Tradisi Dugderan untuk Sambut Bulan Ramadhan di Semarang

BERITA LAINNYA - 15 November 2022

Tradisi Dugderan untuk Sambut Bulan Ramadhan di Semarang

 

Kota Semarang masih menyelenggarakan tradisi yang sudah turun temurun yaitu “Dugderan”. Apa Sih Dugderan itu? Dugderan adalah tradisi khas Semarang yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dugderan bukan hanya perayaan semata, tradisi ini memiliki syarat makna dan sejarah.

Diperkirakan asal mula Dugderan adalah pada masa kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat atau Bupati Purbaningrat pada 1881. Latar belakang dugderan ini adalah perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai awal bulan suci Ramadhan.

Kala itu, Indonesia masih di bawah jajahan Belanda. Pada masa ini, masyarakat yang berada di Kota Semarang terpecah menjadi 4 kubu yaitu pecinan (etnis Tionghoa), pakojan (etnis Arab), kampung Melayu (warga perantauan dari luar Jawa), dan orang Jawa asli.
Dari perpecahan itulah Bupati Purbaningrat menetapkan untuk menyamakan pandangan yaitu menabuh bedug di Masjid Agung Kauman juga menyalakan meriam di halaman kabupaten yang masing-masing dibunyikan 3 kali, dan dilanjutkan dengan pengumuman awal bulan Ramadhan di Masjid yang berpusat di Masjid Agung Semarang, Pasar Johar pada saat itu.           Nama Dugderan sendiri diambil dari suara bedug dan meriam ketika dibunyikan “dug dug dug” suara bedug dan “der der der” suara meriam.

Tujuan dari Dugderan sendiri adalah melebur perpecahan antar warga Semarang pada zaman kolonial.

Hingga saat ini, tradisi dugderan masih menjadi alat pemersatu warga Semarang. Banyak warga yang turun ke jalan pada saat perayaan untuk sekadar tegur sapa dan saling menghormati sesama tanpa memandang perbedaan.

Semakin kesini, Dugderan semakin menarik minat masyarakat Semarang maupun dari luar dengan ditandai banyaknya para pedagang yang menjajakan dagangannya yang beraneka ragam seperti makanan, minuman, dan mainan anak-anak seperti perahu-perahuan, celengan, seruling, gasing, dan masih banyak lagi.
Tradisi dugderan ini memiliki ikon berupa “warak ngendhog” yang berwujud hewan berkaki empat (serupa dengan kambing) dengan kepala mirip naga. Warak Ngedhog sendiri memperlihatkan adanya perpaduan kultur Arab, Islam, Jawa dan Tionghoa. Keberadaan warak ngendhog ini memperlihatkan adanya keterkaitan yang harmonis antar etnis sehingga membuka jalinan kontak budaya yang lebih intensif sehingga memungkinkan adanya proses akulturasi.

Wah… gimana teman-teman? Kedengaran dan kelihatannya aysik kan? Ada yang minat ke Semarang pas bulan Ramadhan gak nih?

 

Felisha Reginna Suhendi

 

Daftar Pustaka:

 

Arieza, Ulfa. 2022. Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang.

https://travel.kompas.com/read/2022/03/27/090300227/mengenal-dugderan-tradisi-sambut-ramadhan-di-kota-semarang?page=all. Diunduh 27 Oktober 2022.

http://dpad.jogjaprov.go.id/coe/article/dugderan-tradisi-menyambut-bulan-ramadhan-458. Diunduh 27 Oktober 2022.

 

 

NKCTI,

Bidang 8 OSIS SMAK HI

 

Kebersamaan dan toleransi

 

Tags:

Informasi Terkini seputar sekolah kristen BPK PENABUR

Daftar Indeks Berita Terbaru dari BPK Penabur

BERITA LAINNYA - 24 January 2024
Melayani dalam kerendahan hati, Daily Inspiration...
BERITA LAINNYA - 25 January 2024
Belajar berempati, Daily Inspiration
Belajar berempati, Daily Inspiration
BERITA LAINNYA - 01 February 2024
Akhir atau akhirat, sebuah RESENSI
Akhir atau akhirat, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 02 February 2024
Cuma Cari Pewaris Wasiat Kok Malah?... sebuah RES...
Cuma Cari Pewaris Wasiat Kok Malah?... sebuah RES...
BERITA LAINNYA - 03 February 2024
Dikta & Hukum, sebuah RESENSI
Dikta & Hukum, sebuah RESENSI
BERITA LAINNYA - 13 December 2023
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas
BERITA LAINNYA - 22 February 2024
Valentine's Bloom
Valentine's Bloom
BERITA LAINNYA - 25 December 2023
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas (1)
The Joy of Giving: A Lesson from Christmas
BERITA LAINNYA - 23 February 2024
Character Growth, sebuah Refleksi..
Character Growth, sebuah Refleksi..
BERITA LAINNYA - 24 February 2024
CHARACTER GROWTH 2024
CHARACTER GROWTH 2024
BERITA LAINNYA - 08 March 2024
“BUMI Tere Liye”
BERITA LAINNYA - 09 March 2024
Resensi Buku Cerita Rakyat Nusantara 1
Resensi Buku Cerita Rakyat Nusantara 1 
BERITA LAINNYA - 10 March 2024
“CINDERELLA” sebuah Resensi..
“CINDERELLA” sebuah Resensi..
BERITA LAINNYA - 31 March 2024
Hari Kebangkitan Yesus Kristus.
Hari Kebangkitan Yesus Kristus.
BERITA LAINNYA - 11 March 2024
“DIALOG RINDU”, sebuah Resensi
“DIALOG RINDU”, sebuah Resensi
BERITA LAINNYA - 28 March 2024
“TEORI DAN APLIKASI DASAR KALKULUS”
BERITA LAINNYA - 30 March 2024
“Terperangkap dalam Keajaiban ‘Curiosity House: T...
“Terperangkap dalam Keajaiban ‘Curiosity House: T...
BERITA LAINNYA - 02 April 2024
Perayaan Paskah SMAK Penabur Harapan Indah 02 Apr...
Perayaan Paskah SMAK Penabur Harapan Indah 02 Apr...
BERITA LAINNYA - 05 April 2024
--KARAPAN SAPI-- The Unknown, Underrated, but Uni...
--KARAPAN SAPI-- The Unknown, Underrated, but Un...
BERITA LAINNYA - 04 April 2024
Budaya Maritim Indonesia
Budaya Maritim Indonesia
BERITA LAINNYA - 23 April 2024
Resensi Buku 2,578.0 Km
BERITA LAINNYA - 24 April 2024
REWRITE
REWRITE
BERITA LAINNYA - 25 April 2024
Septihan, sebuah Resensi
Septihan, sebuah Resensi
BERITA LAINNYA - 26 April 2024
The Hobbit, or the Back Again
The Hobbit, or There and Back Again 
BERITA LAINNYA - 27 April 2024
MENILIK KISAH PERPUSTAKAAN MALAM
MENILIK KISAH PERPUSTAKAAN MALAM

Choose Your School

GO