Diajak Pintar oleh PENABUR, Kenapa Tidak?

Artikel - 06 December 2021

Diajak Pintar oleh PENABUR, Kenapa Tidak?

(Sugiharti – SMAK4 PENABUR Jakarta)

 

Sungguh suatu kenikmatan tersendiri bagi saya untuk memasuki ruang kelas. Saya ingin mengajak para pendidik lain agar jangan memandang murid-murid sebagai bejana yang harus diisi, tetapi sebagai lilin yang harus dinyalakan.

---Karen Norton (Guru Teladan dari Arkansas)

 

 

Membaca dari beberapa artikel tentang penggolongan generasi, saya masuk kategori Generasi X. Generasi inidisebut “Generasi Sandwich” karena mereka berada di antara dua generasi, yakni Generasi Baby Boomer dan generasi Y (milenial). Generasi Baby Boomer secara umum dianggap kelompok yang gagap teknologi. Sementara Generasi Y adalah generasi yang serba cepat dan dimudahkan oleh teknologi. Lalu bagaimana dengan “Generasi Sandwich”?

Mereka yang masuk dalam “Generasi Sandwich” dan berusaha memandang ke depan yaitu ke Generasi Y, maka mereka harus bersiap diri dengan segala perjuangan. Kondisi generasi ini tampak tergopoh-gopoh bahkan terseok-seok untuk mengikuti arus perkembangan teknologi yang ada. Saya adalah bagian dari generasi ini. Profesi saya guru. Bisa dibayangkan, bukan? Bagaimana saya harus berupaya untuk tidak terseok-seok dalam menghadapi sebuah perubahan yang serbacepat ini. Dampak derasnya perubahan itu sangat terasa dalam dunia pendidikan.

Proses belajar-mengajar mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi yang mengharuskan proses belajar-mengajar tidak lagi tatap muka secara langsung melaikan dengan sistem jarak jauh.  Proses belajar-mengajar dengan sistem jarak jauh memerlukan kemampuan seorang guru dalam menerapkan metode pembelajaran agar tetap kondusif dan komunikatif. Proses tersebut tidaklah mudah dan itulah tantangan terbesar yang dihadapi “Generasi Sandwich”. Saya terlibat dalam proses itu dan diakui tidak mudah. Apalagi mengajar di lingkup PENABUR.

            PENABUR adalah sebuah lembaga pendidikan yang standar ketercapaiannya baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat bagus. Saya akui itu. PENABUR menyadari dan membaca bahwa kemajuan teknologi akan berimbas besar pada dunia pendidikan. Dari sinilah PENABUR berbenah diri untuk melakukan terobosan-terobosan di berbagai aspek. Salah satunya adalah mencetak guru-guru yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dalam sistem pembelajaran. Saya adalah salah satu guru PENABUR, otomatis saya pasti dicetak untuk berkualitas dan berdedikasi dalam sistem pembelajaran itu. Awal mula kepenatan dan agak mual dalam penguasaan teknologi serta kekhawatiran menyeimbangkan penggunaan sistem yang ada dalam pengajaran, membuat “Generasi Sandwich” ini kelabakan. Saya rasakan juga hal itu.

Seiring berjalannya waktu dan desakan rasa ingin tahu serta ingin pintar, hal tersebut menghadirkan ego dalam diri saya untuk berani berdiri tegak. Saya mengakui PENABUR tidak menciptakan guru-gurunya lemah. Pelatihan, webminar, dan segala upaya guna memajukan guru-gurunya terus dilakukan. Lambat laun, saya terasah dan akhirnya terbiasa dengan himpitan kerja serta tuntutan teknologi yang ada. Mau tidak mau saya harus berupaya. Di sinilah saya menemukan kembali jati diri saya sebagai guru di eranya. Mengutip kalimat bijak  Karen Norton (Guru Teladan dari Arkansas) “Sungguh suatu kenikmatan tersendiri bagi saya untuk memasuki ruang kelas. Saya ingin mengajak para pendidik lain agar jangan memandang murid-murid sebagai bejana yang harus diisi, tetapi sebagai lilin yang harus dinyalakan.”

 

Memahami stategi penyajian materi

            Berbagai pelatihan yang sarat akan muatan pengetahuan telah diberikan PENABUR kepada saya.  PENABUR telah menjadikan diri saya menjadi guru yang berwawasan, beretitut, dan bertanggung jawab terhadap makna mengajardan mendidik. Saya memahami betul dua tugas besar itu dan saya harus mampu mengembannya. Penekanan pada kata mendidik, mengutip dari Paul Suparno dalam bukunya Guru Demokratis di Era Reformasi (2004) bahwa salah satu tugas besar guru yaitu mendidik yang mengandung makna mendorong dan membimbing siswa agar maju menuju kedewasaan secara utuh. Kedewasaan tersebut mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, seni spiritual, dan moral. Pemahaman itulah yang saya pegang kuat sebagai guru. Untuk mengajar yang berarti proses mentransfer ilmu, saya tidak ragu. Menjadi manusia pembelajar adalah moto saya untuk terus melangkah menjadi guru di era yang penuh tantangan.

Belajar-mengajar adalah arena saya untuk melakukan strategi pembelajaran yang spektakuler, yang oleh guru lain di luar sana, mungkin dirasakan sulit. Namun, saya melangkah dengan penuh rasa percaya diri. Bahan bacaan yang ada di perpustakaan adalah bagian yang memperkaya khasanah pengetahuan saya. Kondisi telah mengajak saya untuk memahami bagaimana siswa antusias untuk belajar dan menggali ilmu. Penyajian materi yang terencana dengan baik merupakan salah satu yang harus disiapkan dan dirancang dengan matang, skenario pembelajaran adalah kuncinya.

            Di usia yang terbilang tidak muda lagi, saya berusaha untuk bisa masuk dalam jiwa anak-anak belia. Pelajaran yang saya ampu yaitu Bahasa Indonesia bukan pelajaran yang mudah, bahkan cenderung tidak diminati jika salah dalam menyajikannya kepada siswa. Tetapi tidak untuk saya, dihadapan mereka Bahasa Indonesia adalah  senjata ampuh dalam menghadirkan wawasan dan realita hidup bagi mereka. Kemampuan membaca, menulis, dan berbicara menjadi hal terpenting dalam kehidupan. Melalui skenario pembelajaran saya berupaya hadir dan menyajikan  materi yang menyenangkan.

Menyiasati siswa aktif di dalam kelas diperlukan stategi penyajian materi yang runtut dan kekinian. Bagi saya proses pembelajaran harus menghadirkan keterlibatan siswa untuk aktif di dalamnya. Pusat pembelajaran lebih tertuju kepada siswa adalah subjek yang harus menggali apa yang mereka ingin dapatkan dari materi tersebut. Hal serupa itulah yang membedakan cara saya berproses di dalam kelas dan saya merasa berhasil.

 

Sedikit Menengok ke Belakang

Mengapa saya begitu bersikeras untuk menjadi memahami dan menekuni profesi guru. Semua itu bermula pada sekitar tahun 1994, yaitu diberlakukanlah Kurikulum Berbasis Kompetensi. Saat itu adalah awal mula saya belajar dan bergabung dengan guru-guru sekolah hebat dan ternama. Saya begitu kagum dengan guru Bahasa Indonesia dari Santa Ursula, Kanisius, dan Regina Pacis. Mereka begitu jeli melihat dan menggali potensi anak didiknya dalam penguasaan membaca, menulis, dan berbicara.  Ketika mereka mengajak saya untuk tergabung dalam kegiatan sharing Bahasa Indonesia, saya sambut dengan senang hati. Hingga berlanjut dalam pembuatan buku pelajaran. Saya masih ‘pupuk bawang’ (sekadar ikut) saat itu. Buku yang digarap oleh guru-guru hebat itu terpilih menjadi buku terbaik versi Departemen Pendidikan Nasional untuk buku pegangan siswa. Saya bangga karena nama saya tercantum sebagai tim pengarang. Bermula dari situlah saya bertekun untuk bisa seperti guru-guru sekolah ternama itu.

Belajar dan belajar terus saya lakukan. Membaca dan membaca menjadi tuntutan dalam hidup saya. Tak pelak dalam berbagai ajang bergengsi baik dalam lingkup PENABUR dan di luar PENABUR,  ranah dunia Pendidikan  membawa saya untuk meraih prestasi. Tahun 2015 menjadi kenangan yang tak terlupakan ketika saya dinyatakan menjadi Juara I guru berprestasi lingkup swasta tingkat Jakarta Barat. Berbagai lomba menulis lingkup PENABUR menjadi ajang yang saya tunggu-tunggu karena tulisan saya pasti menang (mohon maaf, tanpa bermaksud sombong). Partispasi menulis jurnal dalam lingkup PENABUR melalui PTK nama dan penelitian saya juga terpampang dalam urutan pertama. Sungguh PENABUR telah menjadikan saya menjadi diri saya sendiri. Begitu pula dalam lomba menulis esai di tingkat nasional nama dan tulisan saya masuk dalam sepuluh artikel terbaik. Kesempatan berikutnya dalam event During its 70th Anniversary Celebration BPK PENABUR artikel saya masuk dalam As one of the Top 20 Best Article’s Winner.

Ketenteraman saya mengajar di PENABUR menjadikan saya betah, hingga saat ini, tiga puluh tahun sudah saya bergabung tanpa putus. Tahun ini saya mendapatkan penghagaan berupa SATYA KARYA. Tak henti-hentinya saya bersyukur kepada Tuhan karena saya menjadi bagian dari BPK PENABUR Jakarta. Sebuah lembaga yang telah mengajak saya untuk menanamkan kebaikan kepada siapa saja, terutama anak didik saya. Kembali saya mengutip kalimat bijak yang tertulis Hal terpenting yang diberikan oleh guru bukan hanya tertulis pada nilai ulangan, tetapi juga tertulis pada hati anak-anak.” (Judy Joerding)

 

 

PROFIL

Nama

Sugiharti

NIK

0191117

Unit Kerja

SMAK 4 PENABUR Jakarta

 

 

 

PRESTASI, PENGHARGAAN, KARYA TULIS

No

Nama Sertifikat Keahlian

Waktu Perolehan

Tingkat

Lembaga yang Mengeluarkan

1

Peserta Lomba Artikel Jenjang SLTA Tingkat BPK PENABUR

Juara III

Oktober 2000

BPK PENABUR Jakarta

BPK PENABUR

2

Peserta Lomba Artikel Jenjang SLTA Tingkat BPK PENABUR

Juara III

Maret 2003

BPK PENABUR

BPK PENABUR

3

Juri Lomba Pidato Jenjang SDK

11 April 2008

BPK PENABUR

BPK PENABUR

4

Juri Lomba Mendongeng Jenjang SMPK

30 Oktober 2009

BPK PENABUR

SMPK 7 PENABUR

5

Juri Lomba Mendongeng Jenjang SMPK

27 Oktober 2010

BPK PENABUR

SMPK 7 PENABUR

6

Tim Pembuat Soal Try Out SMAK PENABUR

19 Desember 2012

BPK PENABUR

BPK PENABUR

7

Peserta Sukses Menjadi Penulis Produktif

24 Oktober 2009

Jakarta

EDUTAIMENT INDONESIA MENULIS

8

Peserta Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas

8 Februari 2010

Jakarta

Pusat Sumber Belajar Universitas Negeri Jakarta

9

Juara 1 Guru Berprestasi

2015

Jakarta

Suku Dinas Jakarta Barat

10

As one of the Top 20 Best Article’s Winners

2020

BPK PENABUR

BPK PENABUR

 

 

 

 

 

 

PENGHARGAAN

 

 

 

1

Tim Penulis Buku Pelajaran

PT Galaxy Puspa Mega

Jakarta

1995 - 1997

2

Peserta Temu Wicara “Mengembangkan Minat Baca Siswa”

PT Gramedia Pustaka Utama

Jakarta

1995

 

 

 

 

 

 

KARYA TULIS

 

 

 

1

Karakter Informasi/New sworthy Characters (Partisipan) - Buku

PT Kompas Media Nusantara

Jakarta

 

2

“Cuci Gudang” Membawa Manfaat - artikel

Harian Kompas

Jakarta

 

3

Pemanfaatan Karikatur sebagai Media Pembelajaran Menulis Esai Siswa Kelas XII SMAK 4 PENABUR Jakarta

Jurnal PENABUR

Jakarta

2010

 

 

 

 

 

 

Keterangan: Lampiran tidak dapat disertakan karena ada di sekolah.

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Artikel - 07 September 2020
1000 kata
Artikel - 07 September 2020
Covid Membawa Sukacita
Artikel - 07 September 2020
Generasi Muda
Artikel - 07 September 2020
Arti Kemerdekaan
Artikel - 07 September 2020
Jawaban Untuk Si Tukang Mengeluh
Artikel - 16 October 2023
Seni Rupa
Artikel - 03 November 2023
Melihat Dunia Dengan Literasi
#Melihat Dunia Dengan Literasi
Artikel - 11 December 2023
Era digital dalam pendidikan
#Era digital dalam pendidikan
Artikel - 11 December 2023
Peran ortu dalam pendidikan
#Peran ortu dalam pendidikan
Artikel - 22 March 2024
Alletta
#alletta
Poster - 27 November 2020
Who Am I?
Poster - 27 November 2020
Pengendalian Diri
Poster - 07 January 2021
Penguasaan Diri
Poster - 07 January 2021
Honesty
Poster - 07 January 2021
Kesehatan Mental
Poster - 01 August 2021
Tolong Maaf Terimakasih
Poster - 01 September 2021
Semangat Berkarya
#Semangat Berkarya
Poster - 01 September 2021
Peran Pemuda Dalam Membangun Indonesia
#Peran Pemuda Dalam Membangun Indonesia
Poster - 01 September 2021
Generasi Penerus Bangsa
#Generasi Penerus Bangsa
Poster - 01 September 2021
Let Us Use Our Creativity
#Let Us Use Our Creativity
Poster - 01 February 2022
3 cara
Poster - 01 February 2022
Generasi Millenial
#Generasi Millenial
Poster - 01 February 2022
Menjadi Generasi Millenial
#Menjadi Generasi Millenial
Poster - 01 February 2022
Pribadi Yang Inovatif (1)
#Pribadi Yang Inovatif
Poster - 01 March 2022
Mengasihi?
#Mengasihi?

Choose Your School

GO