Jangan Kamu Menghakimi, supaya Kamu Tidak Dihakimi | Riska Elseria Sijabat, S.Pd.

Berita Lainnya - 24 September 2024

Matius 7:1

Kamu pasti sering mendengar istilah “Don’t judge the book by it’s cover”. Pepatah ini sering kali digunakan oleh orang lain supaya tidak menilai orang lain dari penampilan luarnya saja. Sebagai manusia yang telah berdosa, menilai dan mencari-cari kesalahan orang lain menjadi hal yang menarik yang tak akan ada habisnya, padahal tanpa kita sadari mungkin diri kita lebih buruk dari orang lain yang kita nilai. Melalui Khotbah Yesus di bukit (Mat 5-7), kita sebagai anak yang sudah dibayar mahal melalui darah Yesus supaya tidak menghakimi orang lain karena penghakiman yang akan kita gunakan akan digunakan oleh orang lain kepada kita, penilaian yang kita lontarkan kepada orang lain akan dilontarkan pula kepada kita.

Masa remaja menjadi fase yang sangat rentan bagi kita, karena pada masa ini kita berusaha mencari validasi dari orang sekitar dan cenderung akan menganggap dan menilai diri kita lebih baik dari orang lain. Contohnya dalam hal pertemanan di sekolah atau mungkin di komunitas remaja/youth di gereja, dimana kita akan memilih teman yang menurut penilaian kita bagus atau baik dan mengindahkan atau mengabaikan orang lain yang tidak sesuai dengan penilaian kita sehingga kita tidak mau berteman dengan mereka. Kecenderungan untuk menilai diri lebih baik dan lebih benar lalu merendahkan orang lain, sering kita lakukan. Sadarkah kita bahwa dengan melakukan hal itu, kita telah menghakimi orang lain dan melukai hati mereka? Hal yang paling gampang dilakukan oleh setiap orang adalah melihat kesalahan orang lain ketimbang kesalahannya sendiri. Lebih gampang menilai orang lain daripada instropeksi diri. Kenyataan ini menunjukkan bahwa betapa rapuh dan lemahnya kita dalam membangun relasi yang baik dengan sesama kita.

Melalui khotbah Yesus di bukit, Ia mengajarkan karakter seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak Allah. Lalu dilanjutkan dengan bagaimana anak-anak Allah berelasi dengan satu sama lain, dengan Allah Bapa, serta bagaimana menjalankan hidup keagamaan mereka sebagai pengikut Kristus. Ada dua pertanyaan penting yang bisa kita renungkan:

Perintah Yesus untuk “jangan menghakimi” menjadi hal yang menarik kita renungkan. Sikap "menghakimi"yang dimaksud dalam bagian ini bukan berarti kita tidak boleh menegur kesalahan orang lain, mengkritik orang lain, atau meniadakan nalar kita untuk membedakan mana benar, mana salah, mana baik, mana jahat. Jika kita melihat Matius 7:13-27, jelas sekali di situ Yesus meminta kita untuk bisa membedakan antara nabi-nabi palsu dengan nabi-nabi yang sejati. Ini berarti diperlukan kemampuan kritis untuk membedakan mana nabi yang asli dan yang palsu; mana ajaran yang benar dan yang sesat.

Menghakimi atau mencari-cari kesalahan tidak sama dengan menegur. Menegur dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus, kita wajib menegur seseorang jika ia melakukan kesalahan; karena jika tidak, kita pun turut berbuat dosa (Yak. 4:17). Namun menghakimi hanya akan bertujuan untuk menjatuhkan orang lain. Kalau menghakimi itu bertujuan untuk memperbaiki maka itu namanya menegur. Dan hal ini sah-sah saja di mata Yesus. Namun kalau tujuan awal kita menegur orang tetapi sudah mengarah untuk mencari-cari kesalahan orang maka hal itu merupakan suatu tindakan yang dicela oleh Yesus. 

"Jangan menghakimi" juga bukan artinya kita tidak peduli dengan kesalahan orang lain, seolah-olah itu adalah privasi orang lain dan bukan urusan kita. Itu bukan poinnya. Sikap menghakimi yang dimaksudkan di sini adalah lebih kepada sikap yang fanatik dan agresif terhadap dosa-dosa orang lain, tetapi toleran dengan dosa-dosa sendiri.

Yesus tidak melarang kita untuk mengkritik kesalahan orang lain. Jika kita melihat dalam Alkitab, Yesus seringkali mengkritik orang-orang Farisi. Yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebenarnya adalah untuk tidak mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain. Dahulukan untuk melihat kepada diri kita sendiri, dan sadarilah siapa kita di hadapan Tuhan. Selain itu, dalam mengkritik kita harus memeriksa apakah diri kita memiliki tujuan atau motif yang salah dalam hati. Dengan demikian kita akan dapat memahami atau mengerti orang lain. 

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa kita tidak diperbolehkan menghakimi?

Pertama, karena kita tidak mengetahui persoalan yang sesungguhnya. Dalam menilai orang lain, seringkali seseorang menempatkan dirinya pada tempat yang salah, tempat yang bukan miliknya. Kadangkala kita terlalu cepat menilai sesuatu tanpa mengetahui alasan orang lain dalam melakukan suatu tindakan. Padahal tidak seorangpun mengetahui beratnya pergumulan orang lain dalam menghadapi sesuatu. Jika saja kita mengetahui seluk beluk yang telah dilewati dalam perjalanan hidup seseorang maka kita tidak akan mudah mengeluarkan tuntutan atau penilaian yang negatif. Sebaliknya, jika kita dapat merasakan beratnya kehidupan seseorang, kita akan mampu menghargai perjuangan orang itu dalam melewati pergumulannya dan menghargai dia sebagaimana adanya. Hendaklah kita cepat untuk menilai diri sendiri dan lambat menilai orang lain. Daripada menghakimi, adalah lebih baik jika kita membebaskan orang tersebut dari dakwaan dan menahan diri untuk tidak menghakimi sampai semua fakta diketahui.

Kedua, karena dalam menghakimi seringkali penilaian kita tidak jujur. Adakalanya seseorang memiliki maksud-maksud tersembunyi ketika ia mencari-cari kesalahan orang lain. Seringkali orang cenderung menjadi subyektif dan tidak jujur ketika ia menghakimi orang lain. Ia menjadi terlalu kritis terhadap kelemahan-kelemahan kecil dalam kehidupan setiap orang di sekelilingnya. Untuk memecahkan masalah ini, Tuhan Yesus menasihatkan. "Keluarkan dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu" (ay. 5). Kita tidak membutuhkan tukang kayu atau dokter mata untuk memahami perumpamaan Yesus ini. Namun jika kita mau mengalihkan perhatian dari selumbar yang kita lihat dari dalam diri orang lain untuk memperhatikan balok yang ada dalam mata kita sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh besar bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

Ketiga, karena penghakiman adalah milik Allah.  Hanya Allah yang memiliki wewenang untuk melakukan penghakiman. Hanya Allah yang berhak menghakimi, karena Ia-lah Allah yang Maha Kuasa, satu-satunya Hakim yang jujur, yang benar dan adil dalam penghakiman-Nya (Wyh. 16:7). Penghakiman bukan hak kita; janganlah tempatkan diri kita di tempat yang tidak seharusnya. Jika kita mengambil tempat Allah sebagai Hakim maka Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari diri kita, dengan standar yang kita pakai (ay. 2). Padahal, bukankah kita yang sesungguhnya penuh dengan dosa (ay. 3) telah dibenarkan karena anugerah Allah? Jika Allah mencari-cari kesalahan manusia, maka kita tidak akan mengenal keselamatan. Namun Allah tidak melakukan itu. Sebaliknya Allah berpikir tentang kebaikan; Ia berkehendak untuk menjalankan rancangan-Nya yang indah bagi kehidupan setiap manusia ciptaan-Nya. Untuk itulah Yesus diutus untuk menyelesaikan – bukan untuk menghakimi - kesalahan kita. Karenanya, jika Allah telah menggunakan "ukuran" anugerah dan kasih dalam menghakimi manusia, janganlah menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Kalaupun kita melihat kesalahan orang lain adalah lebih baik bila kita bergumul dan mendoakannya, daripada menghakiminya. Karena itu, hindarilah bersikap menghakimi karena itu tidak baik untuk kita dan orang lain.

Sumber: Jangan Menghakimi (http://gkpa.or.id/?reff=bacaartikel&a=320828a81db3071c4917279cf50dc94a)

Refleksi:

1. Sudahkah kamu instropeksi diri terlebih dahulu sebelum menilai orang lain?

2. Bagaimana perasaanmu ketika kamu mulai mengasihi sesamamu tanpa menghakimi mereka seturut dengan perintah Tuhan?

3. Apa tindakan konkret yang akan kamu lakukan, supaya kamu tidak menghakimi orang lain?

Doa

Tuhan Yesus yang baik, ampuni kami kalu selama ini kami lebih suka untuk melihat kesalahan orang lain dan kami lalai dalam melihat dosa di dalam hati kami. Ampuni kami juga kalau selama ini kami tidak menghidupi kebenaran Firman-Mu. Tolong kami untuk menjadi anak-anak-Mu yang hidupnya berbasiskan Injil, sehingga kami bijaksana dalam merefleksikan hidup Kristen kami kepada orang lain di sekitar kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

Berita Lainnya - 27 July 2022
MENDENGARKAN LAUT BERCERITA
Berita Lainnya - 05 December 2022
Merapikan Barang dengan Metode KonMari
Metode KonMari adalah sebuah metode pengorganisas...
Berita Lainnya - 26 July 2022
ATHLAS (Resensi)
Novel berjudul “ATHLAS’ bercerita tentang kisah h...
Berita Lainnya - 19 July 2022
RESENSI Death On The Nile
Linnet Ridgeway adalah seorang Wanita muda yang c...
Berita Lainnya - 16 August 2022
Bahasa Campuran, Haruskah Dimaklumi?
Berawal tahun 2010 fenomena bahasa campuran seper...
Berita Lainnya - 01 January 2024
Mengandalkan Hikmat dari Tuhan | Paskalina Genuk ...
Berita Lainnya - 15 January 2024
KARUNIA ROH : PENYEMBUHAN | Agania Marc Fairty Te...
Karunia Roh Penyembuhan merupakan salah satu dari...
Berita Lainnya - 15 January 2024
Mengulas Debat Pilpres: Menyaring Visi dan Kepemi...
Debat Pilpres bukan hanya acara hiburan politik; ...
Berita Lainnya - 30 January 2024
Sentralisasi Pembangunan di Indonesia
Sentralisasi Pembangunan di Indonesia
Berita Lainnya - 29 March 2024
Selamat memperingati Jumat Agung 2024
Mari kita renungkan makna penderitaan dan pengorb...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 14 December 2022
Ibadah dan Perayaan Natal 2022 SMAK 2 PENABUR Jak...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 24 December 2022
PROMO NATARU is coming to town!
PROMO NATARU is coming to town! Khusus ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 06 January 2023
Healthy Inside Thriving Outside
Kesehatan anak tidak semata-mata sehat secara fis...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 11 January 2023
PENGAMATAN ANATOMI DAN MORFOLOGI PISCES DAN AVES
iswa/i kelas XI IPA 1 melakukan praktikum Biologi...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 13 January 2023
LDK OSIS DAY 1 2023
iswa/i calon pengurus OSIS 2023 mengikuti kegiata...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 August 2023
LUCKY WIJAYA borong MEDALI di Kejuaraan Renang P...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 17 August 2023
UPACARA HUT KE - 78 REPUBLIK INDONESIA | 17 AGUST...
Kamis, 17 Agustus 2023 - SMAK 2 PENABUR Jakart...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 21 August 2023
Kebaktian Bulanan Siswa "Bertumbuh dalam hikmat" ...
Senin, 21 Agustus 2023 - SMAK 2 PENABUR Jak...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 28 August 2023
Upacara Pelantikan MPK SMAK 2 PENABUR Jakarta | S...
Upacara pelantikan pengurus MPK SMAK 2 PENABUR Ja...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 29 August 2023
Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (A...
Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (A...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 30 March 2024
BIJAKSANA MENJALANI HIDUP | Elisabet Oktrianty, S...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 05 February 2024
Taat Pada Firman | Sukaesih Mangga
Ketaatan kepada Tuhan sangat penting bagi setiap ...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 10 February 2024
Komunitas Yang Terasa dan Terlihat | Joko Purmono...
Alangkah senangnya kalau kita memiliki teman yang...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 29 March 2024
Selamat & Sukses Agatha Christabelle Basti
Proficiat atas keberhasilan dalam seleksi SNBP...
Berita BPK PENABUR Jakarta - 29 March 2024
Selamat & Sukses Varel Christian Sinay
Proficiat atas keberhasilan dalam seleksi SNBP 20...

Choose Your School

GO