Sekolah Spiritual & Kutukan

Berita BPK PENABUR Jakarta - 10 October 2022

Sekolah Spiritual & Kutukan

Candy Aurielle Surjana

 

Suara bola voli yang di smash terdengar di telinga pelatih dan juga orang di gedung olahraga. Semua tatapan tertuju ke perempuan yang ada di tengah lapangan itu. Tangannya merah akibat memukul bola voli terlalu keras. Yua yang tidak sengaja memukul bola itu terkejut dengan apa yang telah dia lakukan. Bola voli itu yang dipukul olehnya pecah berantakan seperti balon yang di letus, lantai yang kena pukul itu pun berlubang seperti ada barang yang sangat berat di jatuhkan dari ketinggian.

         Tatapan pelatih dan orang lain di dalam gedung itu terlihat seperti mereka baru saja menyaksikan pembunuhan berantai. Yua menjadi gugup untuk duduk kembali ke tempatnya. Pelatih pun keluar dari menatapnya dan kembali ke tatapnya yang membosankan. Ia meletakkan pulpennya dan memanggil Yua,

“Temui saya setelah seleksi ini berakhir,” perintah pelatih untuk Yua.

Yua hanya mengangguk sedikit dan duduk kembali ke tempatnya hanya saja dia memberi jarak lebih jauh dari orang yang ada di dekatnya. Suara bisikan di kupingnya, Yua hanya menutup telinganya dengan rambut coklatnya yang panjang.

         Tanpa disadari, seleksi pun berakhir. Yua menemui pelatihnya tidak jauh dari gedung tadi. Yua melihat pelatihnya di depan pohon, tetapi ia tidak sendirian. Yua melihat seorang pria dengan pakaian serba hitam dengan jimat berbentuk lingkaran di tengah keraknya. Pelatih melihat Yua dari ekor matanya, ia pun memanggil Yua setelah menamatkan ngobrolnya dengan pria itu.

“Yua kemarilah,” ucap si pelatih sambil melambaikan tangannya. Yua menghampiri mereka sambil curiga dengan niat pelatih dan pria di sebelahnya.

“Ini Kento, rekan kerja pelatih dulu. Dia bisa membantumu dengan kekuatanmu itu tadi. Aku melihat kamu bisa menggunakan tenaga kutukan, hanya saja kamu tidak bisa mengontrolnya bukan?”

Yua panik dengan perkataan pelatihnya. Dia kira tidak ada yang akan melihatnya membunuh makhluk arka kecil di toilet atap sekolahnya.

“Pelatih apa maksudmu? Kalau ini berurusan dengan kejadian tadi, aku tidak bermaksud merusak properti sekolah. Aku hanya memukulnya terlalu keras” cobanya untuk merubah niat pelatihnya.

“Apakah kamu berpura-pura kamu manusia biasa? Maaf nyonya tapi kamu tidak bisa menipu saya dan pelatih, kami bisa mendeteksi rasa takut dan ragu dan saya tahu kamu sedang berbohong,” ucap Kento dengan suara tegas.

         Yua hanya terdiam dan menatap mata pelatih seperti butuh penjelasan. Pelatih menatap dia kembali dan hanya menghela nafasnya sebelum ia mulai berbicara.

“Kamu punya kekuatan Yua. Kekuatan itu diberikan oleh orang tertentu dan jarang ditemukan juga. Tidak semua orang yang bisa melihat makhluk gaib atau arka yang kamu bunuh kemarin bisa mengusir mereka atau membunuh makhluk gaib. Oleh karena iu, aku memanggil Kento untuk membawamu ke tempat yang lebih cocok denganmu. Aku berpikir kalau kamu akan menyiakan kekuatanmu itu bila kamu masih disini,” jelas pelatih sambil menghadap Kento di akhir kalimatnya.

Kento memberi kertas berisi nomor ke Yua. Yua ingin berkata tetapi terpotong oleh Kento,

“Itu nomor sekolah yang akan kamu tuju, dibelakangnya nomor saya. Silahkan hubungi nomor yang sudah saya tulis. Kalau kamu sudah mulai membuat keputusan untuk masuk ke sekolah spiritual dan kutukan.”

Kento membungkuk badan ke pelatih dan Tua sebelum ia pergi ke arah mobil hitam tidak jauh dari gedung olahraga.

          Yua dan pelatih berdiri tanpa berbicara sampai Yua bertanya ke dia,

“Pelatih, mengapa kamu memanggil orang itu? Aku tidak mau meninggalkan teman-temanku yang sudah bersama denganku.”

Pelatih menoleh ke Yua dengan tatapannya yang bosan.

“Bukannya sudah kubilang kamu akan menyiakan kekuatanmu itu bila kamu masih disini? Lagi pula, bila kau memaksa untuk tetap disini kau akan mencelakakan temanmu,” perkataan pelatih memang brutal tapi juga ada maknanya untuk Yua.

Yua takut ia akan menyakiti temannya seperti bola voli tadi. Dia akan sangat sedih bila ia tanpa sengaja ataupun sengaja menyakiti temannya. Pelatih mulai membalikkan badannya dan perlahan-lahan berjalan.

“Pikirkan temanmu yang tidak bisa melihat Yua. Aku punya firasat akan ada bencana 1 atau 2 tahun lagi,” kata pelatih setelah ia berhenti menoleh belakang ke Yua. “Bencana ini bisa dihalangi bila kamu menghadirinya, tapi aku juga tidak yakin.. Tapi masuklah ke sekolah itu. Di sana kamu akan menemukan jati dirimu dan teman yang sama dengan mu.”

          Malam sudah tiba, Yua menatap ke kertas dengan nomor telfon Kento dan sekolah spiritual. Ia memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Bencana yang dimaksud pelatih meninggalkan kekhawatiran di Yua. Apakah bencana itu terkait dengan arka? Makhluk halus? Alam? Atau manusia? Yua berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi kecemasan dan kekhawatiran melekat di dirinya. Dia tidak ingin mengikuti jejak ibunya sebagai pembunuh arka dan masuk ke komunitas kutukan. Ia tahu bahwa keputusan yang dia ambil bisa memberi dia dampak yang sangat efektif bila ia tidak memikirkannya dengan matang.

         Beberapa jam kemudian Yua menghubungi nomor yang ada di kertas itu. Yua sudah yakin dengan keputusannya yang akan dia ambil. Suara dengan telepon tidak lama berhenti dilanjutkan dengan suara pria yang familiar,

“Halo dengan Kento, ada yang bisa dibantu?” Yua menahan tawanya dengan menutup mulutnya sebelum membenarkan dirinya.

“Halo ini Yua, yang dimana kamu memberikan nomor telepon ini di dekat gedung olahraga,” jelas Yua.

“Oh, halo Yua, jadi apakah kamu sudah membuat keputusan?” tanya kento sambil bersandar di kursinya.

“Aku… ingin masuk ke sekolah spiritual & kutukan.”

Kento terdiam sebentar dan tersenyum kecil dari ucapan Yua.

“Senang mendengarnya kamu ingin masuk, baiklah Yua besok aku akan bawa kamu ke sekolah spiritual & kutukan dahulu untuk tes,” kata Kento sambil mengambil kertas dan pulpen.

Yua terkejut dengan tes yang dimaksud Kento, ia pun bertanya kepada Kento,

“Apakah tes itu berkaitan dengan akademik?” Kento hanya tertawa kecil sambil menulis sesuatu di kertas sebelum mengirimnya dengan kekuatan miliknya. Kertas itu lenyap dengan api ungu dan pernak pernik yang bertaburan di mejanya.

            “Bukan-bukan tesnya hanya hal gaib bukan akademik,” ujar Kento dengan niat menenangkannya.

“Hanya siap-siap dengan hal yang baru Yua,” selesai Kento berbicara, dengan itu dia menutup telepon itu dan mulai menelpon orang lain.

“Halo Matsu? Ya aku menemukan dia,” kata Kento ke orang asing.

 

-TAMAT-

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 25 March 2022
Parent Cell Group #4
BERITA LAINNYA - 27 March 2022
Berbagi Kasih Sayang pada Keluarga (CG XI MIPA 3)
Berbagi Kasih Sayang pada Keluarga (CG XI MIPA 3)
BERITA LAINNYA - 27 March 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 28-31 Maret 2022
Agenda Mingguan, Senin - Jumat 28-31 Maret 2022
BERITA LAINNYA - 25 March 2022
Penemu Teknologi Mesin Cetak
Penemu Teknologi Mesin Cetak
BERITA LAINNYA - 28 March 2022
Konflik di semenanjung Korea ( Korea utara dan Ko...
Konflik di semenanjung Korea ( Korea utara dan Ko...
BERITA LAINNYA - 11 July 2022
Upside Down Life of Samantha, The Florist
BERITA LAINNYA - 16 January 2023
BATIK DALAM KURIKULUM PART 2
BATIK DALAM KURIKULUM PART 2
BERITA LAINNYA - 12 January 2023
Gelombang Cinta Kasih
Gelombang Cinta Kasih
BERITA LAINNYA - 24 March 2023
HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA
HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA
BERITA LAINNYA - 02 February 2023
Selamat Celline - Peraih Medali Perunggu Bidang F...
Selamat Celline - Peraih Medali Perunggu Bidang F...
BERITA LAINNYA - 02 September 2023
Kuliner Indonesia: Kelezatan yang Memikat Lidah D...
BERITA LAINNYA - 03 September 2023
Membongkar Sejarah Tersembunyi: Jejak Eksklusif F...
Membongkar Sejarah Tersembunyi: Jejak Eksklusif F...
BERITA LAINNYA - 04 September 2023
E-SPORT: The Next Generation of Sport
E-SPORT: The Next Generation of Sport
BERITA LAINNYA - 05 September 2023
Sejarah Kota Yogyakarta: Kota Hamengkubuwono...
Sejarah Kota Yogyakarta: Kota Hamengkubuwono...
BERITA LAINNYA - 06 September 2023
Hitam Putih hingga Warna: "Film-Film yang Menguba...
Hitam Putih hingga Warna: "Film-Film yang Menguba...
BERITA LAINNYA - 26 November 2023
Perang Rusia-Ukraina Melalui Perspektif Sosiologi
BERITA LAINNYA - 27 November 2023
Konflik Minggu Mencekam di Kota Ambon Tahun 2011
Konflik Minggu Mencekam di Kota Ambon Tahun 2011
BERITA LAINNYA - 28 November 2023
KONFLIK SITUBONDO, 1996.
KONFLIK SITUBONDO, 1996.
BERITA LAINNYA - 29 November 2023
Konflik Mahasiswa Papua dengan Masyarakat di Yogy...
Konflik Mahasiswa Papua dengan Masyarakat di Yogy...
BERITA LAINNYA - 30 November 2023
KONFLIK FPI VS GMBI
KONFLIK FPI VS GMBI
BERITA LAINNYA - 19 February 2024
Tempat Berpulang, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 20 February 2024
Pengawal dadakan, Sebuah RESENSI
Pengawal dadakan, Sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 01 August 2023
Keep Moving Forward for Advanced Indonesia...
Keep Moving Forward for Advanced Indonesia...
BERITA LAINNYA - 21 February 2024
A Canopy of Life: Unveiling the Significance of T...
A Canopy of Life: Unveiling the Significance of T...
BERITA LAINNYA - 13 December 2023
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas

Choose Your School

GO