Teacher Reflection - Nasib Buruk
ARTIKEL - 24 August 2023
Nasib Buruk
Penulis : Pdt Hendro S. Lumbanraja, M.Pd.
( Kepala SMAK 7 PENABUR Jakarta )
Ayat : Ayub 5:8
Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.
Refleksi Singkat:
Apakah para sahabat Anda pernah mengalami nasib buruk? Misalnya tertipu oleh orang jahat, tertimpa bencana alam, kehilangan orang yang sangat dikasihi, bangkrut dalam usaha wiraswasta, dll. Apa yang ada dalam pikiran para sahabat ketika nasib buruk itu terjadi? Apa yang anda pikirkan tentang keadilan Allah ketika nasib buruk itu terjadi?
Ketika Ayub mengalami nasib buruk dalam hidupnya, Ayub mempertanyakan keadilan Allah terhadap dirinya. Bahkan Ayub berkata, “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku..” ((27:2a). Sikap Ayub tersebut karena Ayub tahu benar ia tidak melakukan dosa apa pun terhadap Allah. Dan itu benar. Karenanya ia merasa tidak diperlakukan adil oleh Allah ketika Allah menimpakan nasib buruk kepadanya.
Di sisi lain, sahabat-sahabatnya, di antaranya yang bernama Elifas, menuding Ayub bahwa semua petaka yang terjadi padanya karena Ayub telah berbuat dosa kepada Allah. Menurut mereka, tidak mungkin Allah menimpakan nasib buruk kepada orang yang tidak berdosa. Nasib buruk hanya akan ditimpakan kepada para pendosa. Sedangkan orang yang tidak bersalah akan diberkati Tuhan. Dengan demikian mereka menghakimi Ayub dan memintanya untuk bertobat dan mengaku bersalah kepada Allah.
PAda akhir dari kitab Ayub kita dapat menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya Ayub memang sama sekali tidak ada melakukan dosa di hadapan Allah. Namun demikian Ayub salah karena telah mengatakan Allah tidak bersikap adil terhadap dirinya karena menimpakan mala petaka yang hebat kepada dia yang tidak berdosa. Ayub salah berpendapat demikian Sebab sesungguhnya dalam segala kemahakuasaanNya Allah dapat berbuat apa yang diinginkanNya dalam kerangka keadilan Allah. Allah membiarkan Ayub mendapat petaka karena Allah tahu ayub tidak akan berpaling dari kesetiaannya kepada Allah.
Di lain pihak, para sahabat Ayub telah salah karena menilai Allah dengan konsep hitam putih seperti itu. Yang saleh diberkati, yang salah diberati oleh hukuman. Namun demikian perkataan Elifas yang menjadi dasar perenungan kita hari ini ada benarnya juga bagi kita. Bahwa ketika kita mengalami nasib buruk, Sebaiknya sikap kita bukan menyatakan Allah tidak adil. Baiklah dalam keterpurukan yang kita alami, kita bukan lari dari Allah, namun justru mencari Allah. Bukan untuk menyatakan bahwa Allah tidak adil atas apa yang dibuat Allah, namun untuk mengadukan perkara kita kepada Allah. Mengadukan perkara dalam arti memohon Allah memberi hikmat untuk mengetahui apa yang menjadi maksud Allah bagi diri kita. Jika memang karena ada kesalahan yang karenanya Allah mau mendegur kita, maka kita memohon pengampunan dan kemampuan untuk memperbaiki apa yang salah itu. Jika memang karena Allah ingin menguji kita, maka kita memohon untuk diberi kekuatan dalam menghadapi yang Tuhan timpakan bagi kita. Kalau memang ada maksud Tuhan yang lebih baik lagi dari kesusahan yang kita alami, maka kita memohon diberi kekuatan dan pernharapan yang teeguh menjalani jalan Tuhan yang berat itu.
Tuhan, Allah yang maha kuasa, memiliki otoritas yang penuh atas jalan hidup semua orang. Karena itu, dengan rendah hati kita mau menerima semua apa yang Allah lakukan dan rencanakan bagi hidup kita. Dalam menjalaninya, baiklah setiap kita selalu mencari Allah. Sebab segala yang dikerjakanNya adalah kebaikan bagi kita. Amin.
Share:
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur
