Kunjungan Pengurus Harian Ke Cimahi
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Kepala Badan Standar, Kuriku...
Read MoreBPK PENABUR Kunjungi Direktur Kepala Sekolah, Pen...
Read MoreSebagai orang tua seringkali kita merasa khawatir tatkala mendengar kasus kekerasan antara guru dan siswa di sekolah. Tujuan utamanya adalah melatih kedisiplinan siswa, namun mengapa bisa terjadi hingga demikian?
Seperti yang kita tahu bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan pengadilan yang bertugas untuk memberi hukuman bagi siswa yang bersalah. Segala hal yang dilakukan pihak sekolah harus dapat dimaknai sebagai bagian dari proses pendidikan. Hal ini termasuk saat harus memberikan hukuman untuk memberi efek jera bagi siswa.
Guru yang suka memberi hukuman pada siswanya dapat berakibat buruk, salah satunya siswa jadi tidak suka. Akan tetapi, bukan berarti guru dilarang menghukum siswa. Siswa yang melakukan kesalahan memang sebaiknya diberikan sanksi. Baik bagi siswa yang bersangkutan, maupun siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan serupa.
Namun akan lebih baik jika hukuman ini diubah sebutannya menjadi konsekuensi. Mengapa demikian? Pada konsekuensi, siswa diposisikan sebagai subjek. Subjek akan diberikan tanggung jawab seluas mungkin, dengan konsekuensi sebagai batasannya.
1.Terlambat hadir
Sering kali siswa diberi hukuman seperti disetrap di depan kelas, atau bahkan cubitan atau pukulan. Nah, hukuman seperti ini mungkin bisa memberi efek jera, namun tidak mendidik. Justru siswa bisa jadi melawan, takut, kesal dengan guru bahkan trauma. Anda tentu tidak mau hal ini terjadi pada siswa tercinta, bukan?
Sebagai guru langkah pertama anda harus mencari tahu penyebab keterlambatan siswa. Jika terlambat hadir, sebagai konsekuensi, siswa tersebut harus belajar sendiri di perpustakaan sepanjang 2 sesi jam pelajaran. Setelahnya, tanyakan siswa apa yang ia pelajari secara lisan. Bisa dibuat dalam bentuk rangkuman atau penjelasan secara lisan. Selain itu, bisa juga diberikan pelajaran tambahan sepulang sekolah. Berikan batas terlambat, misalnya maksimal tiga kali. Jika melewati batas, maka harus mengerjakan latihan soal dengan nilai minimal sekian. Langkah ini lebih bijak, daripada kekerasan.
2.Jarang hadir
Bagi siswa yang prestasinya buruk, sebaiknya diberikan sanksi seperti apa? Siswa yang kehadirannya kurang dari 80%, maka konsekuensinya adalah harus membuat karya tulis ilmiah. Ketimbang meminta siswa untuk menulis satu kalimat ratusan kali, tentu ini akan lebih mendidik.
3.Tidak mengerjakan tugas/PR
Biasanya, hukuman yang diterapkan bagi pelanggaran ini adalah dijemur di halaman sekolah. Nah, apa yang didapat siswa dari hukuman tersebut? Tidak akan mendidik, karena hanya panas-panasan. Bagaimana jika siswa tersebut mudah sakit? Anda tentu akan diprotes oleh orang tua, bahkan pihak sekolah. Sebagai ganti, konsekuensinya adalah membuat kliping mengenai suatu topik, mengerjakan latihan soal, merangkum buku yang dibaca di perpustakaan, dan sebagainya. Dengan catatan, mereka tetap mengerjakan tugas/PR tersebut.
4.Pakaian tidak rapi
Memberi jewerean pada siswa tentu bukan cara yang baik. Jika pakaian siswa tidak rapi, mintalah siswa untuk merapikannya. Namun jika kedapatan mengulangi, konsekuensinya siswa harus merapikan pakaian di depan kelas.
5.Membuat keributan di dalam kelas
Biasanya yang membuat keributan akan diminta keluar kelas. Cara ini terkadang malah membuat siswa tidak jera. Tidak jarang, mereka malah senang berada di luar kelas karena bebas dari kegiatan belajar-mengajar. Tentu tidak akan efektif. Coba minta siswa yang membuat keributan untuk duduk di kursi bapak/ibu guru. Apabila lebih dari satu siswa, maka minta mereka duduk di kursi paling depan.
6.Rambut siswa gondrong
Jika pelanggaran ini terjadi, jangan langsung memotong rambut siswa saat itu juga secara asal-asalan. Sebaiknya, beritahu saja siswa untuk menggunting rambut sepulang sekolah. Kalau belum juga dilaksanakan, berkoordinasi dengan pihak orang tua murid.
7.Menyontek
Konsekuensinya bisa berupa pengurangan nilai, kemudian mengerjakan beberapa paket latihan soal. Apabila pelanggaran dilakukan secara kolektif, bentuk konsekuensinya bisa seperti bersih-bersih kelas, toilet, atau sekolah. Hukuman ini mengedukasi siswa untuk hidup tertib dan bersih, juga melatih kedisiplinan.
Baca Juga : Begini Cara Menghadapi Anak Ketika Tidak Naik Kelas
Itu dia beberapa cara melatih kedisiplinan siswa tanpa memberinya hukuman. Apapun kesalahan yang dilakukan oleh siswa, hal pertama yang sebaiknya menjadi pilihan untuk dilakukan bukanlah hukuman. Jika tanpa hukuman saja siswa dapat memperbaiki perilakunya, mengapa harus dihukum?
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG