Semoga Tuhan senantiasa menyertai pelayanan Bapak...
Read Moreakarta,bpkpenabur.or.id, Vanessa Shania lahir di ...
Read MoreAda beberapa anak yang memiliki mental sebagai korban. Entah mereka dari sekolah terbaik atau sekolah biasa saja, mentalitas korban membentuk anak menjadi pembangkang, dijadikan cara untuk menghindari tanggung jawab. Ketika itu mempengaruhi emosi kita sebagai orang tua, membuat kita mempertanyakan, apakah mungkin kita terlalu keras atau tidak adil dalam mendidik anak. Jika sifat ini dibiarkan, mental sebagai korban pada anak akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk memiliki hubungan yang sehat. Anak Anda harus mempelajari keterampilan baru untuk mengelola tanggung jawab di dunia nyata. Untuk memulai proses itu, akan sangat membantu untuk melihat perilaku yang mengarah pada mentalitas korban. Berikut 4 langkah untuk mengubah anak dari mental sebagai korban.
1.Mulailah dengan menargetkan satu perilaku pada satu waktu
Identifikasi sesuatu yang membuat hidup sulit, tetapi juga sesuatu yang menurut Anda benar-benar dapat berubah. Misalnya, Anda bisa mulai dengan waktu bangun dan rutinitas pagi yang masuk akal, atau melakukan pekerjaan rumah dengan anak, atau mengajak anak memasak makanan untuk dia makan, tanpa ada teriakan di dalam aktivitas tersebut.
2.Duduk dan bicaralah dengan anak saat Anda berdua tenang
Isi perubahan yang ingin Anda fokuskan. Anda bisa mengajak anak berdiskusi dengan mengatakan bahwa Anda kurang menyukai mereka ketika mereka tidak menyelesaikan tugas-tugasnya. Anda pun berencana untuk membagi tugas di rumah karena semua orang di rumah ini memiliki tanggung jawab. Jika anak Anda tidak dapat menyelesaikan dengan baik, mereka juga akan mendapatkan konsekuensi atas tindakannya. Bersikaplah tenang dan blak-blakan pada anak Anda, karena anak terbiasa bereaksi berlebihan terhadap ekspektasi atau Batasan apapun. Pengaturan Batasan peran orang tua bekerja paling baik ketika Anda tidak emosional. Namun, jangan berharap anak dapat menerima hal ini dengan baik. Mereka mungkin akan menolak, tetapi tetap tenang dan fokus dari tantangan awal.
3.Jangan menyerah pada ekspektasi dan konsekuensi, dan jangan menyerah pada perilaku buruk
Butuh waktu lama untuk melepaskan sifat mentalitas korban dan menggantinya dengan cara berpikir dan berperilaku yang lebih bertanggung jawab. Ini menjadi kebiasaan bagi anak, dan orang tua seringkali mengembangkan kebiasaan sebagai tanggapan. Sangat mudah untuk kembali ke kebiasaan ini dan untuk berpikir bahwa daripada menetapkan batas ini dan menangani pembangkangan anak, lebih baik kita menghindari permasalahan yang lebih berlarut pada anak. Semua orang berusaha menghindari hal-hal tersebut dan terasa seperti pekerjaan, tetapi hal ini akan sepadan dengan hasil yang diberikan. Intinya, jangan memaksa anak.
4.Berikan penguatan positif saat anak mengambil tanggung jawab dan membuat pilihan yang baik
Perubahannya mungkin tidak kentara pada awalnya, tetapi begitu anak mulai mengambil tanggung jawab atas tindakannya, dia mulai melepaskan sifat mentalitas korban. Dia akan membutuhkan dorongan untuk terus mengubah pemikirannya dan menggunakan keterampilan pemecahan masalah yang lebih sehat, dan Anda dapat selalu ada untuknya.
Baca Juga: 8 Cara Mencegah Masalah Perilaku pada Anak Usia Sekolah
Tidak ada anak yang sempurna di dunia ini. Jika anak memiliki sifat mentalitas korban, Anda tidak perlu memarahinya dengan mengatakan sia-sia menyekolahkannya di sekolah terbaik, karena setiap anak memiliki kemampuan kontrol diri yang berbeda-beda. Sebagai orang tua harus sabar akan hal tersebut.
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
© 2019 YAYASAN BPK PENABUR
Develope by FMG