Cerpen (Percobaan Theseus)

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 September 2023

Percobaan Theseus 

Neria Jocelyn Pranggono, XII IPA 4

 

Tiga puluh enam hari telah berlalu. Gadis berambut hitam itu menunduk, terus memandang kedua kakinya yang menginjak tanah secara bergantian tanpa henti. Ekspresinya yang tak terbaca sedari tadi hanya membuat teman yang menggandeng tangannya menghela nafas kecil.

Kedua gadis tersebut berjalan bersama setelah menghadiri suatu konser orkestra selama dua jam lamanya, dengan alasan mencari suasana baru dan udara segar. Mereka akhirnya menemukan suatu jalan setapak yang berujung ke suatu taman yang indah, dipenuhi rumput hijau dan berbagai macam bunga yang dihinggapi oleh kupu-kupu. Bertentangan dengan suasana yang tenang di sore itu, salah satu dari gadis tersebut tampak dikelilingi oleh awan abu.

“Kau masih memikirkan tentangnya, ya?” ucap gadis yang lebih tinggi dengan ucapan yang sangat amat halus, memecahkan kesunyian yang menyelimuti mereka.

Gadis yang tampak muram hanya mampu memandang temannya sekilas. Ia tahu bahwa temannya, Jay, sudah mengetahui jawabannya. Setelah udara tersebut kembali dilukis oleh kesunyian suara burung dan jangkrik selama beberapa saat, salah satu dari mereka kembali bicara.

“Kau tahu tentang kisah Theseus, bukan?”

“Hm?” tengok gadis yang tadinya muram. Ia terkejut dengan temannya yang ternyata mengetahui nama salah satu tokoh dari bacaannya saat itu, yaitu mitologi Yunani. “Tokoh yang menaikki kapal besar itu, maksudmu?”

Jay membalas temannya dengan senyuman. Ia berhasil menarik perhatiannya.

“Ya benar, dia Theseus. Tokoh yang diperdebatkan antara anak raja atau dewa, lalu kemudian menjadi pahlawan kebanggaan Athens,” lanjut gadis tersebut.

Temannya hanya membalas dengan mengangkat salah satu alis wajahnya, bingung. Ia sudah tahu mengenai kisah Theseus serta seluruh dewa lainnya, dan pasti lawan bicaranya juga mengetahui hal tersebut. Namun, ia membiarkan sahabatnya melanjutkan perbincangannya karena penasaran.

“Theseus hanya membawa sebuah pedang, helm, dan sepasang sendal sederhana. Sebagai seorang pangeran muda, ia harus berlayar lautan yang dipenuhi cobaan ganas demi bertemu ayahnya,” lanjut gadis itu, terus menggandeng tangan temannya meskipun langkah mereka semakin melambat. “Berkat perjuangannya, ia akhirnya mendapat gelar raja di Aegeus dan dapat memeluk ayahnya kembali.”

Gadis yang lebih tinggi itu memandang temannya kembali dengan senyuman tipis, seolah-olah tahu bahwa ia akan merespons ucapannya yang panjang tadi. 

“Tapi, kau melupakan bagian pertemuannya dengan sang Minotaur,” balas temannya dengan lantang. Jay tertawa kecil, bahagia mengetahui bahwa tebakannya benar. Pasti ia akan berkomentar sesuatu jika kisahnya belum selesai.

“Benar, aku belum menyelesaikan kisah Theseus,” ujarnya. “Percobaannya sebagai seorang pangeran sudah selesai, tetapi jiwa pahlawannya terus menghadapi tantangan baru. Pahlawan tersebut akhirnya menghadapi percobaan terbesarnya dimana ia dibuang ke labirin untuk membunuh sang Minotaur.”

Setelah Jay menceritakan hal tersebut, lawan bicaranya mulai merasa kebingungan. “Lalu, apa maksudmu menceritakan semua ini?” ucapnya sambil menghentikan kedua langkah kakinya dan melepaskan genggaman tangan, kemudian duduk pada bangku yang terbuat dari batu di belakangnya.

“Aku kira aku bisa membuatmu tersenyum sedikit,” jawabnya dengan sedikit kekecewaan yang ia sembunyikan. “Lagipula, tantangan pahlawan tak pernah ada habisnya.”

“Sama seperti omonganmu,” gumam gadis yang duduk, kembali menundukkan kepalanya. Jay mendengar ucapannya tetapi hanya memilih untuk duduk di sebelahnya. “Tadinya aku berpikir bahwa hari ini kau bisa mendengarkan suatu cerita yang cukup menyenangkan,” jawabnya. Ia memetik sebuah bunga berwarna ungu yang tumbuh disampingnya, kemudian menggenggamnya dengan dua jari secara lembut. “Meskipun aku tahu, kau juga sebenarnya sudah mengetahui cerita tersebut. Apalagi karena kamu mahir sekali di bidang seni dan kisah-kisah kuno,” lanjut Jay dengan senyuman yang membungkus kesedihan.

Gadis di sebelahnya tak bisa membalas perkataanya, karena ia sudah merasa pilu sejak tadi. Pikiran menyuruhnya untuk meminta maaf, akan tetapi hatinya merasa ada suatu hal yang tak pernah terjawab. “Hari ini dari semua hari lainnya,” katanya dengan pelan, keraguan hadir dalam suaranya. “Aku berpikir, apakah ia pernah memiliki keinginan untuk menyerah?”

Jay menoleh, menyadari maksud dari pertanyaan temannya. “Kau bertanya tentang Theseus,” jawabnya, “atau ‘dia’?”

“Apakah itu akan berpengaruh?” balasnya dengan sebuah tanda tanya.

“Aku iri padanya,” lanjut gadis itu, pandangannya sekarang ke arah seekor kupu-kupu berwarna kuning. “Ia melakukan hal yang tak pernah ku bisa, tetapi sekarang aku yang merasa kehilangan.” Mata gadis itu mulai berair, menahan jatuhnya hujan yang akan mengganggu indahnya mentari petang. “Rasanya tidak adil, sekarang aku merasa terpecah belah dan tak bisa menyatukan diriku kembali.”

Lawan bicaranya hanya bisa menatap sang sahabat dengan penuh belas kasihan dan menepuk pundaknya pelan-pelan. Air mata perlahan berjatuhan, menyelimuti suasana petang dengan penuh duka. 

“Hei, kedukaan sama saja seperti cobaan,” kata Jay. “Kamu pasti akan melewatinya, sama seperti Theseus.” Ia tersenyum dengan tulus, mencoba meringankan beban dari gadis di hadapannya.

“Kau tak mengerti,” jawab temannya, air mata sudah tak lagi tampak pada wajahnya. “Aku tidak tabah, kuat, ataupun sabar. Aku bukan Theseus seperti yang kamu katakan. Aku tak mampu bertahan sepertinya.”

Jay memegang tangan sahabatnya, dan di tangan lainnya masih menyimpan bunga yang ia petik tadi. “Jadi, kamu sudah lupa apa yang terjadi setelah Theseus berada di labirin? Kau hanya ingat bagian di mana ia berhasil memenangkan perlawanan dengan Minotaur, ya?” ia tersenyum kecil, memandang temannya yang mencoba mengingat. Tampaknya, orang yang lebih pandai mengingat kisah-kisah daripadanya juga bisa lupa. Setelah menunggu beberapa saat tanpa jawaban, temannya hanya menggeleng kepala, benar-benar tak ingat.

“Baiklah,” jawab Jay. “Sebelum Theseus pergi ke labirin tersebut, ia telah beristirahat di Pulau Kreta. Ariadne, putri dari kerajaan saat itu telah menghadiahkan Theseus suatu hal yang sangat kecil. Seutas benang yang telah ia gulung berkali-kali hingga menyerupai bola.”

Bunga berwarna ungu cerah yang tadinya ada di tangannya ia selipkan di telinga sahabatnya. “Pada akhirnya, benang tersebut membantu Theseus menemukan jalan keluar dari labirin sang Minotaur.” Temannya sekarang menoleh kepadanya, dengan mata berbinar di bawah langit petang yang mulai gelap.

“Mungkin percobaan kali ini akan menghantam pikiranmu seperti Minotaur yang besar dan gagah,” lanjut Jay. “Tetapi seorang pahlawan perkasa seperti Theseus juga membutuhkan penerangan serta bantuan dalam hidupnya.”

Gadis yang sedari tadi mendengarkan omongannya mengambil bunga ungu yang ada di telinganya. Rupanya bunga tersebut merupakan sebuah bunga lonceng, salah satu bunga kesukaannya. Ia tersenyum, mengetahui bahwa temannya ingat akan hal kecil yang pernah ia beritahu padanya. 

“Mungkin sosoknya yang hilang dari hidupmu akan mengubah segalanya,” kata Jay, dengan wajah yang lebih cerah setelah melihat sahabatnya tersenyum. “Akan tetapi kita semua juga harus bisa berubah, dan bukan berarti kamu tak bisa menyatukan dirimu lagi.”

Ucapannya menyentuh gadis tersebut dan ia kembali menatap temannya,“aku hanya merindukannya, Jay.” 

“Oh tentu, aku tahu. Aku juga akan terus berada di sampingmu dan terus membantumu untuk berdiri lagi saat kau jatuh,” balasnya, mempererat genggamannya pada tangan sang gadis. Temannya melihat gestur tersebut dan wajahnya memerah. Sungguh, ia merasa tidak layak memiliki teman seperti Jay. Sosoknya seperti malaikat yang datang pada waktu yang tak terduga.

“Terima kasih Jay,” ujarnya dengan suara yang pelan. Sepertinya hanya udara yang dapat mendengarnya.

Temannya tertawa kecil, kemudian berdiri. “Jangan berterima kasih dahulu, kita belum menemukan benang yang ampuh untuk melawan labirin dan Minotaurmu!” Tangannya kemudian menarik gadis yang lebih pendek darinya secara perlahan, mengajaknya untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tanpa disadari, keasyikan dari perbincangan mereka telah mengusir matahari dan mendatangkan malam. 

Akhirnya mereka lanjut berjalan ke arah pulang, di bawah selimut yang terjahit cahaya bintang dan bulan. Gandengan tangan kedua sahabat itu menjadi semakin erat.

Salah satu dari mereka memandang yang lain, wajahnya terlukis dengan sukacita di hari yang sudah gelap itu.

“Aku rasa benang pemberian Ariadneku sudah tak perlu dicari lagi. Ia sudah berada di sampingku.”

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 11 February 2021
SPEKTA Kembali Mengukir Prestasi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 26 February 2021
PERJUSA-AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 08 March 2021
Ibadah Siswa-AKW
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 08 March 2021
UJIAN PRAKTIK SPEKTA
Siswa kelas XII SMAK PENABUR Kota Wisata mulai me...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 25 March 2021
UJIAN SEKOLAH KELAS XII SPEKTA
Ujian Sekolah SMAK PENABUR Kota Wisata tahun pela...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 October 2020
ELATE SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 23 October 2020
Kebaktian Komplek SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 26 October 2020
Kebaktian Bulanan SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 November 2020
Kebaktian Bulanan siswa siswi SMAK PENABUR Kota W...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 09 November 2020
Upacara Online SMAK PENABUR Kota Wisata
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 February 2023
“AKU, TUHAN,” BERSUARA DAN MENGUTUS
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 24 February 2023
DATA SISWA DITERIMA PERGURUAN TINGGI NEGERI TAHUN...
DATA SISWA DITERIMA PERGURUAN TINGGI NEGERI TAHUN...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 27 February 2023
BUKAN HANYA ROMA, MELAINKAN KITA JUGA
BUKAN HANYA ROMA, MELAINKAN KITA JUGA
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 28 February 2023
MENGENDALIKAN PERILAKU DAN PIKIRAN
MENGENDALIKAN PERILAKU DAN PIKIRAN
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 March 2023
PKBN2K : Merasa Sendirian?
PKBN2K : Merasa Sendirian?
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 20 October 2023
Kesempatan Memenangkan hadiah tambahan periode 23...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 30 October 2023
Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran: ...
Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran: ...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 October 2023
Cup SPEKTA 2023 Kembali Digelar
Cup SPEKTA 2023 Kembali Digelar
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 21 October 2023
CLOSING ELATE: CHROTERNALS
CLOSING ELATE: CHROTERNALS
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 25 October 2023
Retret Siswa: Generasi 10 Spekta Siap Menjadi Sak...
Retret Siswa: Generasi 10 Spekta Siap Menjadi Sak...
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 01 February 2024
Renungan pagi
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 02 February 2024
Morning Devotion
Morning Devotion
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 06 February 2024
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
Renungan : “YANG KECIL JUGA DIPEDULIKAN”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 15 February 2024
Renungan : “IMITATIO DEI”
Renungan : “IMITATIO DEI”
BERITA BPK PENABUR JAKARTA - 16 February 2024
Morning Devotion : "Loving Like Jesus"
Morning Devotion : "Loving Like Jesus"

Choose Your School

GO