Sekutu tidak bergerak banyak selama beberapa bulan. Dua minggu kemudian, sesuai rencana Hitler dan Stalin, Tentara Merah juga ikut mengeroyok Polandia. Polandia hanya dapat bertahan 35 hari setelah serangan Jerman mulai, dan akhirnya runtuh pada 6 Oktober 1939. Wilayah Polandia dibagi antara Jerman dan Uni Soviet, ibukota Warsawa berada di tangan Jerman.

 

Selama masa ini, tidak ada pergerakan dari pihak Sekutu yang besar, mereka terlalu sibuk mempersiapkan logistik untuk memerangi Jerman, padahal ketika Jerman menyerang Polandia, pintu ke Berlin terbuka lebar untuk pasukan sekutu. Periode ini dimakan The Phoney War atau “Perang Palsu” antara Jerman dan Sekutu. Periode Perang Palsu berakhir ketika Sekutu akhirnya menanggapi serangan Jerman ke Denmark dan Norwegia pada 9 April 1940. Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk melindungi pengiriman bijih besi dari Swedia, yang coba dihentikan oleh Sekutu. Denmark menyerah setelah enam jam, dan meskipun mendapat dukungan Sekutu, Norwegia berhasil ditaklukkan dalam waktu dua bulan. Ketidakpuasan Inggris atas kampanye Norwegia menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Neville Chamberlain, yang digantikan oleh Winston Churchill pada 10 Mei 1940.

 

Pada hari yang sama, Jerman melancarkan serangan terhadap Perancis. Untuk menghindari benteng kuat Garis Maginot di perbatasan Perancis-Jerman, Jerman mengarahkan serangannya ke negara-negara netral seperti Belgia, Belanda, dan Luksemburg. Jerman melakukan manuver mengapit melalui wilayah Ardennes, yang secara keliru dianggap oleh Sekutu sebagai penghalang alami yang tidak dapat ditembus oleh kendaraan lapis baja. Dengan berhasil menerapkan taktik Blitzkrieg baru, Wehrmacht dengan cepat maju ke Selat Inggris dan memotong pasukan Sekutu di Belgia, menjebak sebagian besar tentara Sekutu di sebuah kuali di perbatasan Perancis-Belgia dekat Lille. Inggris mampu menyelamatkan sejumlah besar pasukan Sekutu dari benua tersebut pada awal Juni, meskipun mereka harus meninggalkan hampir semua perlengkapan mereka. Setelah kemenangan besar ini, Jerman berbalik ke selatan dan menyerang Perancis yang lumpuh. Paris jatuh ke tangan Jerman pada 14 Juni 1940, dan akhirnya Perancis menyerah. Kekalahan Perancis, musuh bebuyutan Jerman, membuat Hitler merasa bahwa dia tidak dapat dihentikan. Ia melihat ke utara dan mulai membuat rencana untuk menyerang Inggris. 

 

Pada 10 Juli 1940, Luftwaffe memulai serangan udara atas kota London. Hitler melihat bahwa jika ia dapat melumpuhkan angkatan udara Inggris, ia dapat mengalahkan angkatan laut Inggris dengan gampang menggunakan kekuasaan udara yang dimiliki. Setelah angkatan laut Inggris hancur, ia dapat mendaratkan pasukan ke pulau Inggris dan memulai invasinya. Namun, penduduk Inggris bertahan, dan respons dari Royal Air Force yang cepat menggagalkan rencana dan semua harapan yang Hitler miliki untuk mengalahkan Inggris. Melihat stalemate yang terjadi antara Inggris dan Jerman, Hitler mencari negara lain dimana ia bisa mewujudkan ideologinya. Ia berpaling ke timur dan memulai persiapan untuk menyerang Uni Soviet. Pada masa ini, Stalin sedang mengadakan pemindahan sektor industri Uni Soviet dari barat ke pegunungan timur, serta pembantaian besar-besaran untuk memurnikan militer pemerintahannya. Kondisi ini dinilai sebagai waktu yang tepat oleh Hitler, untuk melakukan serangan ke Uni Soviet dan mengalahkannya secepat mungkin.

 

 

Perang di Front Timur

Operasi Barbarossa dirancang untuk mengalahkan Uni Soviet secepat-cepatnya sebelum musim dingin 1941 tiba. Operasi Barbarossa adalah invasi terbesar dalam sejarah manusia, kurang lebih tiga juta pasukan Jerman, dan pasukan Blok Poros tambahan sekitar tujuh ratus ribu menyerang Uni Soviet pada tahun 1941. Struktur pembagian pasukan dibagi menjadi 3 grup besar, Heeresgruppe Nord (Kelompok Utara), Heeresgruppe Mitte (Kelompok Tengah), Heeresgruppe Süd (Kelompok Selatan). Tiap kelompok memiliki kurang lebih 1 juta pasukan dengan tujuan yang berbeda-beda. Kelompok Utara dipimpin oleh Jenderal Wilhelm von Leeb bertujuan untuk mengambil Leningrad dengan cara melewati negara Baltik. Kelompok Tengah yang dipimpin Jenderal Fedor von Bock bertujuan mengambil Minsk dan melanjutkan serangan ke Moscow. Kelompok Selatan yang dipimpin Jenderal Gerd von Rundstedt bertujuan mengambil Kiev, dan melanjutkan serangan ke Kaukasus, lebih tepatnya mengambil kota Stalingrad dimana terletak banyak pertambangan minyak yang sangat dibutuhkan oleh mesin perang Jerman.

 

Pada pagi buta pukul 04:45 22 Juni 1941, komando Jerman mengeksekusi Operasi Barbarossa. Sebanyak 3 juta lebih pasukan gabungan koalisi Jerman, Italia, Rumania, juga poros-poros lainnya menyerbu ke perbatasan barat dan masuk ke Uni Soviet. Pada fase awal, antara 22 Juni dan 10 Juli 1941, Jerman melancarkan serangan besar-besaran dalam bentuk serangan kilat (Blitzkrieg) dengan dukungan pesawat terbang dan artileri. Dalam beberapa minggu pertama, Jerman berhasil mencapai kemajuan yang signifikan, mengalahkan banyak pasukan Soviet dan mengepung kota-kota besar. Tentara Merah memiliki sekitar 2,9 juta pasukan di perbatasan baratnya, namun mereka tidak siap untuk perang dalam bentuk apa pun. Stalin mengabaikan peringatan-peringatan dari mata-mata yang ia miliki di dalam Jerman, ia yakin bahwa Hitler tidak mungkin akan menyerang dia. Namun, kenyataan memukul dia, dan sekarang dia harus membendung serangan besar oleh Jerman dan Blok Poros. 

 

Kelompok Utara terdiri atas Pasukan ke-16, Pasukan ke-18, dan Pasukan Panzer (tank) ke-4. Pasukan-pasukan ini menerobos negara-negara Baltik dan wilayah Pskov dan Novgorod. Kelompok Utara juga harus menangani pemberontakan-pemberontakan lokal yang terjadi di negara-negara Baltik, terutama di Lithuania dan Estonia selatan. 

 

Kelompok Tengah terdiri atas Pasukan ke-2, Pasukan ke-4, Pasukan ke-9, Pasukan Panzer ke-2, dan Pasukan Panzer ke-3. Kedua Pasukan Panzer menuju ke utara dan selatan kota Brest-Litovsk dan berkumpul di sisi timur kota Minsk, sebuah kota besar yang memiliki pengaruh budaya dan pusat infrastruktur besar bagi Uni Soviet. Pasukan ke-2, 4, dan 9 menyusul kedua pasukan Panzer, dalam waktu yang sangat singkat pasukan Jerman dapat mengepung dan memenangkan kota yang penting. Hanya dalam waktu 6 hari, pasukan Panzer sampai di sungai Berezina, yang jauhnya 650 km dari garis awal serangan pada awal Operasi Barbarossa. Tujuan berikutnya untuk Kelompok Tengah adalah menyeberang sungai Dnieper, yang dicapai pada 11 Juli, kemudian ke kota Smolensk, sebuah kota penting, yang telah jatuh ke tangan Jerman pada 16 Juli. Walaupun kemenangan pasukan Jerman membuat penduduk Uni-Soviet ketar-ketir, Tentara Merah tidak putus semangat dan perjuangan melawan Jerman semakin berkobar di sekitaran kota Smolensk. Perlawanan yang sengit di wilayah Smolensk memaksa Hitler untuk menghentikan serangan ke arah Moskow, sehingga ia mengalihkan Pasukan Panzer ke-3 ke utara. Hitler membuat langkah kritis dan menyuruh Heinz Guderian untuk mengalihkan Pasukan Panzer ke-2 ke arah selatan dalam upaya membuat manuver menjepit besar, sekalian bertemu dengan Kelompok Selatan yang bergerak maju kedalam Ukraina. Keputusan ini meninggalkan pasukan infanteri Kelompok Tengah tanpa dukungan tank untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Moskow. Tindakan ini membuat panik antara perwira-perwira militer Jerman, mereka berpendapat bahwa Kelompok Tengah sebaiknya langsung meluncurkan serangan penuh ke Moskow. Tetapi Hitler takut bahwa Kelompok Tengah akan runtuh dalam perjalanannya menuju Moskow tanpa dukungan Pasukan Panzer. Jika Kelompok Tengah runtuh, Tentara Merah dapat membelah pasukan-pasukan Jerman di utara dan selatan dan mengepung mereka dengan gampang. Melihat situasi ini, infanteri tengah diberi komando untuk berhenti bergerak maju menuju Moskow dan menahan posisi sampai Ukraina dapat ditaklukan. 

 

Kelompok Selatan terdiri atas Pasukan ke-6, Pasukan ke-11, Pasukan ke-17, dan Pasukan Panzer ke-1. Mereka ditugaskan untuk maju melewati Galicia kemudian masuk ke Ukraina. Akan tetapi, kemajuan Kelompok Selatan lebih lambat dibanding kelompok lainnya, dikarenakan divisi bermotor dan lapis baja mereka terpukul keras di Pertempuran Brody. Pasukan Rumania ke-3 dan ke-4 yang didukung oleh Pasukan ke-11 bertempur melewati Bessarabia dan menuju Odessa. Pasukan Panzer ke-1 berpaling dari Kiev ke arah tikungan Dnieper, dimana pertempuran sengit terjadi. Pasukan Panzer akhirnya bertemu dengan bagian selatan dari Kelompok Selatan di Uman dan mengepung 100 ribu Tentara Merah. Pasukan Panzer dan infanteri Kelompok Selatan bertemu dengan Pasukan Panzer ke-2 yang dipimpin Heinz Guderian di sekitar Lokhvytsa pada 16 September. Dengan ini, pasukan Jerman berhasil mengepung kota Kiev, sebuah pukulan yang sangat keras untuk Uni Soviet, sekitar 400 ribu Tentara Merah ditawan ketika Kiev menyerah pada 19 September. 

 

Melihat situasi yang suram, dan dengan kekalahan-kekalahan besar yang dialami oleh Tentara Merah, Stavka Uni Soviet (Komando Tinggi) berupaya untuk mempercepat pemindahan industri Uni-Soviet dari barat ke timur  agar produksi senjata dan perlengkapan militer baru bisa dimulai. Stalin memberi komando kepada Tentara Merah untuk mundur dan membuat garis pertahanan di belakang sungai Dnieper dan Dvina. Stalin juga menerapkan strategi bumi hangus agar pasukan Jerman tidak dapat menggunakan fasilitas dan perlengkapan yang ada di wilayah-wilayah yang jatuh ke tangan mereka. Keputusan-keputusan ini diambil dengan berat hati oleh Stalin, karena ia sadar bahwa ia tidak bisa menyelamatkan rakyat Uni-Soviet dari cengkeraman Hitler. “Tentara Merah memerlukan lebih banyak keberanian untuk mundur daripada menyerang” kata Stalin.

 

Musim panas pun berlalu, dan perang di Front Timur memasuki musim gugur, dimana makin banyak tentara akan gugur. Setelah runtuhnya perlawanan Uni-Soviet di Ukraina, Hitler melanjutkan serangan ke Moskow. Operasi Topan dilaksanakan pada 30 September 1941, dengan tujuan memenangkan Moskow. Pasukan Panzer ke-2 maju dari Oryol ke sungai Oka di Pavsk, sedangkan Pasukan Panzer ke-4 yang dipindahkan dari Kelompok Utara ke Kelompok Tengah serta Pasukan Panzer ke-3 mengepung sejumlah pasukan Tentara Merah di Vyazma dan Bryansk. Kelompok Utara mulai pengepungan mereka terhadap kota Leningrad, pengepungan Leningrad ini akan berlangsung selama 900 hari. Jauh di Finlandia, pasukan Jerman-Finlandia berangkat dengan tujuan ke Murmansk, tetapi mereka dihentikan oleh perlawanan Soviet di sungai Zapadnaya Litsa.

 

Kelompok Selatan maju dari sungai Dnieper ke pesisir Laut Azov, dan melewati Kharkov, Kursk, dan Stalino. Pasukan gabungan antara Jerman dan Rumania bergerak ke Krimea dan mengepung kota Sevastopol. Pada 21 November, Kelompok Selatan berhasil mengambil Rostov, kunci pintu masuk ke daerah Kaukasus. Akan tetapi, garis perang Jerman terlalu panjang dan tipis di daerah ini, sehingga Tentara Merah berhasil memukul Pasukan Panzer ke-1 mundur di belakang sungai Mius.

 

Pada 15 November 1941, sebelum salju mulai turun, Kelompok Tengah mencoba untuk mengepung Moskow dalam upaya terakhir sebelum musim dingin tiba. Pada tanggal 27 November, Pasukan Panzer ke-4 berhasil mendekati Moskow, mereka berhenti di Khimki yang hanya 18 km jauhnya dari Moskow. Sedangkan Pasukan Panzer ke-2 gagal mengambil Tula, kota terakhir yang menghalangi mereka untuk menyerang Moskow. Jenderal Franz Halder dan pemimpin tiga kelompok Utara, Tengah, dan Selatan berkumpul di Orsha untuk mendiskusikan  tindakan berikut yang mereka akan ambil. Mereka sepakat bahwa keputusan yang terbaik adalah mencoba mengambil Moskow, karena menurut pendapat pemimpin Kelompok Tengah, Fedor von Bock, lebih baik mereka mencoba keberuntungan mereka daripada memberi Tentara Merah waktu luang untuk memperkuat diri. Akan tetapi, pada 6 Desember, mereka tersadarkan bahwa Kelompok Tengah tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengambil Moskow, sehingga serangannya dibatalkan. Dengan fakta ini, Marsekal Shaposhnikov dari Tentara Merah memulai serangan balik menggunakan pasukan elit yang khusus bertempur di kondisi musim dingin, serta pasukan lapis baja baru untuk menjauhi pasukan Jerman dari kota Moskow. Pertahanan Moskow diatur oleh Stalin dan Marsekal Georgy Zhukov.

 

Serangan balik Uni-Soviet pada musim dingin mengamankan Moskow dari ancaman serangan Jerman. Menurut Zhukov sendiri, kesuksesan Uni-Soviet dalam serangan balik musim dingin memaksa Jerman untuk mundur ke garis pertahanan yang lebih jauh selama musim dingin. Tujuan Stalin pada Januari 1942 adalah untuk “untuk tidak memberi ruang bagi tentara Jerman untuk bernapas, untuk mendorong mereka ke arah barat tanpa henti, untuk membuat mereka menggunakan cadangan mereka sebelum musim semi tiba”. Singkatnya, Uni-Soviet ingin menghabiskan Jerman di musim dingin waktu mereka memiliki keunggulan di cuaca yang sangat dingin. Pasukan ke-20 Tentara Merah, Brigade Tank ke-22, dan 5 batalyon ski meluncurkan serangan mereka pada 10 Januari 1941, 7 hari kemudian Tentara Merah telah mengambil Lotoshino dan Shakhovskaya. 3 hari lagi pada 20 Januari,  Pasukan ke-5, dan ke-33 Tentara Merah mengambil Ruza, Dorokhovo, Mozhaisk, dan Vereya, pada waktu yang sama Pasukan ke-43 dan ke-49 sedang bertempur di Domanovo. Pasukan Jerman berkumpul dan mempertahankan tonjolan di Rzhev. Dua batalyon pasukan terjun payung Tentara Merah dikirim untuk mengacaukan komunikasi di tonjolan Rzhev. Pasukan ke-33 Tentara Merah bersama Korps Kavaleri ke-1 mencoba untuk mengambil Vyazma. Namun, serangan ini gagal dan hanya bagian dari Korps Kavaleri yang kembali selamat.

 

Pada April 1942, Stavka menyetujui rencana untuk berhenti menyerang dan mempertahankan wilayah-wilayah yang mereka telah bebaskan dari Jerman. Pertempuran antara April sampai mulai musim panas 1942 relatif kecil. Komando tinggi Jerman menyarankan kepada Hitler untuk kembali mencoba menyerang Moskow, tetapi Hitler tidak mendengar mereka dan mengambil keputusan untuk menyerang ke arah lain, yaitu ke arah tenggara memasuki daerah Kaukasus yang kaya akan minyak. Dengan menganalisis sejarah perang-perang Rusia, Hitler mengambil keputusan yang benar untuk mencoba menyerang daerah Kaukasus daripada menyerang Moskow. Kelompok Selatan mengambil inisiatif dan membuka front dengan Pertempuran Voronezh, lalu ke sungai Don ke arah tenggara. Rencana Hitler adalah untuk mengamankan sungai Don dan Volga, kemudian mendorong pasukan masuk ke Kaukasus untuk merebut ladang-ladang minyak yang ada. Rostov direbut kembali pada 24 Juli ketika Pasukan Panzer ke-1 memasuki pertempuran. Kemudian mereka meneruskan ke arah selatan ke Maikop.

 

Pada waktu yang sama, Pasukan ke-6 Jerman berjalan menuju Stalingrad tanpa bantuan dari Pasukan Panzer ke-4. Pada waktu Pasukan Panzer memasuki pertempuran, pertahanan Uni-Soviet telah menjadi kaku. Menyeberangi Don membawa pasukan Jerman ke sungai Volga pada 23 Agustus. Selama 3 bulan berikut, pasukan Jerman harus bertempur di kota Stalingrad dari jalan ke jalan. 

 

Ke arah selatan, Pasukan Panzer ke-1 telah mencapai kaki bukit Kaukasus dan sungai Malka. Di akhir Agustus, pasukan Rumania mengikuti pertempuran di Kaukasus. Kemajuan di Kaukasus terpukul oleh Tentara Merah dan terpaksa berhenti. Pasukan Jerman tidak dapat melewati Malgobek dan Grozny. Melihat ini, mereka berpaling arah dan berpindah ke selatan, menyeberangi Malka pada akhir Oktober dan memasuki Ossetia utara, dan memasuki pinggiran kota Ordzhonikidze pada 2 November.

 

Selama Pasukan ke-6 Jerman dan Pasukan Panzer ke-4 bertempur di Stalingrad, Tentara Merah telah mengepung kotanya dari dua sisi. Komando tinggi Uni Soviet meluncurkan Operasi Uranus pada 19 November untuk mengepung seluruh kota Stalingrad dan memutuskan pasokan Jerman. Dua front Soviet memukul pertahanan selatan Jerman dan mengumpul di Kalach pada 23 November, menjebak 300 ribu pasukan Jerman di Stalingrad. Pada waktu yang sama, Operasi Mars diluncurkan oleh Uni Soviet untuk menyerang Rzhev dan melanjutkan ke Smolensk. Operasi Mars berhasil dibendung oleh pertahanan Jerman yang taktis.

 

Jerman bergegas untuk memindahkan pasukan ke Kaukasus untuk meredakan situasi yang meresahkan di Stalingrad. Namun, pergerakan tidak mulai sampai 12 Desember 1942, saat Pasukan ke-6 di Stalingrad terlalu lemah dan kelaparan bahkan untuk menerobos garis Soviet tipis untuk dibantu oleh pasukan lain. Operasi Badai Musim Dingin yang diluncurkan oleh Jerman untuk menyelamatkan Stalingrad terhenti 65 km dari Stalingrad. Pada 31 Januari 1943, 90 ribu tentara dari jumlah awal 300 ribu tentara Pasukan ke-6 Jerman menyerah. Tentara Merah maju dari sungai Don ke Stalingrad, dan mengambil balik Kursk dan Kharkov pada 8 dan 18 Februari 1943. Jerman meninggalkan tonjolan Rzhev di bulan Februari untuk membuat posisi baru di bagian timur Ukraina. Erich von Manstein meluncurkan serangan balik dengan bantuan pasukan elit Korps Panzer SS yang diperlengkapi dengan tank Tiger I baru pada 20 Februari. Serangan ini berhasil maju dari Poltava balik ke Kharkov pada minggu ketiga bulan Maret.

 

Setelah kekalahan besar di Pertempuran Stalingrad bagi Jerman, Hitler berencana untuk memulai serangan lagi. Perdebatan sengit terjadi antara Hitler dan perwira tinggi untuk meratakan tonjolan Kursk yang telah diperlengkapi dengan pertahanan anti-tank, jebakan tank, ranjau darat, kawat berduri, parit-arit, artileri dan mortir. Namun, jika mereka berhasil mengalahkan pertahanan Uni Soviet di Kursk, Hitler dapat mengirim beberapa pasukan dari timur ke ancaman Sekutu di barat. Di utara, seluruh Pasukan ke-9 Jerman dikerahkan kembali dari Rzhev ke tonjolan Orel dengan tujuan bergerak dari Maloarkhangelsk ke Kursk. Akan tetapi, Pasukan ke-9 tidak dapat melewati tujuan pertamanya di Olkhovatka, hanya 8 km dari garis awal pergerakan. Arah pergerakan dibelokan ke Ponyri, arah barat dari Olkhovatka, tetapi Pasukan ke-9 juga tidak dapat menerobos sini juga. Tentara Merah, melihat pasukan Jerman yang terpukul kalah, melihat waktu ini sebagai waktu yang tepat untuk meluncurkan serangan balasan, Operasi Kutuzov.

 

Pada 12 Juli, Tentara Merah bertempur di sungai Zhidra dan melanjutkan ke arah Karachev. Serangan Jerman ke arah selatan dipimpin oleh Pasukan Panzer ke-4, dengan 2 korps Panzer yang mendukungnya, serta Korps ke-2 Panzer SS dan “Großdeutschland Panzergrenadier Division”, sebuah divisi tank elit. Mereka melewati daerah ranjau dan memasuki bukit-bukit Oboyan. Perlawanan yang sengit dari Tentara Merah merubah arah gerakan pasukan-pasukan tank Jerman, mereka temui Pasukan Tank Pengawal ke-5 Soviet di pinggir Prokhorovka. Pertempuran dimulai pada 12 Juli, dengan seribu tank yang bertempur. Pertempuran tank besar di Prokhorovka sering dicatat sebagai pertempuran tank terbesar dalam sejarah, dengan berbagai tank dan senjata berlapis baja lain yang mengikuti pertempuran. Patut diketahui, Pertempuran Prokhorovka adalah bagian dari Pertempuran Kursk yang lebih besar.

 

Di akhir hari, kedua sisi berhenti dengan terjadinya stalemate di pertempuran Kursk. Tetapi, Manstein terus-menerus mengajukan serangan lanjutan dengan Pasukan Panzer ke-4. Tentara Merah telah meluncurkan serangan besar ke tonjolan Orel di utara, dan menerobos sayap Pasukan ke-9 Jerman. Hitler juga khawatir dengan mendaratnya tentara Sekutu di Sisilia pada 10 Juli 1943. Karena ini, Hitler menghentikan serangan-serangan terhadap Uni Soviet, dan mulai sekarang, Jerman yang harus berlindung.

 

Serangan bertahap selama musim panas 1943 membuahkan hasil yang besar bagi Tentara Merah. Großdeutschland Division dari Belgorod ke Karachev tidak dapat melindungi tonjolan Orel dari serangan Tentara Merah, dan akhirnya pasukan Jerman mundur dari Orel, sehingga Tentara Merah mengambil Orel pada 5 Agustus 1943. Pasukan Jerman mundur ke Garis Hagen di depan Bryansk.  Di selatan, Tentara Merah menerobos pertahanan Kelompok Selatan di Belgorod dan bertujuan ke Kharkov untuk mengambilnya sekali lagi. Tentara Merah menerobos Psel, dan akhirnya Kharkov berpindah tangan sekali lagi pada 22 Agustus.

 

Pasukan Jerman di Mius yang terdiri dari Pasukan Panzer ke-1 dan Pasukan Ke-6 yang dibangun kembali terlalu lemah untuk mempertahankan posisi jika Uni Soviet menyerang. Tentara Merah pun menyerang Mius dan pasukan Jerman harus mundur sampai ke sektor industri Donbas, dan ke sungai Dnieper. Hitler menyetujui pembangunan garis pertahanan Ostwall di Front Timur untuk menahan serangan Tentara Merah. Pada awal Oktober, pasukan Jerman menyadari bahwa posisi di sungai Dnieper terlalu sulit untuk dipertahankan. Beberapa kota-kota di sekitar sungai Dnieper mulai kembali ke tangan Uni Soviet, seperti Zeporozhye, dan Dnepropetrovsk. Pada awal November, Kiev, kota terbesar ketiga di Uni Soviet, akhirnya kembali ke tangan Tentara Merah. 130 km barat dari Kiev, Pasukan Panzer ke-4 berhasil meluncurkan serangan balasan di Zhytomry di tengah November. Korps Panzer SS juga menyerang sayap Tentara Merah di Teterev, dan Kelompok Selatan berhasil mengambil balik Korosten. Tetapi, pada malam Natal 1943, pasukan Jerman mundur karena Tentara Merah menyerang Front Ukraina Pertama, dan mengejar pasukan Jerman sampai ke perbatasan awal Polandia-Uni Soviet pada 3 Januari 1944.

 

Di selatan, Tentara Merah menyerang di Front Ukraina Kedua, dan mendorong pasukan Jerman dari Dnieper sampai ke Kremenchuk, dan melanjutkan ke barat. Di minggu kedua Januari 1944, Tentara Merah disini menoleh ke utara dan menemui pasukan tank Komandan Nikolai Valutin, dan mengepung 10 divisi Jerman di Korsun-Shevchenkovsky, di arah barat Cherkassy. Pada Februari 1944, Divisi Panzer SS ke-5 mengevakuasi sungai Dnieper, berharap tidak diserang oleh Tentara Merah. Tetapi, pada 3 Maret 1944, Tentara Merah mengejar divisi ini sampai ke perbatasan Rumania, dan menyeberang sungai Prut. Satu pukulan terakhir diberikan kepada pasukan Jerman pada 20 Maret 1944, 20 divisi dari Pasukan Panzer ke-1 yang dipimpin Hans-Valentin Hube dikepung oleh Tentara Merah di dalam “Lingkaran Hube”, di dekat Kamenets-Podolskiy. Setelah pertempuran 2 minggu, Pasukan Panzer ke-1 berhasil keluar dari pengepungan, tetapi mereka mengorbankan hampir seluruh persenjataan berat mereka. Pada waktu ini, Hitler memecat berbagai jenderal berkedudukan tinggi, termasuk Manstein. Di April, Tentara Merah mengambil balik odessa, dan Sevastopol pada 10 Mei.

 

Balik ke 1943 di utara dan tengah, pada bulan Agustus 1943, Tentara Merah berhasil memenangkan balik Bryansk. Smolensk kembali ke tangan Uni Soviet pada 25 September, dimana Smolensk merupakan pusat penting bagi garis pertahanan Jerman. Pasukan ke-4, ke-5, dan Pasukan Panzer ke-3 masih tetap bertahan di sisi timur bagian utara sungai Dnieper, dengan pertahanan yang kaku menghalangi jalan Tentara Merah ke Vitebsk. Hampir tidak ada pertempuran untuk Kelompok Utara sampai Januari 1944, ketika Volkhov dan Front Baltic Kedua diserbu oleh Tentara Merah. Tentara Merah menggunakan strategi Blitzkrieg Jerman untuk mengalahkan Jerman sendiri dalam kampanye ini. Pasukan Jerman diusir dari Leningrad dan Novgorod. Di Januari dan Februari, Front Leningrad telah mencapai perbatasan Estonia. Bagi Stalin, laut Baltik merupakan cara yang terbaik untuk mengacaukan Jerman dan Finlandia di sekitar Prussia Timur. 

 

Musim panas 1944 pun tiba, dan perencana militer Jerman yakin bahwa Tentara Merah akan menyerang lagi di selatan. Dimana garis pertempurannya berjarak 80 km dari Lviv, kota yang memiliki jalan pintas ke Berlin. Tetapi Hitler kepusingan dengan mendaratnya pasukan Sekutu Inggris-Amerika di Normandia, Perancis yang membutuhkan tanggapan dari militer Jerman. Sehingga Hitler mengambil beberapa pasukan dari Kelompok Tengah untuk memperkuat pertahanan di selatan dan melawan invasi Sekutu di Perancis. Tentara Merah melihat situasi kekacauan kepemimpinan Jerman sebagai waktu yang pantas untuk menjalankan rencana serangan besar-besaran dengan nama Operasi Bagration yang telah direncanakan sejak Desember 1943. Pada Juni 1944, Uni Soviet menghantam Jerman dengan serangan yang terdiri atas 4 kelompok pasukan yang berjumlah lebih dari 120 divisi. Garis pertahanan Jerman yang tipis tidak dapat menahan serangan besar ini di semua front. Serangan Tentara Merah difokuskan pada Kelompok Tengah Jerman, dimana 2,3 juta tentara Uni Soviet menyerang Kelompok Tengah yang berjumlah kurang dari 800 ribu. Keunggulan pasukan Uni Soviet sungguh menghebohkan, perbandingan kehancuran tank adalah 1 tank Soviet untuk setiap 10 tank Jerman, dan 1 pesawat Soviet untuk setiap 7 pesawat Jerman. Kota Minsk diambil kembali oleh Uni Soviet pada 3 Juli, dan menjebak 100 ribu pasukan Jerman. 10 hari kemudian, Tentara Merah menyentuh perbatasan awal di Polandia sebelum perang dengan Jerman dimulai. Pada akhir Agustus 1944, Wehrmacht kehilangan 400 ribu tentara, 2 ribu tank, dan 57 ribu kendaraan lain. Sedangkan Uni Soviet hanya kehilangan 180 tentara. Operasi Lvov-Sandomierz di selatan diluncurkan pada 17 Juli 1944, Tentara Merah mendorong pasukan Jerman di Ukraina Barat dan mengambil balik Lviv. Serangan Uni Soviet lanjut sampai ke Rumania, dan akhirnya memenangkan kota besar Bucharest pada 31 Agustus 1944. Rumania menyerah pada 12 September. 

 

Kecepatannya Operasi Bagration mengancam terputusnya Kelompok Selatan dari kelompok pasukan-pasukan Jerman lainnya. Tentara Merah maju ke arah Tallinn, tetapi gagal menerobos pertahanan Jerman di Bukit Sinimäed. Di genting tanah Karelia, Tentara Merah meluncurkan serangan Vyborg-Petrozavodsk melawan Finlandia pada 9 Juni 1944. Tiga pasukan dikirim untuk melawan Finlandia, dan mereka menerobos pertahanan Finlandia di Valkeasaari pada 10 Juni. Pasukan Finlandia mundur ke Garis VT. Serangan Soviet didukung oleh serangan artileri dan bombardemen udara. Garis VT diterobos pada 14 Juni setelah serangan balik yang gagal oleh Finlandia di Kuuterselkä, dan pasukan Finlandia mundur ke Garis VKT. Setelah pertempuran besar di Tali-Ihantala dan Ilomantsi, pasukan Finlandia akhirnya menahan serangan Uni Soviet.

 

Musim gugur 1944 tiba, Uni Soviet memberhentikan serangan mereka ke arah Berlin untuk memfokuskan upaya mereka di Eropa Tenggara. Pada September 1944, Tentara Merah meluncurkan serangan di Dukla pada perbatasan Slovakia-Polandia. 2 bulan kemudian, pasukan Uni Soviet memenangkan pertempuran tersebut dan memasuki Slovakia. Dengan tekanan serangan di Baltik oleh Uni Soviet, Kelompok Utara Jerman ditarik untuk bertempur di pengepungan Saaremaa, Courland, dan Memel.

 

Uni Soviet akhirnya memasuki Warsawa pada 17 Januari 1945. Kota tersebut telah hancur dan dirampas oleh pasukan Jerman setelah pendudukannya di tahun 1939. Tentara Merah meluncurkan serangan Vistula-Oder menyeberangi sungai Narew. Pasukan Uni Soviet mengalahi jumlah tentara Jerman dengan perbandingan sekitar 5-6 tentara Uni Soviet untuk setiap 1 tentara Jerman. Setelah 4 hari, Tentara Merah memecahkan pertahanan Jerman dan bergerak 30-40 km setiap hari, mengambil negara-negara Baltik, Danzig, Prussia Timur, Poznań, dan mendekati 60 km jaraknya dari Berlin di arah timur sepanjang sungai Oder. Selama serangan Vistula-Oder, Tentara Merah kehilangan 194 ribu tentara, tetapi mereka sangat mendekati ibu kota Jerman, Berlin. Pada 25 Januari 1945, Hitler merubah nama dari kelompok-kelompok pasukan Jerman. Kelompok Utara menjadi Kelompok Courland, Kelompok Tengah menjadi Kelompok Utara, Kelompok A menjadi Kelompok Tengah. Kelompok Utara yang baru didorong ke kantong lebih kecil di sekitar Königsberg di Prussia Timur.

 

Serangan balik kecil yang dinamakan Operasi Solstice yang diluncurkan oleh kelompok pasukan baru, Kelompok Vistula, dibawah kommando Reichsführer-SS Heinrich Himmler, gagal pada 24 Februari. Tentara Merah melanjutkan serangan mereka ke Pomerania dan membersihkan tepi kanan sungai Oder. Di selatan, pasukan Jerman meluncurkan Operasi Konrad untuk meringankan tekanan di garnisun di Budapest. Operasi ini gagal dan Budapest jatuh pada tanggal 13 Februari 1945. Pada 6 Maret, Jerman meluncurkan Operasi Kebangkitan Musim Semi, yang gagal pada 16 Maret. 14 hari kemudian pada 30 Maret, Tentara Merah memasuki Austria dan memenangkan Vienna pada 13 April. Königsberg di Prussia Timur juga jatuh pada 9 April. Dari waktu ini sudah terlihat awal dari keruntuhan Jerman yang akan terjadi beberapa bulan setelah ini. Hitler kepusingan mengatur setiap gerak-gerik kecil pasukan Jerman untuk berperang dalam perang dimana ia sudah kalah. 

 

Serangan Uni Soviet memiliki 2 tujuan. Karena kecurigaan Stalin terhadap Sekutu Inggris dan Amerika, Stalin meminta izin untuk menduduki negara-negara yang dimenangkannya di Perang Dunia II. Jadi, serangannya bertujuan untuk menemui Sekutu Barat secepat mungkin agar Stalin mendapat hak menduduki wilayah sebanyak-banyaknya. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan aset strategis seperti riset bom atom yang dilakukan oleh ilmuwan di Berlin. Serangan untuk mengambil Jerman Tengah dan Berlin mulai pada 16 April, dimulai dengan serangan pada sungai Oder dan Neisse. Pada 24 April, pasukan 1BF dan 1UF Uni Soviet telah mengepung seluruh kota Berlin, dan Pertempuran berlin memasuki tahap terakhirnya. 1 hari kemudian pada 25 April, pasukan 2BF mengalahkan Pasukan Panzer ke-3 di selatan Stettin. Tentara Merah bebas untuk melanjutkan perjalanan ke Stralsund. Divisi Senapan Penjaga ke-58 bertemu dengan Divisi Infanteri ke-69 Amerika Serikat di dekat Torgau, di dekat sungai Elbe. pada 29 dan 30 April, Hitler menikahi Eva Braun dan kemudian membunuh diri bersama istrinya. Karl Dönetz ditetapkan sebagai Presiden Reich baru. Joseph Goebbels juga bunuh diri, bersama istri dan anak-anaknya pada 1 Mei. Helmuth Weidling, komando pertahanan Berlin, menyerahkan kota Berlin kepada Tentara Merah pada 2 Mei 1945.

 

Reich Ketiga sepenuhnya menyerah pada 9 Mei 1945. Tanggal ini dirayakan sebagai Hari Kemenangan di Uni Soviet dan masih dirayakan oleh semua negara runtuhan Uni Soviet hari ini. Pertempuran terakhir di Front Timur adalah Pertempuran Slivice yang usai pada 12 Mei. Pada 13 Mei 1945, semua pertempuran berakhir dan Perang Front Timur di Perang Dunia II berakhir. Parade Kemenangan dilaksanakan di Moskow pada 24 Juni 1945.

 

 

Front Timur adalah medan pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam Perang Dunia II. Secara umum, perang ini diakui sebagai konflik paling mematikan dalam sejarah manusia, dengan lebih dari 30 juta orang tewas. Angkatan bersenjata Jerman mengalami 80% kematian militernya di Front Timur. Medan pertempuran di perang ini terjadi lebih banyak di darat dibandingkan dengan semua medan pertempuran Perang Dunia II lainnya. Beberapa peristiwa terbesar dalam sejarah militer terjadi di Front Timur, seperti Operasi Barbarossa (operasi militer terbesar dalam sejarah), Pertempuran Stalingrad (pertempuran paling berdarah), Pengepungan Leningrad (pengepungan paling mematikan), dan Pertempuran Kursk (pertempuran tank terbesar dalam sejarah).

 

Dalam Perang Dunia II, Uni Soviet memiliki posisi dominan dan menjadi faktor penentu dalam mengalahkan Blok Poros di Eropa. Pasukan Inggris dan Amerika Serikat hanya menghadapi 2 divisi Nazi Jerman saat di Sisilia, Italy. Sementara di Front Uni Soviet terdapat sekitar 200 divisi Nazi Jerman. Kapan pun Sekutu menyatakan perang di daratan Eropa, itu akan menjadi Front sekunder dibandingkan dengan Front Uni Soviet. Usaha utama dalam perang akan selalu berada di Front Uni Soviet. Tanpa keterlibatan Uni Soviet dalam perang, Blok Poros tidak akan terkalahkan di Eropa, dan posisi Blok Sekutu akan kewalahan. Dengan demikian, posisi Uni Soviet setelah kemenangan di Eropa akan menjadi dominan. Setelah Nazi Jerman diruntuhkan, tidak ada kekuatan di Eropa yang dapat menandingi kekuatan militer Uni Soviet yang luar biasa. 

 

Uni Soviet menjadi pemenang dari Perang Dunia II dengan kemenangan militer. Akan tetapi, secara ekonomi dan infrastruktur sangat hancur. Sebagian besar pertempuran terjadi dekat dengan area berpenduduk di daerah Uni Soviet sendiri, dan tindakan kedua belah pihak menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil secara besar-besaran serta kerusakan material yang luar biasa. Menurut ringkasan yang disampaikan oleh Letnan Jenderal Roman Rudenko di Pengadilan Militer Internasional di Nuremberg, Jerman, kerusakan properti di Uni Soviet akibat invasi Blok Poros diperkirakan bernilai 679 miliar rubel. Jumlah korban sipil terbanyak terjadi di kota Leningrad selama Pengepungan Leningrad, dengan 1,2 juta warga sipil tewas.

 

Perang yang begitu mematikan di Front Timur antara Uni Soviet dan Jerman harus menjadi contoh bagi para penguasa dalam menghadapi politik di masa kini. Indoktrinasi dan pencucian otak yang dilakukan oleh Hitler dan Partai Nazi merupakan faktor terbesar dari mulainya perang yang mematikan ini. Kita harus bisa saling menghargai dan menghormati ras dan kebudayaan serta pendapat-pendapat kelompok lain agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan upaya yang baik untuk membentuk akal budi yang sehat dan jauh dari rasisme dan diskriminasi.

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 May 2020
PELEPASAN SISWA ANGKATAN X
Berita BPK PENABUR Jakarta - 19 August 2021
Countdown AMAZING BENEFIT- 2 Days to go
Countdown AMAZING BENEFIT- 2 Days to go
Berita BPK PENABUR Jakarta - 20 August 2021
Countdown AMAZING BENEFIT- 1 Days to go
Countdown AMAZING BENEFIT- 1 Days to go
Berita BPK PENABUR Jakarta - 21 May 2020
LIBUR Kenaikan Isa Almasih
Berita BPK PENABUR Jakarta - 30 May 2020
Juara I Jurusan MIPA - Tahun 2020 - Kezia Alverta...
BERITA LAINNYA - 10 February 2022
GATHERING WITH PARENTS
BERITA LAINNYA - 12 February 2022
HARI PERTAMA PERJUSA
HARI PERTAMA PERJUSA
BERITA LAINNYA - 13 February 2022
Liputan Perjusa Tahun 2021-2022
Liputan Perjusa Tahun 2021-2022
BERITA LAINNYA - 15 February 2022
Valentine’s Day
Valentine’s Day
BERITA LAINNYA - 16 February 2022
PCG #3 : “Develop Your Teen’s Creativity and Chri...
PCG #3 : “Develop Your Teen’s Creativity and Chri...
BERITA LAINNYA - 30 September 2023
Pelecehan seksual, penyakit dan masalah sosial ya...
BERITA LAINNYA - 22 September 2023
Daily Inspiration.. 22 September 2023
Daily Inspiration.. 22 September 2023
BERITA LAINNYA - 14 September 2023
Daily Inspiration, 14 September 2023
Daily Inspiration, 14 September 2023
BERITA LAINNYA - 13 September 2023
Daily Reminder, 13 September 2023
Daily Reminder, 25 September 2023
BERITA LAINNYA - 25 September 2023
Daily Reminder, 25 September 2023
Daily Reminder, 25 September 2023
BERITA LAINNYA - 26 April 2024
The Hobbit, or the Back Again
BERITA LAINNYA - 27 April 2024
MENILIK KISAH PERPUSTAKAAN MALAM
MENILIK KISAH PERPUSTAKAAN MALAM
BERITA LAINNYA - 28 April 2024
THE SUMMER I TURNED PRETTY
THE SUMMER I TURNED PRETTY
BERITA LAINNYA - 29 April 2024
Think And Grow Rich
Think And Grow Rich
BERITA LAINNYA - 30 April 2024
Timun Mas
Timun Mas
BERITA LAINNYA - 22 October 2024
Tuhan Adalah Gembala Yang Baik
BERITA LAINNYA - 23 October 2024
Manusia Merancang, Tuhanlah Yang Memutuskan
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 24 October 2024
Menjadi Orang Yang Rajin Dan Bijak
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 25 October 2024
Tuhan Yang Luar Biasa
Daily Reminder
BERITA LAINNYA - 26 October 2024
Tuhan Adalah Juru Selamat
Daily Reminder

Choose Your School

GO