Cerpen (Sonata dan Stroberi)

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023

Sonata dan Stroberi

Jennifer Rachel Putri Simatupang, XII IPA 4

 

Tawaran susu kotak stroberinya ditolak lembut oleh gadis di sebelahnya itu. ‘Mungkin bukan seleranya’ batinnya. Alana selalu membenci keheningan, ia tidak pernah suka merasa kesepian. Sembari menusukkan sedotan kepada kemasan susu kotaknya, Alana membuka percakapan, “Aku Alana, nama kamu siapa?”. Gadis sebelahnya itu kemudian menengok kearahnya, “Nora, salam kenal Alana” katanya sambil menyodorkan tangannya. 

Juluran tangan itu diterima Alana, “Salam kenal! Kamu dari sekolah apa?” tanyanya dengan penuh semangat. 

“Aku dari Gloria Sion, kalau kamu?” ujarnya. 

“Kalau aku dari St. Louis.” Nora membalas jawaban tersebut dengan anggukan kecil. 

Setelah interaksi singkat itu, Nora kembali memusatkan perhatiannya pada novel yang sedari tadi ia baca. Alana pun membuka handphonenya untuk menghindari kecanggungan yang menusuk dada itu, gadis itu merasa sedih, ia pikir hari pertama sebagai siswi putih abunya akan dipenuhi oleh interaksi dengan teman baru atau orang baru. Keheningan yang canggung itu kemudian dipecahkan oleh suara seorang pemuda jangkung yang mengenakan almamater merah tua. Suara itu mengalihkan perhatian seluruh murid di kelas ini sejenak.

“Semangat pagi semuanya! Selamat datang di SMA Jubilee! Aku lihat-lihat sepertinya semuanya sudah duduk berdua, bagaimana? sudah berkenalan belum dengan teman sebangkunya?” kata pemuda itu dengan semangat. 

Sebagian besar orang yang berada di ruangan itu terlihat tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, untungnya, seorang gadis beraambut sebahu menjawab pertanyaan pemuda itu. Alana menengok ke arah tempat duduk gadis itu, ia dan teman sebangkunya terlihat sangat akrab, seperti teman lama. Mungkin kalau ia duduk di sana, ia sudah memiliki seorang teman.

Tak lama terlihat beberapa pemuda lainnya yang juga mengenakan almamater merah tua memasukki ruang kelas. Mereka membagikan sebuah buku kecil bersampul merah, buku panduan kegiatan MPLS. Pagi itu diisi oleh perkenalan para mentor MOS dan ice breaking. Tak ada satu kata pun keluar dari bibir Nora, gadis itu hanya berbicara saat diajak atau jika dipanggil oleh mentor saja. Di sisi lain, Alana terlihat sangat menikmati setiap aktivitas pada hari itu, ia mencoba untuk bergabung dengan siswa-siswi lainnya. Hari pertama MOS Alana dapat dikatakan cukup menyenangkan.

***

“Sudah tidak kuat? Mau istirahat saja?” tanya seorang mentor kepada Alana. 

“Tidak perlu kak, saya masih kuat kok, masa hari kedua sudah loyo” jawabnya sembari menunjukkan cengiran kudanya. Sang mentor pun menganggukkan kepalanya kemudian meninggalkan Alana untuk memeriksa keadaan peserta MOS lainnya. 

“Kamu baik-baik saja kan Nora?” tanya Alana pada gadis di sebelahnya yang dibalas dengan sebuah anggukan.

“Ternyata seru ya” katanya. Alana tidak menyangka Nora akan membuka percakapan dengannya, ia pun mengangguk dengan cepat. 

“Iya! Aku kira outbondnya hanya akan keliling-keliling, ternyata kita main air!” jawabnya dengan semangat. Sebuah tawa kecil pun keluar dari bibir Nora, “Aku juga berpikir begitu. Omong-omong, kamu mau ngga cari tanda tangan bareng aku?”

“Mau dong!” balasnya dengan penuh antusias. 

“Hore!”

Aktivitas selanjutnya dimulai, kedua gadis itu terlihat berbincang dan tertawa bersama. Alana merasa lega, awalnya ia berpikir bahwa ia terlalu lancang kemarin sehingga Nora tidak mau berinteraksi dengannya. Hatinya tenang setelah interaksi itu

Genap empat puluh tanda tangan ia dapatkan bersama Nora. Seiring berjalannya MOS, Alana semakin akrab dengan Nora, ternyata, kedua gadis itu menyukai Mario, seorang musisi beraliran R&B. Mereka pun bertukar nomor telepon untuk melanjutkan percakapan yang terpotong. Dari bertukar pesan sebatas menanyakan kabar menjadi bercerita panjang. Keduanya menikmati setiap percakapan mereka. Nora memiliki minat yang tidak jauh beda darinya ternyata, keduanya menyukai lagu bergenre R&B dari tahun 90an dan ternyata, Alana juga sangat menyukai film tahun 70an, tambah lengketlah kedua gadis itu. 

Dari pertengahan hingga akhir MOS, Alana dan Nora tampak tidak dapat dipisahkan, bagai selendang dan sepatu. Ditambah lagi dengan disatukannya dua gadis itu di kelas yang sama. Nora ternyata tidak seperti apa yang Alana awalnya pikir. Selain memiliki kesamaan minat, gadis berambut sebahu itu ternyata sangat asyik diajak berdiskusi juga bercerita. Keduanya menjadi semakin lengket, bahkan tidak dapat dipisahkan. 

***

Lantunan lagu How Do I Breath terdengar jelas dari kamar Nora, lagu itu merupakan salah satu lagu yang wajib diputar saat Alana sedang berkunjung ke rumahnya. Sudah menjadi rutinitas keduanya untuk mengunjungi rumah satu sama lain, entah untuk belajar bersama atau hanya karena ingin bertemu saja.

“Aduh! Besok ambil nilai kimia, tapi aku belum terlalu mengerti” ujar gadis itu sembari menepuk dahinya pelan. Melihat tingkah temannya itu, Nora tertawa, “Kamu bawa buku kimia ngga? kalau bawa aku bisa ajari kamu sekarang” katanya. 

“Serius? aku hanya mengerti sebagian lho, nanti yang ada aku hanya menguji kesabaranmu”

“Tidak apa, aku sekalian ingin menguji pengetahuanku sampai mana kok” jawab Nora sambil menunjukkan senyuman manisnya. 

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil buku catatan kimianya. Keduanya merupakan gadis yang cerdas, keduanya saling membantu satu sama lain, jika salah satu di antara mereka mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu. Siklus itu terus berulang bahkan hingga keduanya tiba di tahun terakhir mengenakan seragam putih abu. Tidak ada persaingan di antara mereka, keduanya tulus mendukung satu sama lain, persahabatan yang sejati.

 

***

“Kalian berdua foto bareng dong!” pinta seorang wanita parubaya yang tengah berdiri di hadapan dua orang gadis, masing-masing memegang sebuah piala resin bertuliskan ‘Siswa-Siswi Terbaik SMA Jubilee’.

“Kakak, senyum ya! Alana juga jangan mau kalah sama Nora!” katanya. Kedua gadis itu hanya menuruti 

Hari ini menandakan tiga tahun pertemanan mereka. Hari demi hari, tahun ajaran demi tahun ajaran, ujian masuk universitas pun mereka jalani bersama. Sayangnya, pengumuman hasil tes masuk universitas keduanya menunjukkan nama universitas yang berbeda. Perasaan keduanya campur aduk, Nora sangat khawatir hubungan keduanya merenggang.

“Yah, beda Na”

“Tidak apa Nor, hanya beda kota ini, kalau aku kosong, jangan khawatir, aku akan selalu mengunjungimu. Bahkan, kalau kamu nangis, tunggu sepuluh menit dan kamu akan melihat aku di depan pintumu!” candanya. Sebenarnya dirinya juga khawatir hal itu akan terjadi, namun ia berusaha untuk menangkal pikiran itu. Keduanya saling berjanji untuk selalu memperjuangkan persahabatan mereka. 

***

Kehidupan mahasiswa yang teramat padat menguji persahabatan keduanya. Dari bertemu setiap akhir minggu, menjadi berhubungan via suara, menjadi bertukar pesan seminggu sekali, menjadi bertukar pesan hanya kalau butuh saja. Nora selalu mencoba untuk menghubunginya hanya untuk berbincang santai, namun Alana selalu sibuk dengan aktivitas kampusnya juga teman-teman sekampusnya. Ketika Alana sedang tidak sibuk, giliran Nora yang tidak dapat dihubungi. Keduanya sangat risih dengan jarak itu, mereka tidak terbiasa asing seperti ini. 

Gengsi dikesampingkan, ajakan teman-teman kampus untuk berkumpul bersama pun ditolak oleh keduanya. Alana mengajak Nora bertemu di sebuah café untuk menghilangkan jarak yang kian terasa semakin jauh antara ia dan sahabatnya itu. Keduanya sepakat untuk bertemu pada pukul tiga sore. Cafénya terletak tak jauh dari kosan Nora, karena itu ia menyempatkan untuk membeli sesuatu di sebuah minimarket untuk Alana. Nora tiba terlebih dahulu, matanya menelusuri café itu, sahabatnya belum nampak batang hidungnya. Gadis itu duduk di bangku paling ujung namunmasih terlihat dari Setibanya di

“Alana” dipeluknya gadis yang baru tiba itu. Alana melingkarkan tangannya ke punggung Nora, 

“Maafkan aku” katanya, “Aku mengingkari janji yang kita buat, aku tidak memperjuangkan persahabatan kita.” imbuhnya. Nora mengelus punggung sahabatnya itu sembari mengarahkannya ke kursi di sebelahnya. “Aku juga salah Na, aku malah membiarkan jarak di antara kita semakin melebar” ucap gadis yang memiliki ciri khas rambut sebahu itu. 

“Aku tidak mau kita seperti ini lagi, aku kapok” ucap Alana.

“Aku juga Na! biarlah ini menjadi yang pertama dan terakhir ya” Alana menganggukkan kepalanya, dua gadis itu kemudian saling berpelukan kembali.

“Nah, sekarang aku mau kamu beri tahu aku apa saja yang aku lewatkan” kata Nora.

Yang terdengar setelah itu hanyalah tawa canda dua orang sahabat lama. Mereka saling bertukar cerita, memastikan tidak ada satu cerita pun yang tertinggal. Keduanya sangat merindukan interaksi seperti ini, seperti masa SMA. 

Pelayan terlihat membereskan café , waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, kalau Alana berangkat lebih larut dari ini, ia bisa saja tiba di kosannya pukul 12 lewat. Nora menyadari hal itu, insting seorang sahabat. 

“Kamu balik sekarang saja Na, takut terlalu larut sampai di kosan, maaf aku kalap bercerita tadi” gadis itu tertawa renyah. Alana menanggukkan kepalanya, mengemas barang-barangnya. Gadis berambut sebahu itu membuka tasnya, mengambil sesuatu, “Na” panggilnya.

“Ya” jawab sahabatnya itu. 

Nora mengeluarkan sebuah benda berbentuk balok yang tidak terlihat asing bagi Alana. Susu kotak stroberi, merk dan ukurannya pun sama persis. “Terimakasih sudah mau menjadi temanku ya”.

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 11 February 2021
SPEKTA Kembali Mengukir Prestasi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 26 February 2021
PERJUSA-AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 08 March 2021
Ibadah Siswa-AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 08 March 2021
UJIAN PRAKTIK SPEKTA
Siswa kelas XII SMAK PENABUR Kota Wisata mulai me...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 25 March 2021
UJIAN SEKOLAH KELAS XII SPEKTA
Ujian Sekolah SMAK PENABUR Kota Wisata tahun pela...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 October 2020
ELATE SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 23 October 2020
Kebaktian Komplek SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 26 October 2020
Kebaktian Bulanan SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 November 2020
Kebaktian Bulanan siswa siswi SMAK PENABUR Kota W...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 09 November 2020
Upacara Online SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 February 2023
“AKU, TUHAN,” BERSUARA DAN MENGUTUS
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 24 February 2023
DATA SISWA DITERIMA PERGURUAN TINGGI NEGERI TAHUN...
DATA SISWA DITERIMA PERGURUAN TINGGI NEGERI TAHUN...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 27 February 2023
BUKAN HANYA ROMA, MELAINKAN KITA JUGA
BUKAN HANYA ROMA, MELAINKAN KITA JUGA
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 28 February 2023
MENGENDALIKAN PERILAKU DAN PIKIRAN
MENGENDALIKAN PERILAKU DAN PIKIRAN
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 March 2023
PKBN2K : Merasa Sendirian?
PKBN2K : Merasa Sendirian?
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 October 2023
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 October 2023
Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran: ...
Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran: ...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 October 2023
Cup SPEKTA 2023 Kembali Digelar
Cup SPEKTA 2023 Kembali Digelar
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 21 October 2023
CLOSING ELATE: CHROTERNALS
CLOSING ELATE: CHROTERNALS
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 25 October 2023
Retret Siswa: Generasi 10 Spekta Siap Menjadi Sak...
Retret Siswa: Generasi 10 Spekta Siap Menjadi Sak...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2024
Renungan pagi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 February 2024
Morning Devotion
Morning Devotion
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2024
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 15 February 2024
Renungan : “IMITATIO DEI”
Renungan : “IMITATIO DEI”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 February 2024
Morning Devotion : "Loving Like Jesus"
Morning Devotion : "Loving Like Jesus"

Choose Your School

GO