TRADISI IMLEK DAN PANDANGAN IMAN KRISTEN
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 08 February 2023
Tahun Baru Imlek disebut juga sebagai Festival Musim Semi, di mana musim dingin sudah berlalu dan saatnya memasuki musim semi. Orang-orang mulai menanam dan juga menuai pada saat musim semi, sehingga Festival Musim Semi dirayakan sebagai tanda untuk permulaan yang baru. Tahun Baru Imlek 2023 yang lalu jatuh pada Minggu, 22 Januari 2023. Tanggal Tahun Baru Imlek ditentukan oleh kalender lunar Cina. Tanggalnya berubah setiap tahun tetapi selalu di suatu tempat dalam periode dari 21 Januari hingga 20 Februari.
Tanggal untuk perayaan Tahun Baru Imlek tidak selalu sama setiap tahunnya, karena orang-orang Tiongkok menggunakan bulan sebagai penanda kalender mereka, sehingga kalender Tiongkok sering disebut juga sebagai “Lunar Calendar” (Kalender Bulan), sementara kalender yang kita pergunakan di Indonesia mengadopsi dari kalender internasional, yakni kalender Gregorian, yang menggunakan matahari sebagai penanda sehingga kalender kita disebut “Solar Calendar” (Kalender Tata Surya). Sampai saat ini masih banyak orang-orang di Tiongkok yang menggunakan Kalender Bulan, khususnya untuk menghitung ulang tahun. Walau demikian, sebagai sebuah negara, Tiongkok sudah menggunakan kalender Gregorian, dan banyak juga warga Tiongkok sudah tidak lagi mengikuti penanggalan Kalender Bulan.
Pada awalnya, Tahun Baru Imlek dirayakan sebagai hari penyembahan kepada para dewa dan leluhur sebagai bentuk ucapan syukur dan pengharapan akan berkat bagi lahan pertanian mereka, karena Tiongkok adalah negara yang banyak penduduknya bertani. Mereka mulai merayakan Festival Musim Semi sejak malam Tahun Baru sampai dua minggu berikutnya, sehingga perayaannya berjumlah lima belas hari. Namun sesungguhnya, orang-orang Tiongkok sudah mulai merayakannya sejak bulan Desember, sehingga perayaan ini berjumlah empat puluh hari. Dengan demikian, perayaan Festival Musim Semi menjadi perayaan terpanjang yang dirayakan oleh orang-orang Tiongkok.
Perayaan Imlek juga identik dengan bermacam ciri khas mulai dari berbagi angpao, kado imlek, dan lainnya. Ciri khas Imlek antara lain:
- Warna merah menjadi ciri khas Imlek yang kira jumpai pada atribut, pakaian, hingga pernak-pernik di perayaan tahunan tersebut. Mengapa warna merah? Karena ini memiliki filosofi dalam kebudayaan Tionghoa. Warna yang menjadi ciri khas Imlek tersebut berkaitan dengan keberuntungan, kesenangan, keberhasilan, dan pembawa nasib baik. Salah satu ciri khas Imlek yang kerap dijumpai adalah dekorasi lampion berwarna merah. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, warna merah sendiri merupakan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa,
- Salah satu ciri khas Imlek yang juga terasosiasi dengan warna merah adalah Angpao. Amplop yang selalu hadir di acara Imlek ini sendiri berasal dari kata ‘Hong Bao’ yang berarti kantung merah. Umumnya amplop merah ini diberikan oleh mereka yang sudah menikah pada anak-anak dan seseorang yang belum menikah. Tradisi pemberian angpao dalam Imlek memiliki makna bahwa hidup harus saling peduli dan berbagi pada sesama.
- Kue keranjang merupakan salah satu ciri khas Imlek yang ternyata juga memiliki makna yang dalam. Kudapan manis ini memiliki tekstur layaknya dodol yang kenyal dan terbuat dari tepung beras ketan dan gula. Kue Keranjang disebut Nian Gao dalam bahasa Cina. Kata Nian berarti tahun, sedangkan Gao berarti kue. Namun, huruf dari kata Gao juga memiliki pengucapan yang sama dengan Gao yang berarti ‘Tinggi’. Sehingga pengucapan Nian Gao terdengar seperti Tahun Tinggi. Makna pemberian kue keranjang merupakan harapan agar kehidupan selalu beruntung. Memakan cemilan yang jadi ciri khas Imlek ini juga dianggap mendatangkan keberuntungan.
Keunikan dari tradisi Imlek adalah Tarian Barongsai. Adapun manfaat Barongsai yakni bisa menghilangkan energi negatif. Suara yang nyaring iringan tarian singa disebut bisa menyucikan atau membersihkan sebuah daerah atau tempat yang memiliki chi atau energi negatif dan jelek. Ini juga dipercaya bisa mengubah menjadi energi yang baru dan bagus. Barongsai juga dipercaya dapat mengusir roh jahat dari sebuah lokasi dan memastikan usaha yang dikerjakan menjadi sukses. Selain itu, tarian kostum singa berwarna mencolok ini juga dianggap bisa membawa keberuntungan.
Sebagai orang-orang Kristen yang hanya menyembah kepada Allah dalam wujud Tuhan Yesus Kristus, maka kita harus bisa memilih perayaan-perayaan kebudayaan dari leluhur kita berdasarkan kacamata atau sudut pandang iman kita yang sesuai dengan Alkitab, dalam hal ini jika kita berlatar belakang Tionghoa, maka perayaan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek harus dilihat dari sudut pandang Alkitab.
Dalam merayakan Tahun Baru Imlek, ada kepercayaan-kepercayaan mistis yang tidak lagi berlaku di dalam iman Kristen, misalnya tidak boleh mandi pada tahun baru Imlek, tidak boleh menyapu rumah, tidak boleh membuang sampah, tidak boleh menggunakan benda-benda tajam, tidak boleh memecahkan barang, tidak boleh menggunting rambut, dan sebagainya. Kesemuanya ini dicegah untuk dilakukan dengan harapan agar nasib baik tidak pergi dari kehidupannya. Kita sebagai orang Kristen tidak lagi mempercayai hal-hal seperti ini sehingga kita tidak lagi tunduk dengan mitos-mitos seperti ini, karena hidup kita sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus sehingga nasib baik kita bukan terletak pada hal-hal yang kita lakukan tetapi terletak pada anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, di mana kita beroleh hidup yang kekal.
Sebagai orang Kristen hendaknya tidak dengan cepat menilai suatu budaya dari sisi negatif, tetapi menyadari bahwa semua budaya tercipta oleh manusia untuk mewakili pandangan masing-masing orang yang berbudaya tersebut. Semua budaya yang tercipta pasti ditujukan untuk mengatur kehidupan rakyat di tempat budaya tersebut dipraktekkan, dan biasanya kesemuanya itu diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau dewanya masing-masing. Dengan kata lain, semua manusia yang berbudaya pasti menyadari bahwa adanya sosok yang lebih besar daripada diri mereka dan mereka menghargai sosok tersebut dengan budaya.
Banyak budaya di Indonesia, dan di dunia ini, yang mengandung unsur mistis, tetapi kita tidak perlu takut karena Roh yang ada di dalam kita jauh lebih besar daripada roh yang ada di dunia ini (1 Yoh. 4:4). Andai dalam tarian barongsai yang kita tonton mengandung unsur-unsur pengusiran setan, kita tidak perlu takut karena setan yang diusirnya tidak akan mampu masuk ke hati kita. Kemudian biarlah kita mengikuti pesan rasul Paulus di dalam 1 Korintus 9:19-23, di mana kita menghargai budaya dan kepercayaan orang supaya kita bisa bergaul dengan mereka untuk memenangkan mereka kepada Injil. Janganlah kita dengan cepat menilai perayaan Tahun Baru Imlek dari sisi mistisnya karena hal ini dapat membuat pintu hati saudara-saudara kita dan orang-orang Tionghoa lainnya tertutup dari Injil.
Biarlah perayaan Tahun Baru Imlek kita maknai sebagai sebuah peninggalan budaya Tiongkok yang kaya akan unsur semangat kekeluargaan, karena pada saat Tahun Baru Imlek inilah seluruh keluarga besar biasanya saling berkunjung dan berkumpul bersama. Di sinilah seharusnya orang-orang Kristen berada untuk menjadi garam dan terang bagi keluarga.
Penulis: Lusia Rahajeng (Disadur dari berbagai sumber).
Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR
Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur