Semoga Tuhan senantiasa menyertai pelayanan Bapak...
Read Moreakarta,bpkpenabur.or.id, Vanessa Shania lahir di ...
Read MoreMenurut beberapa data dari sekolah-sekolah di seluruh dunia yang telah membuka kembali aktivitas tatap muka menunjukan bahwa sekolah tidak menjadi pusat penularan COVID-19. Jurnal ilmiah Nature menuliskan artikel yang menyatakan bahwa infeksi COVID-19 tidak melonjak ketika sekolah dan daycare dibuka kembali setelah beberapa bulan karantina. Tak hanya itu saja, ketika ditemukannya kasus penularan hanya sebagian kecil yang bergejala sakit.
Apakah benar sekolah bukan titik merah penularan COVID-19? Apakah aman kembali melangsungkan kegiatan belajar mengajar di sekolah? Mari simak ulasan selengkapnya.
Bagaimana agar sekolah tidak menjadi tempat penularan Covid-19?
Jurnal ilmiah Nature mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan beberapa kota di dunia dan menyimpulkan bahwa sekolah bisa dibuka kembali dengan aman saat kasus penularan di komunitas tersebut rendah. Menurut data tersebut, di wilayah-wilayah dengan peningkatan kasus yang masih terjadi pun penularan COVID-19 di sekolah terbilang rendah. Kondisi ini terjadi ketika dilakukan tindakan pencegahan ketat guna mengurangi penularan.
Salah satunya Italia yang telah membuka kembali aktivitas belajar mengajar di lebih dari 65.000 sekolah pada September 2020 meskipun kasus penularan kembali meningkat ketika Eropa memasuki gelombang kedua. Setelah satu bulan dilaporkan ada total 1.212 sekolah yang mengalami kasus konfirmasi positif COVID-19. Dari jumlah tersebut, 93% diantaranya hanya memiliki satu kasus infeksi, dan hanya satu sekolah yang memiliki lebih dari 10 kasus penularan.
Di negara bagian Victoria, Australia, gelombang kedua penularan COVID-19 melonjak pada juli. Tapi kasus penularan besar yang terjadi di klaster sekolah atau tempat penitipan anak jarang terjadi. Ada total 1.635 kasus COVID-19 di sekolah, dua pertiga diantaranya hanya melaporkan satu kasus konfirmasi dan 91% lainnya terjadi kurang dari 10 kasus penularan.
Apakah anak memiliki risiko tertular dan menularkan lebih rendah?
Para peneliti menduga salah satu alasan sekolah tidak menjadi pusat penularan adalah karena anak-anak tidak rentan tertular COVID-19 dibanding orang dewasa, terutama pada anak usia 12 tahun ke bawah. Ketika anak usia di bawah 12 tahun terinfeksi, mereka cenderung tidak menularkan ke orang lain.
Bahkan studi di Jerman yang melakukan pengawasan terhadap penularan COVID-19 di sekolah mengatakan, infeksi jarang terjadi pada anak-anak berusia 6-10 tahun dibandingkan pada anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa yang bekerja di sekolah.
Potensi penularan meningkat seiring bertambahnya usia menurut Walter Haas, salah satu peneliti dalam studi tersebut. Menurutnya, remaja dan orang dewasa harus menjadi fokus dalam menerapkan langkah-langkah pencegahan. Pengawasan ketaatan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan selama kegiatan di sekolah harus lebih diperhatikan. Tindakan pencegahan ini terutama harus dilakukan ketika angka penularan di wilayah tersebut masih tinggi.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anak Lebih Nyaman dengan Sekolah Online
Tentunya belum diketahui apa yang membuat anak-anak memiliki risiko tertular dan menularkan lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Namun, sebagai upaya pencegahan disetiap sekolah, baik itu sekolah kristen, sekolah TK, hingga SMK ada baiknya selalu menerapkan protokol kesehatan untuk para siswanya, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan nyaman.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG