Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Habitat dan Kehidupan Satwa Liar
BERITA LAINNYA - 01 April 2024
Karya Ilmiah
Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
Terhadap Habitat dan Kehidupan Satwa Liar
Arthur Claudeo/03 Terrell Rossi/33 Yehezkiel Axl/35
Infrastruktur seluruh struktur dan juga fasilitas dasar, baik itu fisik maupun sosial seperti bangunan, pasokan listrik, irigasi, jalan, jembatan dan lain sebagainya yang dibutuhkan untuk operasional aktivitas masyarakat maupun perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia infrastruktur merupakan padanan kata dari prasarana yang memiliki arti segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Tak dapat dipungkiri bahwa pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam satu dekade terakhir ini. Pembangunan ini tentu digunakan untuk menunjang aktivitas dalam segala aspek bidang kehidupan terutama ekonomi.
Di samping dampak yang sangat menguntungkan, pembangunan infrastruktur yang sangat gencar menimbulkan efek samping yang jarang disadari masyarakat yaitu degradasi habitat satwa liar. Habitat adalah suatu tempat alami yang memiliki faktor abiotik maupun biotik untuk mendukung makhluk hidup untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Degradasi habitat tentu saja sama dengan mengurangi lingkungan tempat beberapa satwa liar dapat hidup dengan layak.
Pembangunan infrastruktur yang pesat tentunya membutuhkan lahan terbuka yang luas pula. Demi pembangunan infrastruktur tak jarang hutan hijau dialihfungsikan dan dilakukannya deforestasi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka deforestasi di Indonesia dari tahun 2020-2021 mencapai 120.705,8 hektar hutan yang telah dialihfungsikan. Angka ini tentu perlu kita khawatirkan bersama. Melihat data deforestasi hutan sedekade terakhir belum ada penurunan yang jelas dan signifikan, dan tentunya tidak menutup kemungkinan akan terjadi kenaikan kembali.
Melihat data-data terkini tentang alih fungsi hutan untuk pembangunan infrastruktur tentu perlu menjadikan kita masyarakat juga pemerintah dalam memperhatikan segala keputusan yang dibuat. Deforestasi hutan dan degradasi habitat tentu mengancam hidup satwa liar yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada hidup dan masa depan kita bersama.
Neil S. Grigg mendefinisikan infrastruktur sebagai sebuah sistem fisik yang menyediakan sarana pengairan, drainase, transportasi, bangunan gedung, dan fasilitas fisik yang diperlukan untuk bisa memenuhi berbagai keperluan dasar manusia, baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial. Dari hasil analisa data didapat bahwa pembangunan di Indonesia terus mengalami penambahan dan perkembangan untuk menunjang kebutuhan masyarakat baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Bagaimana manfaat dari dilaksanakannya pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan di Indonesia terutama pada periode pemerintahan Presiden Jokowi. Setidaknya, penulis memberikan beberapa manfaat pengembangan infrastruktur bagi pemerintah dan rakyat Indonesia antara lain :
- Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, jalan raya baik berskala nasional, ataupun daerah, mempermudah mobilisasi barang dan manusia di daerah tersebut.
- Pembangunan daerah perumahan, memberikan tempat tinggal yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat maupun aparatur sipil negara yang sedang melaksanakan tugas.
- Pembangunan pembangkit listrik dan tempat penampungan atau pengolahan air nasional berguna untuk mencukupi kebutuhan listrik dan air masyarakat dan pengusaha.
- Pembangunan sarana penunjang perdagangan seperti pelabuhan, pusat perbelanjaan, tempat bongkar muat, distributor center, dan lain-lain membantu melancarkan proses perdagangan serta distribusi barang yang memperkuat ekonomi nasional. Revitalisasi pasar juga membantu masyarakat melakukan kegiatan jual beli untuk memenuhi kebutuhannya.
- Pembangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dll) dan fasilitas pelayanan publik (pos polisi, pemadam kebakaran, dll) membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dari sisi kesehatan dan keamanan.
- Pembangunan pos lintas batas negara menjamin keamanan bagi penduduk yang ingin masuk atau keluar dari Indonesia, serta mengurangi tingkat kriminalitas di batas-batas negara.
- Ibu Kota Nusantara (IKN) yang merupakan proyek pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Nusantara berguna mengurangi pandangan dan pembangunan yang bersifat “Jawa Sentris”. Pembangunan IKN juga mendorong terjadinya perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat di seluruh Indonesia dan mengurangi urbanisasi yang terjadi di pulau Jawa sekarang.
- Seluruh pembangunan infrastruktur juga diikuti dengan pembukaan lapangan kerja di tempat pembangunan dilakukan, baik saat pembangunan atau sesudah pembangunan.
Dari setiap hal yang baik pasti akan selalu diikuti oleh kekurangannya. Kekurangan dari pembangunan dan pengembangan infrastruktur antara lain :
- Setiap pembangunan infrastruktur tentunya membutuhkan lahan yang didapat dengan melakukan deforestasi atau penggundulan hutan. Hal ini tentunya mengurangi luas wilayah hutan, baik hutan industri atau hutan hujan tropis.
- Pembangunan infrastruktur membutuhkan biaya yang besar untuk melaksanakannya yang biasanya didapat dari sponsor dan pajak masyarakat.
- Pembangunan infrastruktur dengan skala besar maupun kecil dapat memicu potensi terjadinya korupsi biaya pembangunan yang masih kerap terjadi di Indonesia.
- Mobilitas alat berat dan kendaraan penunjang pembangunan, serta proses pembangunan dapat menghasilkan kebisingan yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat disekitarnya.
- Proses pembangunan dapat berimbas kepada digusurnya tempat tinggal dan fasilitas umum yang berada pada wilayah perencanaan pembangunan. Apakah pembangunan ini hanya berimbas kepada manusia? Bagaimana dengan satwa liar? Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, terutama satwa liarnya. Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia. Keanekaragaman satwa liar ini tentunya dapat menjadi aset kekayaan negara yang tak ternilai harganya. Kekayaan keanekaragaman satwa liar di Indonesia tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menunjang kehidupan satwa liar di alam bebas salah satunya adalah habitat. Habitat berfungsi sebagai tempat makhluk hidup dan menunjang segala kebutuhan masing-masing individu setiap satwa yang ada di dalamnya.
Bagaimana kaitannya pembangunan infrastruktur dengan habitat satwa liar? Perlu kita ketahui habitat terbagi atas dua jenis yaitu habitat terrestrial (darat) dan habitat akuatik (air). Masing-masing habitat tentunya memiliki jenis ekosistem, hewan, dan tentunya masalah yang berbeda pula. Maka dari itu di pembahasan ini penulis membagi menjadi dua berdasarkan habitatnya.
Pada habitat terrestrial, satwa liar di Indonesia menempati beberapa jenis bioma. Bioma yang paling banyak persebarannya di Indonesia adalah bioma hutan hujan tropis dan padang rumput sabana. Persebaran hutan hujan tropis hampir meliputi seluruh pulau di Indonesia termasuk kepulauan Nusa Tenggara dan Bali yang juga memiliki bioma sabana. Hal ini tentu menjadi bukti seberapa besar dominasi dan pentingnya bioma hutan hujan bagi kelangsungan hidup hewan darat yang menjadikan hutan sebagai habitatnya.
Pada hutan hujan tropis, tentu masalah yang timbul adalah deforestasi hutan. Deforestasi hutan ini merupakan tindakan pembukaan lahan baik untuk infrastruktur penunjang, jalan, perumahan, wilayah industri, dan lain-lain. Wilayah hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektar (ha) pada 2022, dan deforestasi di Indonesia mencapai angka 100 ribu hektar per tahun pada 2022. Deforestasi tersebut masih berupa deforestasi legal yang dilaporkan kepada pemerintah. Masih ada banyak deforestasi ilegal dan kebakaran hutan yang menyebabkan pengurangan luasan wilayah hutan di Indonesia. Tercatat pada kurun waktu tahun 2019 sampai 2023 luas wilayah hutan yang terdampak kebakaran hutan mencapai 2.601.108 hektar. Kebakaran hutan ini terjadi akibat bencana alam maupun pembukaan lahan secara ilegal oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bagaimana kegiatan deforestasi ini mempengaruhi kehidupan satwa darat? Dengan mengurangi dan mengalihfungsikan lahan hutan sebagai wilayah penunjang kehidupan masyarakat atau infrastruktur sama saja dengan mengurangi habitat terestrial hewan di daerah tersebut. Setidaknya penulis mendapati beberapa pengaruh berkurangnya habitat satwa liar terhadap kehidupan satwa liar, antara lain:
- Mengurangi tempat satwa liar mencari makanan.
Setiap spesies dan jenis satwa memiliki kebutuhan makanan yang berbeda pula. Satwa bertahan hidup dengan makan dan minum yang sumbernya ditunjang oleh habitat tempat tinggal. Maka dengan mengurangi habitat satwa liar sama aja mengurangi tempat satwa liar mencari sumber makanan atau sumber air bagi kebutuhan mereka.
- Mengurangi tempat tinggal yang sesuai bagi satwa liar.
Berdasarkan data dari Majalah Geografi Indonesia 2015 pada saat periode 2002 sampai 2013 atau dalam jangka waktu 10 tahun, persentase ketidaksesuaian habitat satwa liar melonjak dari 20% menjadi 30%. Hal ini tentu saja berkaitan dengan berkurangnya sumber makanan dan air bagi satwa liar sehingga mengurangi tempat tinggal yang layak dan cocok bagi mereka.
- Menambah jumlah hewan yang bermigrasi dari habitat asalnya.
Salah satu cara bertahan hidup menanggapi perubahan yang terjadi pada habitat mereka adalah dengan bermigrasi atau berpindah mencari tempat yang lebih layak dan sesuai. Satwa liar ini dapat berpindah mencari tempat tinggal yang baru ke daerah lain atau bahkan ke pemukiman warga. Jika satwa liar memilih untuk pindah ke daerah lain, maka keanekaragaman hayati di daerah awal akan berkurang. Tidak ada jaminan pula di tempat yang baru akan sesuai dengan karakteristik kebutuhan para satwa. Satwa juga harus beradaptasi dengan lingkungan, kondisi, suhu, dan musuh alami di tempat yang baru. Perpindahan satwa satwa juga memungkinkan terjadinya persaingan untuk mencari makanan dan wilayah dengan satwa lain yang sudah ada di daerah tersebut.
Pada tahun 2023, Kabupaten Tulungagung dikejutkan dengan melonjaknya kasus evakuasi sarang tawon vespa dari 205 dari tahun sebelumnya menjadi 335 kasus serta evakuasi ular liar dari 24 kasus menjadi 60 kasus. Di tahun yang sama di kecamatan Cipayung, Jakarta Timur kawanan monyet masuk ke pemukiman warga dan meresahkan masyarakat sekitar. Tentunya masih banyak kasus masuknya satwa liar ke pemukiman warga dari tahun ke tahun karena berkurangnya habitat alami mereka.
Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian khusus karena tidak hanya membahayakan aktivitas masyarakat tapi juga membahayakan satwa tersebut. Satwa liar yang berkeliaran dapat melukai warga yang sedang beraktivitas. Satwa liar juga berpotensi membawa penyakit berbahaya seperti rabies yang dapat membahayakan keselamatan penduduk. Satwa liar juga dapat merusak sawah, rumah, atau fasilitas umum milik masyarakat.
- Mengancam kehidupan satwa di habitat sekitar
Satwa liar di habitat terdampak yang tidak dapat bertahan hidup akan mati dan hal ini tentunya perlu menjadi perhatian khusus. Dengan berkurangnya populasi suatu satwa di daerah tersebut dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem yang tentunya mengancam kehidupan satwa lainnya. Proses mobilitas pembangunan infrastruktur seperti alat berat, transportasi manusia, dan lain-lain dapat mengganggu kehidupan siswa lewat suara bising atau limbah yang ditinggalkan.
Pembangunan infrastruktur memang sebagian besar hanya berfokus di darat. Namun, ternyata proses dari pembangunan tersebut berefek ke wilayah perairan pula. Proses distribusi bahan konstruksi dan transportasi konstruksi sebagian besar didistribusikan lewat jalur air. Hal ini tentunya dapat mengganggu kehidupan satwa laut. Pada 2018, sekitar 400 barel minyak mentah milik Pertamina tumpah di Teluk Balikpapan. Aktivitas lalu lalang kapal tongkang yang membawa batubara juga diindikasi sebagai penyebab matinya 4 ekor pesut di sana.
Dari hasil analisis tersebut penulis berpendapat infrastruktur mempengaruhi habitat dan kehidupan satwa liar. Untuk menghindari infrastruktur yang berpengaruh buruk kepada kehidupan satwa liar, penulis memberikan beberapa solusi dan saran antara lain sebagai berikut:
- Mengkaji dengan baik pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan dan ekologis agar tidak mengancam ekosistem lingkungan hidup baik dari segi hutan maupun satwa. Selain itu hal ini bertujuan agar pembangunan infrastruktur tersebut tidak mengganggu wilayah pemukiman sekitar.
- Memperhatikan tingkat prioritas dari infrastruktur yang akan dibangun. Sehingga pembangunan infrastruktur akan efisien dan tepat guna serta tidak berlebihan.
- Memperhatikan lingkungan hidup, habitat, dan satwa liar daerah yang akan dialih fungsikan lahan sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
- Memperbanyak tempat perlindungan flora dan fauna seperti suaka margasatwa, dan taman nasional.
- Tidak memanfaatkan hutan hujan tropis dan hutan lindung yang sudah terdaftar untuk kepentingan apapun termasuk alih fungsi untuk kepentingan pembangunan infrastruktur.
- Melakukan zonasi kepada satwa liar yaitu mendefinisikan dan melindungi area-area khusus yang menjadi habitat utama satwa liar. Zonasi ini dapat membantu meminimalkan dampak infrastruktur manusia akan mempengaruhi dan berdampak pada kehidupan satwa liar.
- Melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem dan cara-cara untuk berinteraksi dengan satwa liar tanpa merugikan mereka. Seperti mengedukasi tentang pembukaan lahan, perburuan, dan pembakaran hutan.
- Menambah serta menegakan hukum yang melindungi kelestarian habitat dan satwa liar di dalamnya. Jika ada kekurangan pada sistem hukum yang sekiranya bisa diperbaiki sebaiknya diperbaiki supaya upaya pelestarian habitat dan satwa liar dapat dilakukan dengan maksimal. Hukum yang sudah dibuat juga kiranya selalu ditegakan dan tidak ada pudar dalam waktu yang singkat.
Penulis berkesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur mempengaruhi habitat dan kehidupan satwa liar baik di darat (terrestrial) maupun di perairan (akuatik). Pengaruh ini tentunya perlu terus menjadi perhatian khusus supaya tidak menjadi akibat buruk di masa yang akan datang.
Infrastruktur memang membawa banyak sekali manfaat bagi masyarakat baik dari sisi ekonomi, sosial, dan lainnya. Namun, tak bisa dipungkiri untuk membangun suatu infrastruktur terutama dalam skala besar diperlukan lahan yang luas pula. Tak jarang lahan yang digunakan adalah kawasan hutan atau padang yang merupakan habitat bagi satwa liar.
Mengurangi kawasan hutan dan padang ini tentunya sama saja dengan mengurangi kawasan habitat bagi para satwa liar. Mengurangi habitat ini tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan satwa liar seperti kekurangan sumber makanan, kekurangan sumber air, kehilangan tempat tinggal yang sesuai, dan memaksa mereka untuk pindah dari habitat mereka semula yang berpotensi menghampiri daerah pemukiman warga yang dapat mengganggu aktivitas warga sekitar.
Sebagai pencegahan terhadap dampak buruk pembangunan infrastruktur tersebut penulis memberikan beberapa solusi yang kiranya dapat dikerjakan bersama-sama oleh seluruh pihak demi menjaga kelestarian habitat dan satwa liar Indonesia. Beberapa solusi tersebut antara lain adalah, mengkaji pembangunan infrastruktur tata ruang secara ekologis atau ramah lingkungan, memperhatikan tingkat prioritas infrastruktur, memperbanyak tempat perlindungan flora dan fauna, melakukan zonasi kepada satwa liar, melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat, dan menambah serta menegakan hukum yang melindungi kelestarian habitat dan satwa liar di dalamnya.
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur